Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Daging Kurban dan Gagalnya Pelarangan Kantong Plastik

31 Juli 2020   19:48 Diperbarui: 31 Juli 2020   20:07 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Besek (wadah anyaman bambu) yang digunakan pengganti kantong plastik jumlah produksinya sangat terbatas. (Dok. kompas.com)

Mayoritas tidak berubah. Pembagian daging kurban tetap pakai kantong plastik. 

Tidak ada yang meributkan kantong kantong yang 'katanya tidak ramah lingkungan. Semua tertuju pada daging kurban yang harus cepat diwadahi sebelum terlalu lama terkena udara.

Cepat dibungkus, cepat juga dibagikan. Ramah lingkungan atau tidak ramah lingkungan urusan belakangan. Dilarang atau tidak dilarang, tidak jadi masalah. 

Ini lebaran. Waktunya semua orang makan daging. Yang miskin dan yang kaya wayahe nyate. 

Momentum Idhul Adha ini adalah bukti bahwa pelarangan kantong plastik tidak relevan. Bukti betapa tidak ekonomisnya pengganti kantong plastik. Sekaligus membuktikan kesalahan berpikir orang-orang yang melarang kantong plastik.

Di mana letak tidak relevan, tidak ekonomis dan kesalahannya???

Pelarangan kantong plastik jelas tidak relevan di saat semua orang sudah terbiasa memakainya. Adalah sebuah kesalahan analisa jika ada pihak yang menyatakan: kebiasaan penggunaan dalam skala besar dapat dihentikan dengan pelarangan.

Di mana pelarangan yang dimaksud tidak diimbangi dengan kemampuan pengganti. Namun, jika ada pihak yang yakin dan keukeuh kantong plastik bisa diganti pewadahan lain 'sekaranglah bukti tidak ekonomisnya.

Andai pengganti kantong plastik ekonomis, tentulah masyarakat sudah memakainya. Entah itu dalam bentuk besek (wadah dari anyaman bambu/ bahan organik lain), tas berkali-kali pakai, kotak plastik pakai ulang atau apapun yang lain.

Tidak ada satu pun bisa mengganti kantong plastik dalam hal keekonomisannya. Pertama, karena harganya tidak akan semurah kantong plastik.  Dan kedua, karena jumlah produksinya yang sangat terbatas (sedikit). 

Ketidakrelevanan dan ketidakekonomisan selain kantong plastik mestinya menjadi bahan berpikir. Terutama bagi mereka yang terus mengkampanyekan pelarangan kantong plastik.

Pelarangan kantong plastik adalah kesesatan berpikir dalam prinsip ramah lingkungan. Sebab faktor relevansi dan keekonomian tampaknya tak dimasukkan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.

Ini bukan dalam rangka membela kepentingan produsen atau perusahaan kantong plastik. Tapi mencoba meluruskan cara berpikir yang menjadi dasar pelarangan kantong plastik.

Karena sebenarnya, lebih baik mengajak orang untuk memilah dan bijak mengelola sampah. Yaitu, memperkuat edukasi masyarakat dan memenuhi infrastruktur daur ulang.

Jangan heran kalau peraturan pelarangan kantong plastik hanya sangar di atas kertas, kampanye media sosial dan berita-berita. Kenyataannya masyarakat tidak bisa lepas dari kantong plastik. Kondisi juga membuktikan bahwa pengganti kantong plastik tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Kalau pun ada yang pakai wadah daging kurban selain kantong plastik, itu sangat sedikit. Jika mereka kekurangan wadah, akhirnya untuk memenuhi kekurangan pakai kantong juga.

Besek (wadah anyaman bambu) yang digunakan pengganti kantong plastik jumlah produksinya sangat terbatas. (Dok. kompas.com)
Besek (wadah anyaman bambu) yang digunakan pengganti kantong plastik jumlah produksinya sangat terbatas. (Dok. kompas.com)

Regulasi induk pengelolaan sampah juga tak ada yang menyatakan pelarangan demi mengatasi sampah. Pelarangan kantong plastik muncul belakangan karena bingung menjalankan pengelolaan sampah.

Ada juga kemungkinan bisnis terselubung pengganti kantong plastik. Dan menutupi dugaan penyelewengan dana kantong plastik berbayar atau kantong plastik tidak gratis (KPB/KPTG), yang selama ini terus terkasak-kusuk. (nra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun