Mohon tunggu...
NAQOY CENTER
NAQOY CENTER Mohon Tunggu... Dosen - Motivator

pisau diasah oleh batu dan manusia diasah oleh manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Peningkatan No Box Leadership untuk Meningkatkan Keberhasilan Pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta

7 Oktober 2024   20:43 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:33 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Box Leadership By Naqoy

Kepemimpinan adalah hal yang sulit ditiru oleh pesaing dan lawan bisnis, karena kepemimpinan merupakan kolaborasi antara bakat alamiah seseorang dan ilmu yang didapatkan secara formal dan informal. Jika keduanya bertemu dan dikalikan akan menjadi rahasia suskes kepemimpinan yang melahirkan kemanfaatan untuk manusia pada umumnya. Adapun hasil dari peran kepemimpinan adalah kehidupan manusia setelahnya yang akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kepemimpinan tidak cukup hanya sebatas membaca buku tentang cara memimpin lalu mendadak menjadi pemimpin hebat, namun dilatih dengan pengalaman yang terkadang bahkan menyakitkan (Maxwell, 1995).

Dalam buku 21 Days to be Transhuman dijelaskan bahwa sebuah karakter kuat dibentuk oleh kebiasaan hebat yang terus diulang-ulang secara teratur yang disebut "massive action". Pembentukan kebiasaan dimulai dari tindakan positif yang dilakukan seseorang tanpa putus melewati 21 hari pertama dan seterusnya. Seseorang melakukan tindakan dimotivasi oleh kekuatan dari pikiran positif yang sering disebut "Mindset". Cara berpikir seseorang dalam melihat sebuah masalah yang dihadapi akan membawa seseorang akan menuju kesuksesan atau kegagalan (Yusuf, 2017:17).

Pemimpin yang berhasil memberikan nilai lebih "Value" secara hakikat adalah mereka yang telah menemukan "Unconditional Happiness" ,kebahagiaan tanpa syarat yang berada dalam hatinya terdalam, kebahagiaan yang timbul pada saat seseorang "memberi tanpa berharap kembali". Semakin bahagia seseorang akan mudah dalam berbagi (memberikan nilai yang berarti) kepada orang lain sementara ketika hati dikuasai oleh kegelisahan dan kecemasan akan menuntut sel syaraf dalam diri untuk dikasihani atau diperhatikan oleh orang lain.

Sejak abad 20 sebenarnya sedang memasuki abad yang kelima setelah sebelumnya telah dilewati 4 abad yaitu Abad pemburuan (Hunter age), Abad pertanian (Agriculture Age), Abad Industri (Industrial Age), Abad Teknologi Informasi (IT Age). Inilah abad yang disebut sebagai Wisdom Age (Abad Kearifan), dalam abad yang kelima ditekankan upaya bagaimana manusia menjadi manusia kembali yang memiliki potensi kepemimpinan bahkan sudah di siapkan sejak dalam kandungan, manusia bukan lagi menjadi obyek dari teknologi sendiri namun sebuah langkah yang dilakukan dengan sadar bahwa sebuah teknologi sehebat dan secanggih apapun pada ujungnya pengendali utama adalah manusia, hal ini juga ditandai dengan Revolusi Indutsri 5.0 (Kertajaya, 2008: 121).

Ketika kepemimpinan pada teknologi 4.0 fokus kepada pengembangan pikiran berbasis "Out of the box" sehingga secara tren menuju perkembangan otomatisasi serta pertukaran data dalam industri

manufaktur. Tren-tren seperti Internet of Things (IoT), Industrial Internet of Things (IioT), Sistem Fisik Siber (SFB), Artificial Intelligence (AI),Pubrik pintar dan lain sebagainya yang awalnya membingungkan namun sekarang menjadi "Top of mind" di era digitalisasi . Dengan adanya digitalisasi terasa dunia cepat sekali berputar dan berubah, jika sebelumnya kita harus menunggu informasi melalui surat pos, lalu bergeser dengan telekomunikasi "Handphone" dan akhirya memasuki dunia "Realtime", hanya dengan hitungan detik kita terhubung dengan sesama manusia di berbagai negera yang berbeda (Kasali, 2005:10).

Manusia modern justru semakin menarik, manusia modern justru semakin ditinggal oleh kemoderenan yang diciptakanya sendiri. Psikolog Rollo May di New York menyampaikan bahwa ada derita-derita manusia yang dimanjakan oleh teknologi dan kemodernan seperti keterasingan, merasa diri kurang layak, menyerah pada keadaan tekanan yang berat, kehilangan makna hidup dan merindukan spiritualisme (Mubarrok,2000: 221). Sebuah teknologi tanpa diseimbangkan dengan kepemimpinan berbasis kesadaran hanya akan menjadi "penjara" bagi penggunanya sendiri. Manusia menciptakan komputer yang canggih namun mentalnya masih tertinggal, manusia menciptakan handpone yang paling mahal dan hebat namun mentalnya masih mental anak bayi berbicara, manusia menciptakan mobil listrik cepat namun mentalnya masih mental gerobak, justru terjadi kesenjangan yang melahirkan mandulnya potensi kepemimpinan (Yusuf, 2008: 13).

Manusia akhirnya menyadari bahwa teknologi sebagai "tool" yang membantu mempermudah dan melayani manusia namun manusia adalah "key factor success" sehingga teknologi industri 5.0 menawarkan jawaban dari krisis manusia modern yang memisahkan antara dunia benda (maya) dan manusia. Teknologi 5.0 yang kemudian dikenal dengan Society 5.0 terhubung dengan kesadaran baru dunia terhadap perubahan terlebih dikuatkan ketika adanya pandemi Covid 19 ini, para pemimpin di "Society 5.0" merupakan gambaran baru tentang kepemimpinan level 5 yaitu "Wisdom Leadership", kepemimpinan yang tidak hanya mengandalkan kemampuan logis namun juga kemampuan intuitif, sehingga cara berpikir tidak hanya "out of the box" namun "No Box".

Gambar di atas terdapat "Leadership transformation" dari tujuan besar kepemimpinan dalam kotak pikiran (In the box), terikat oleh banyak aturan dan pengalaman masa lalu sehingga seringkali potensi dan talenta yang dimiliki hanya sebatas catatan kertas namun tidak menjadi inovasi. Target dari kepemimpinan "In the box" adalah produktivitas tinggi, sehingga unsur kesamaan dan kebersamaan menjadi tolok ukurnya, sementara kepemimpinan level 2 yaitu "Out of the box" memiliki target adalah bagaimana seorang pemimpin yang efektif (Rusilowati, 2021:7).

Pemimpin yang telah berhasil dalam tahapan " No Box Leadership" memiliki fokus tidak hanya menjadi pemimpin yang efektif namun meraih  hidup yang mulia dan berusaha memuliakan manusia lainya, lebih tepat adalah kepemimpinan yang memberikan orang lain menjadi lebih baik dan meraih keberkahan hidup dengan cara memberikan kesempatan untuk berubah lebih baik (Greatness). Sejalan dengan The7Awareness yaitu "From Good to Great",bahwa kepemimpinan "No Box" mendorong bukan hanya dirinya maju namun mendorong ekosistem yang berada di sekitarnya menjadi yang terbaik, tidak hanya cukup baik (Collins, 2001:51).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun