Malam itu (19 Desember 2021) bus dari Surabaya berhenti menurutkan penumpang di Jl. Janti. Akses ini lebih "enak" menuju ke arah Kota Yogyakarta daripada turun di Terminal Giwangan.
Waktu masih menunjukkan pukul 21.30, lalu lintas masih ramai dengan suasana gerimis. Tapi, begitu banyak penumpang yang turun dari beberapa bus menumpuk di pertigaan Jl. Janti di bawah fly over itu. Dari sekian banyak, lima orang di antaranya saya intip sedang membuka aplikasi transportasi online. Statusnya menunggu.
Saya juga sama, sedang menunggu respon dari aplikasi transportasi online. Setelah tiga kali gagal, barulah memutuskan naik ojek pangkalan. Menuju kawasan Jl. Malioboro. Tampaknya naik ojek pangkalan itu adalah keputusan yang tepat.
Karena tidak berbasis peta aplikasi, akhirnya ojek pangkalan ini kesasar. Malam itu saya harus jalan kaki untuk mencapai hotel penginapan hotel cabin. Semua penginapan yang bernama hotel full boked.
Sesampainya di hotel, karena lapar saya juga mesti jalan kaki jauh lagi untuk makan malam. Beruntung masih ada yang buka. Nasi goreng Yogya dengan kompor arang pantas mengganti lelahnya berjalan diiringi gerimis.
Transportasi Online Kalah Jumlah Dengan Pendatang
Esoknya (20 Desember 2021) saya kembali ke Jl. Janti untuk urusan kuliah. Rencana sarapan sebelum mengurus syarat akademik tak jadi setelah gagal berkali-kali memesan makanan secara online. Saya tahan lapar sampai urusan kampus beres.
Setelah berkali-kali gagal, akhirnya saya dapat angkutan dari aplikasi transportasi online. Drivernya bernama Danu, asli Yogyakarta. "Sekitar dua Minggu ini Jogja memang padat Mas. Banyak orang datang. Setiap bawa penumpang keluhannya sama, susah dapat angkutan online," katanya sambil mengemudi.
Menurut Danu, kondisi ini belum pernah terjadi di Yogyakarta. Biasanya lebih banyak driver online daripada calon penumpangnya. Tapi sekarang, lebih banyak calon penumpangnya daripada driver.
Kenapa?
"Saya tidak tahu juga Mas. Mungkin juga banyak driver yang tidak beroperasi. Tapi tidak juga sih Mas, teman saya jalan semua kok," ungkap Danu lagi.
Selesai urusan kampus saya kembali ke penginapan diantar teman. Dan lagi-lagi sesampainya di hotel, saya gagal pesan makanan secara online. Akhirnya saya jalan kaki lagi agak jauh untuk makan Sop Ayam Klaten di dekat Malioboro.
Rezeki Nomplok Becak Motor Yogya
Dari Sop Ayam Klaten saya dijemput teman untuk ngobrol sambil ngopi. Kami minum kopi sambil menikmati lalu lalang ya orang di areal Stasiun Tugu Yogyakarta yang disulap menjadi Selasar Malioboro.Â
Suasana stasiun sungguh ramai. Orang berdatangan membawa tas dan koper bergrup-grup. Dari bawaannya orang-orang ini memang bertujuan wisata di Yogya. Pantas semua hotel full boked.
Menikmati kopi di areal Stasiun Tugu sambil mendengar klakson kereta api memang asyik. Suasana gerimis menambah melankolisnya sore itu."Ini yang orang rindukan dari Yogyakarta," gumam saya dalam hati.Â
Mungkin suasana ini yang digambarkan Kla Project dalam lagunya Yogyakarta: "Ada setangkup haru dalam rindu". Tapi karena hujan, musisi jalanan tak terlihat beraksi.
Lalu, adzan Magrib menyudahi acara ngobrol dan ngopi kami. Kami berpisah dari stasiun karena teman tadi ada acara selepas Maghrib. Dan saya yang berniat naik angkutan dari aplikasi online lagi-lagi gagal mendapatkannya.Â
Satu lagi keputusan yang menurut saya tepat, naik becak motor. Masih seperti dulu, desain becaknya khas Yogyakarta. Luas dan empuk tempat duduknya, pengemudinya pun ramah. Saya naik becak motor sesaat setelah pengemudinya menurunkan penumpang di depan hotel dekat stasiun.
"Alhamdulillah Mas ramai. Rezeki setelah lama sekali sepi," kata pengemudi becak motor itu menjawab pertanyaan saya. Katanya sehari ini duitnya sudah hampir setengah juta dari mengantar penumpang.
Meski sudah cukup sepuh, pengemudi becak motor ini tidak menyerah pada cuaca. Dia mengenakan jas hujan mengemudi dan mengantar penumpangnya.
Yogyakarta memang istimewa. Suasananya, ramainya, melankolisnya, sendunya, murahnya, ramahnya, dan banyak keistimewaan lainnya. Tak heran orang berdatangan ke sini. Sampai-sampai aplikasi transportasi online knock out alias K.O. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H