Mohon tunggu...
NAQOY CENTER
NAQOY CENTER Mohon Tunggu... Dosen - Motivator

pisau diasah oleh batu dan manusia diasah oleh manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

The Influencing Code : Public Speaking

17 Agustus 2024   13:02 Diperbarui: 17 Agustus 2024   13:07 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memori dunia (Memory of the World) adalah program UNESCO yang bertujuan untuk melestarikan dokumen-dokumen sejarah yang penting bagi umat manusia. Namun, hingga saat ini, pidato Soekarno di PBB belum diakui secara resmi sebagai bagian dari Memori Dunia oleh UNESCO. Meski demikian, pidato tersebut tetap diingat sebagai salah satu tonggak sejarah yang penting dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak asasi manusia di dunia.

Pertanyaan sederhananya adalah mengapa Pidato Soekarno bahkan dijadikan sebagai "Memory of the World" ?, jawabanya adalah karena Soekarno menyampaikan dalam Public Speaking yang memukai dalam kode pertama adalah penderitaan. Sebuah penderitaan bangsa Indonesia yang dijajah ratusan tahun sehingga dalam kata-katanya bukan lagi hanya pembenaran kata, sebuah kosa kata yang sebelumya memberikan pesan hanya 10 % bisa berubah drastis terlebih ketika Soekarno menggunakan 'intonasi kata".

Intonasi kata bagi Soekarno bahkan bisa melebihi 70 %, walau rata-rata manusia biasa sebatas 40 %, sebuah intonasi kata menjadi ajaib ketika disampaikan dalam keadaan nyata sebuah upaya bagaimana keluar dari penderitaan hati yang cukup lama. Penderitaan, dalam esensinya, mengungkap kebenaran tentang kondisi manusia dan masyarakat. Ketika penderitaan disuarakan, ia menantang ketidakadilan, memanggil keadilan, dan memaksa masyarakat untuk menghadapi kenyataan yang mungkin ingin diabaikan atau disembunyikan.
Penderitaan sering kali menjadi suara kebenaran karena ia menghadirkan realitas yang tak dapat diabaikan atau disangkal. Ada beberapa alasan mengapa penderitaan dapat menyuarakan kebenaran:

  1. Pengalaman Nyata dan Autentik: Penderitaan adalah pengalaman langsung yang dirasakan oleh individu atau kelompok. Ketika seseorang atau sekelompok orang menderita, pengalaman mereka menjadi bukti nyata dari kondisi yang tidak adil atau situasi yang salah. Ini adalah kebenaran yang tidak dapat diabaikan karena berasal dari realitas hidup.
  2. Kepekaan Terhadap Ketidakadilan: Penderitaan sering kali terjadi akibat ketidakadilan, penindasan, atau pelanggaran hak. Ketika penderitaan diungkapkan, itu menyoroti adanya masalah yang perlu diperbaiki. Penderitaan menjadi katalis untuk perubahan sosial karena mengungkapkan kebenaran tentang sistem yang tidak adil.
  3. Solidaritas dan Empati: Penderitaan yang diungkapkan bisa membangkitkan solidaritas dan empati di antara orang lain. Ketika penderitaan diungkapkan secara luas, orang-orang yang mendengarnya bisa menjadi lebih sadar dan termotivasi untuk bertindak demi keadilan. Ini membuat suara penderitaan menjadi alat yang kuat untuk menggerakkan perubahan sosial.
  4. Menembus Kebohongan dan Kepalsuan: Dalam banyak kasus, penderitaan mematahkan narasi-narasi palsu yang digunakan untuk membenarkan ketidakadilan atau kekejaman. Kebenaran yang tersembunyi di balik propaganda atau retorika bisa terungkap melalui penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang terdampak.
  5. Dorongan untuk Perubahan: Penderitaan sering kali mendorong mereka yang mengalaminya untuk mencari kebenaran dan memperjuangkan perubahan. Ketika penderitaan diderita secara meluas dan mendalam, suara mereka yang menderita bisa menjadi kekuatan pendorong untuk reformasi atau revolusi.

Sampai jumpa di kelas Public Speaking The7Awareness, mari kita buat kelas menarik dan inspiratif. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun