Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia Tak Mungkin Kurangi Sampah Plastik

23 Desember 2021   07:00 Diperbarui: 23 Desember 2021   07:02 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah adalah problem sistematis yang harus diurai dengan sistematik pula. Kebijakan dan gerakan yang parsial tidak mungkin bisa menyelesaikan permasalahan sampah Indonesia. Salah satunya plastik.

Indonesia bisa jadi merupakan negara yang tidak akan bisa mengurangi pemakaian plastik karena faktor ekonomis dan geografis. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mendata bahwa plastik telah menyelamatkan 60-70 persen potensi sampah dari  makanan dan minuman sebagai kemasan.

Plastik sebagai pelindung agar makanan dan minuman tidak cepat rusak 60-70 persen. (Dokpri)
Plastik sebagai pelindung agar makanan dan minuman tidak cepat rusak 60-70 persen. (Dokpri)

Sementara Ketua Komisi Penegakan Regulasi Persampahan Satgas Nawacita Indonesia, Asrul Hoesein mengatakan kemasan-kemasan kecil seperti sachet dan lainnya merupakan bentuk kreasi perusahaan untuk menjangkau konsumen Indonesia. Daya beli konsumen Indonesia kecil, maka produsen kemudian membuat produk mini agar bisa diserap pasar.

Berbeda dengan pasar di luar negeri yang secara ekonomi lebih maju. Pendapatan masyarakat lebih tinggi, sehingga bisa membeli produk kebutuhan dengan volume besar. 

Di samping itu, mobilitas orang di luar negeri relatif rendah. Negara-negara di luar negeri kurang lebih sama dengan luasan provinsi di Indonesia. Dan orang di luar negeri cenderung tidak ke mana-mana. Tidak seperti orang Indonesia yang suka bepergian untuk silaturahim, hadir ke pernikahan, lahiran, takziyah, mudik, Lebaran Idul Fitri, Idul Adha, Maulidan, Natal, tahun baru, Waisak, Nyepi, dan banyak acara lain yang membuat orang Indonesia bepergian. 

Maka jangan heran kalau masyarakat lebih suka membeli produk instan dengan kemasan mini untuk kebutuhannya seperti shampoo, sabun, pasta gigi, dan lain-lain. Supaya bisa muat masuk ke tas bawaan mereka saat bepergian itu. 

Atau, mereka yang bepergian itu justru tidak membawa bekal kebutuhannya dari rumah. Karena, daripada tas penuh dengan barang kebutuhan itu, lebih baik diisi barang lain seperti baju, handuk, atau sarung dan sajadah. Untuk kebutuhan sabun, shampoo, dan lainnya bisa beli di tempat tujuan ketika sudah sampai.

Produk dalam ukuran kecil lebih banyak dibeli masyakarat karena daya belinya kecil. (Dokpri)
Produk dalam ukuran kecil lebih banyak dibeli masyakarat karena daya belinya kecil. (Dokpri)

Paling lama orang Indonesia bepergian sekitar 7 hari atau sepekan atau kurang. Maka mereka juga akan memenuhi kebutuhan selama seminggu itu. Tentu saja mereka tidak akan membeli sabun cair, shampoo, atau lainnya dalam kemasan yang besar. Karena pasti tersisa. Nah, sisanya sayang dibuang, dibawa pulang juga tanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun