Mohon tunggu...
Nara
Nara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendiam dan lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Instruktur di PPPPTK bidang otomotif dan elektronika Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Aktivitas Seru di Sawah

12 Januari 2016   13:54 Diperbarui: 12 Januari 2016   15:26 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayo kawan kita semua

Menanam jagung dikebun kita

Ambil cangkulmu... ambil cangkulmu

Kita bekerja tak jemu-jemu

Masih hapal dengan lagu ini kan? Yak, salah satu lagu yang diajarkan saat saya kecil dulu. Lagu ini pun saya wariskan pada kedua anak saya. Sudah lama mereka hapal dengan lagu ini. Sudah lama mereka bisa menyanyikannya. Sudah sering mereka menyenandungkan lagu ini dalam berbagai kesempatan. Ada satu hal yang belum mereka lakukan. Satu hal yang sering mereka tanyakan, yaitu "kapan kita nanam jagungnya?"

Jika kebetulan sedang mudik ke kampung halaman, mereka pasti penasaran ingin ke sawah. Tapi keinginan ini selalu gagal dilaksanakan, karena banyaknya larangan dari kakek nenek dan budhe pakdhenya. "Di sawah panas... disawah kotor... ada cacing..." dan aneka pembenaran lain untuk melarang mereka ke sawah. Padahal dulu, saat saya seusia mereka sudah biasa keluyuran di sawah, mandi disungai. kenapa sekarang cucunya dilarang ke sawah?

Nah, supaya anak-anak nggak terus menagih "kapan nanam jagungnya" akhirnya kami ajak mereka ke sawah, yang memang sedang ditanami jagung. Senang sekali mereka di sawah, bahkan sampai sore baru mereka mau diajak pulang. Ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sawah.

1. Berkejaran di pematang sawah

Berkejaran dan tertawa-tawa senang. Sementara saya yang melihatnya ketar ketir. Di kanan saluran air, di kiri deretan tanaman jagung. Bagaimana kalau mereka jatuh terperosok ke arah kanan? Bagaimana kalau mereka jatuh terperosok ke arah kiri? Bagaimana kalau terluka? Ingin berteriak melarang mereka agar tidak usah berlari, cukup berjalan saja. Untunglah masih bisa berpikir panjang. Jadi keinginan berteriak ini bisa di rem. Biarlah anak-anak berlarian di pematang. Biarlah mereka belajar menyeimbangkan gerak tubuhnya, menjaga agar tak oleng ke kanan ataupun ke kiri. Semoga pula di kehidupan mereka juga akan terus berjalan lurus. Walau pelan. Walau jalannya sempit dan banyak hambatan. Mereka akan terus melangkah di jalur yang benar

2. Mengamati kecebong

Di saluran irigasi, banyak sekali kecebong yang berenang. Ini membuat anak-anak takjub dan juga tertawa riang melihatnya. Serombongan berlari ke arah yang sama, tiba-tiba ada gangguang, lalu mereka bubar ke arah yang berbeda. Sambil mengamati kecebong ini bisa disisipkan pelajaran biologi. Bagaimana proses perkembangbiakan kecebong tersebut. Dapat juga disisipkan pembelajaran bagaimana untuk bisa survive dalam kehidupan. Kecebong yang begitu kecil, ditinggalkan oleh induknya, berenang kesana kemari sendirian untuk mencari makan. Jika ingin tetap hidup, maka dia harus bergerak. Pun demikian dengan manusia. Harus bergerak, harus berpikir jika ingin survive dalam kehidupan.

3. Belajar mengenal aneka tanaman liar

Di sawah tentunya banyak sekali rerumputan, semak-semak yang bahkan saya sendiri pun tak tahu apa namanya. Dari sini lah kami belajar bersama. Untungnya sinyal di sawah bagus juga, jadi dengan bertanya pada paman google kami jadi bisa lebih banyak tahu tentang aneka semak dan rerumputan. Banyak bunga liar yang bagus dan sayang juga kalau dibiarkan layu. Jadi si bungsu asyik memetik bebungaan itu, di rangkai menjadi kalung, lalu dikalungkan di leher saya. Membuat terharu dan bangga

4. Santap siang mewah

Hari makin siang, waktunya memenuhi hak perut untuk diisi. Mulailah bekal dari rumah di buka. Dalam gubuk mewah (mepet sawah) kami makan bersama. Nikmat rasanya, ditimpali dengan semilir angin. Suasana seperti ini yang mahal harganya. Sebagai perbandingan saja, di malang terdapat sebuah restoran yang berada di pinggir sungai. Tempat makan dibuat dalam bentuk gazebo, disekitarnya diciptakan suasana pertanian, ada petak-petak tanaman padi. Menu makannya sih standar, tapi harganya bisa langsung membuat dompet kosong. Jadi suasana kampung beginilah yang dicari oleh warga perkotaan. Dan di sawah ini, kami bisa mendapatkannya gratis.

5. Mandi di saluran irigasi

Berhubung musim hujan, sebenarnya airnya tak terlalu jernih. Tapi berhubung anak-anak sudah mulai kepanasan dan ingin sekali mandi, dan suami juga mengijinkan, jadilah anak-anak ini mandi di saluran irigasi. Nggak ada sungai besar, di saluran irigasipun cukuplah. Yang penting mereka senang. Biarlah mereka merasakan kebahagiaan sebagaimana yang orang tuanya rasakan waktu kecil dulu. 

Sebenarnya, ada satu lagi aktivitas yang seru juga untuk dilakukan, yaitu mandi hujan. Tapi berhubung hanya membawa satu baju ganti dan sudah dipakai saat mandi disaluran irigasi, aktivitas ini tidak saya ijinkan untuk dilakukan oleh anak-anak. Walau ada satu kegiatan yang dilarang, anak-anak sudah cukup puas seharian berada di sawah. Mereka jadi tahu bagaimana susahnya para petani menggarap sawah, kepanasan dan kehujanan. Mudah-mudahan mereka jadi makin menghargai setiap bulir nasi yang dimakan setiap hari. Bahwa sebulir nasi itu melewati proses yang panjang sebelum bisa terhidang diatas piring dan siap disantap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun