Ngobrol-ngobrol dengan salah satu pegawai sana. Katanya, ongkos speedboat 50 ribu klo carter, klo naik yang biasa /reguler cuma 8 ribu. Jauh banget bedanya. Jadi tadi aku kena "palak" 20 ribu. Ikhlaskan aja. Buat pengalaman....
Sampai jam 13, listrik belum nyala. Pihak LPMP bilang nanti klo listrik dah nyala biar mereka aja yang melakukan pekerjaan yang seharusnya aku lakukan. OK lah, kasih penjelasan ini itu. Beres sudah urusan kerjaan. Selanjutnya nunggu urusan administrasi. Urusan administrasi selesai, lalu pamitan dan naik ojek lagi ke pelabuhan Tidore untuk nyebrang ke Ternate. Kali ini beli karcis reguler di pintu masuk pelabuhan, 8 ribu ditambah retribusi masuk pelabuhan seribu.
Alhamdulillah selamat nyebrang ke Santiong. Sempat deg deg an lagi karena pas ditengah laut turun hujan disertai angin. Nyari warung dulu, perut dan teriak-teriak minta diisi. Pengen jalan-jalan tapi badan rasanya dah capek dan mata ngantuk banget. Akhirnya milih cari hotel aja. Naik ojek lagi dengan ongkos 5 ribu menuju daerah Gamalama.
Sampai hotel, pesan kamar. Diantar ke kamar, lalu cuci muka dan tidur.......
Terbangun sudah jam 4 sore. Hujan. Wah alamat nggak bisa jalan-jalan nih.
Jam 6 petang. Masih tersisa gerimis. Nekad keluar karena perut lapar. Alhamdulillah nemu warung tenda pinggir jalan tak jauh dari hotel. Makan, sambil tanya-tanya di mana bisa cari oleh-oleh khas Ternate.
Usai makan, menuju tempat yang ditunjukkan si penjual. Tak jauh, cukup jalan kaki tak sampai satu kilo. Sampailah di sebuah gang yang dipenuhi pedagang yang menjual bermacam-macam perhiasan dari besi putih. Konon katanya besi putih ini berasal dari reruntuhan pesawat di jaman Belanda yang jatuh di perairan sekitar ternate. Setelah disepuh, penampakannya seperti perhiasan yang terbuat dari emas putih. Harganya berkisar antar 20 ribu hingga ratusan ribu. Tergantung motif dan modelnya.
Berhubung tak suka pakai perhiasan, aku tak membeli. Cuma lihat-lihat aja. Puas lihat-lihat, lalu kembali ke hotel.
Tidur lagi...... karena esok harus kembali ke Malang.
Pukul 06.30 keesokan harinya aku meluncur menuju bandara Sultan Babullah diantar rintik gerimis. Jadwal pesawat jam 07.30 tapi molor jadi hampir jam 9 karena cuaca buruk. Pesawat transit sekitar 3 jam di bandara Sam Ratulangi Manado. Sekitar jam 12 pesawat dari Manado menuju Surabaya berangkat. Sampai Juanda lalu menuju markas tempat ngetemnya travel jurusan Malang. Nunggu sekitar setengah jam, lalu berangkat ke Malang.
Dalam perjalanan ke Malang, denger siaran di radio bahwa tanggul penahan lumpur lapindo jebol. Alamat terjebak macet nih. Untungnya, si sopir milih jalur alternatif. Muter dikit tapi lancar. Menjelang jam lima sore sampailah aku kembali di rumah. Disambut senyum kedua buah hatiku.