[caption id="attachment_170637" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Alex memiliki sebuah bengkel kendaraan bermotor. Sepeda motor dan mobil menjadi temannya sehari-hari. Dia juga mulai merambah pada bisnis jual beli kendaraan bermotor. Sepeda motor butut dia perbaiki dan modifikasi, maka nilai jualnya menjadi makin tinggi. Mobil tua dia beli dengan harga rendah, di permak dan modifikasi sana-sini jadi bagus dan nilai julanya tinggi. Alex pun akrab dengan dunia internet. Berbagai situs yang menawarkan jual beli barang secara online dia tahu. Bahkan menjadi membernya. Selama ini Alex sebatas sebagai pembeli saja. Memilih-milih barang yang diinginkan, negosiasi harga, transfer sejumlah uang lalu barang dikirimkan ke rumahnya. Tak pernah ada masalah. Barang yang dibeli sesuai yang dibutuhkan. Sukses sebagai pembeli, dia pun ingin juga mencoba menjadi penjual. Maka dia mulai pasang iklan, menjual mobil yang baru saja selesai diperbaikinya. Satu dua hari ditunggu, belum ada yang menghubungi. Hari ketiga, ada sms masuk ke hpnya. Menyatakan tertarik dengan mobil yang ditawarkannya disitus jual beli online. Nama seorang lelaki, dengan tambahan H di depannya. Tak mau kehilangan calon konsumen, Alex pun menelpon orang yang mengaku bergelar Haji ini. Tak ada negosiasi harga karena di bapak ini langsung setuju dengan harga di tawarkan Alex di situs jual beli online. Alex senang sekali, untung sebesar 10 juta di depan mata. Si bapak minta nomor rekening Alex karena akan mentransfer uang 3 juta sebagai tanda jadi. Si bapak bilang sudah ada di ATM dan siap mentransfer. Nomor rekening pun di berikan. Tak berapa lama, si bapak bilang sudah transfer uangnya. Dia menyuruh alex untuk ke ATM mengecek kirimannya. Berangkatlah Alex ke ATM. Setelah di cek, tak ada tambahan dana di rekeningnya. Alex pun menghubungi si bapak kalau transferannya belum masuk. Dari suaranya, si bapak kedengaran tenang saja transferannya belum sampai. Bahkan dia menawarkan diri untuk menghubungkan dengan pihak bank untuk membantu Alex melacak penyebab transferan si bapak belum sampai. Alex pun nurut saja. Suara di seberang sana berubah, menjadi suara lelaki muda yang memperkenalkan dirinya dari pihak bank. Dia bilang akan memandu Alex untuk menelusuri transferan dana dari si bapak calon pembeli mobilnya. Dia minta Alex kembali masuk ruang ATM dan melakukan apa yang akan dikatakannya. Si Alex mulai curiga. Kenapa harus aku yang ngecek di ATM. Bukannya customer service bank itu pasti punya komputer di depan tempat duduknya? Bukannya dia harusnya bisa ngecek dari situ? Ouu ouu mereka berkomplot mau menipu rupanya. Alex pun lalu memutus sambungan teleponnya setelah sebelumnya memaki-maki lelaki yang mengaku pegawai bank tersebut **** Rupanya para penipu semakin kreatif saja. Jika sebelumnya penipu mencari mangsa calon pembeli dengan membuat situs jual beli abal-abal, maka kini para pemasang iklan disitus jual beli yang sudah punya nama dan track record baik mau coba di mangsanya. Jadi bagi anda, yang hendak memasarkan barang disitus jual beli online, tetaplah waspada terhadap siapapun calon pembeli anda. Jika dia menghubungkan anda dengan pihak bank, ada beberapa hal yang bisa anda lakukan : 1. Segera putuskan sambungan telepon jika anda termasuk tipe orang yang mudah dipengaruhi 2. Mintalah identitas 'petugas bank' tersebut. Lalu ancam dia bahwa anda akan melaporkannya ke polisi 3. Jika saldo anda minim, ajak terus saja dia ngobrol berlama-lama sambil pura-pura anda menuruti panduannya. Tutup pembicaraan telpon dengannya dengan kalimat "Emang enak kena tipu?" 4. Anda punya saran lain? silakan tulisakan di kolom komentar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H