Jaya Suprana terkagum dan terharu bicara dihadapan 18.000 orang di Istora Senayan pada tanggal 27 September 2019, dirinya tidak percaya bahwa mereka bisa bertahan selama 2 hari, namun timnya yang mengecak jumlah peserta telah menunjukan data bahwa Rekor MURI ini memang telah dipecahkan, mengalahkan rekor sebelumnya. Akhirnya dalam kata-kata istimewanya dirinya berkata "Ini sebenarnya REKOR Dunia, kalau dunia tidak complain ini adalah Rekor DUNIA dan Indonesia" katanya, tampak wajahnya yang penuh semangat, setelah itu dilaksanakan foto Bersama dan dirinya bertanya "bagaimana caranya berbicara di depan 18.000 orang dan mampu memberikan vibrasi yang kuat kepada mereka dengan sangat ajaib" katanya.
       Rekor MURI tersebut menjadi salah satu titik balik dalam perjalanan karir dan profesi saya sebagai Trainer dan Motivator sampai hari ini. Tentu saja menulis dan merencanakan berbicara diatas kertas adalah hal mudah namun ketika nyata dalam kehidupan ini tidaklah semudah membalikan tangan. Bicara didepan banyak orang apalagi 18.000 orang adalah "amazing and greatness", saya ingin membagikan tips singkat bagaimana pengalaman ini menjadi "One Minute Awareness" dalam kehidupan yang menyala. Sebenarnya menghadapi 18.000 orang jauh lebih mudah dibandingkan musuh yang tidak terlihat, adapun musuh yang tidak terlihat itu adalah K3M (Ketakutan, Kecemasan dan Ketidaklayaan dalam diri plus Malas).
       K3M ini masih ada seringkali sebagus apapun teks yang sudah disiapkan hanya akan ditangkap oleh audieen adalah 10 %, maka jangan berhenti hanya membuat teks yang bagus, karena audience akan terpukau hanya diawal pertunjukan namun sisanya akan menemukan jalan kebosanan. Kita sering dipertontonkan 'Public Speaking" ala pejabat yang hanya membaca teks, pertanyaan saya adalah bagaimana respon audience yang hadir?, apakah mereka menyimak dengan kesungguhan? Atau justru mereka ikut menjadi pasar keramaian berbicara dengan peserta lainya. Tentu saja kita semua dengan jelas mengetahui jawabanya adalah karena kekuatan hanya sebatas kata-kata apalagi dalam teks memiliki keterbatasan.
      Â
       Membuat teks dengan mudah bisa ditolong oleh teman atau staf bahkan bagi anak milineal dan Generasi Z jawabanya adalah Chat IA, maka masalah selesai, akan tetapi bagaimana dengan masalah K3M, ini tidak hanya selesai dengan teman dan IA namun harus diselesaikan oleh diri sendiri. Inilah yang seringkali disepelekan oleh kita, ini bagaikan musuh dalam selimut, tidak tampak oleh orang lain namun sebenarnya berdampak. Salah satu cara yang dilakukan di Naqoy Public Speaking adalah dengan melakukan 3 M yaitu harus ada Metode bagaimana mendobrak K3M tersebut, lalu kedua harus ada Millieu, atau lingkungan yang mendukung dan ketiga adalah Mentor atau Pembimbing. Ketiga hal ini dikunci dengan 21 hari tanpa putus.
       Kekuatan 21 hari untuk seseorang melakukan latihan dalam Publik Speaking adalah hal yang biasa  namun memiliki kekuatan ajaib, karena hampir dipastikan siapapun yang memiliki kedua hal ini akan sukses, pertama adalah apakah dirinya sungguh-sungguh dalam menjalankan program 21 hari tersebut dan kedua adalah apakah dirinya setia terhadap panduan yang disampaikan. Jika guru, dosen dan pegawai tentu lebih mudah namun bagi anak-anak siswa SMP ini adalah perjuangan berat, bahkan ketika disuruh memilih akan lebih pilih lari 3 kali lapangan bola daripada berbicara didepan umum dengan grogi yang terlihat. Trilogi The7Awareness yaitu 21 Days to be Transhuman menunjukan kepada kita bahwa memori seseorang terbagi 2 pertama adalah Brain Memory dan kedua adalah Muscle Memory, ketika seseorang memiliki kekuatan pengulangan dalam 21 hari tanpa putus maka akan menemukan kekuatan dari otot yang tidur panjang seperti halnya kita seseorang berolahraga selama 21 hari tanpa putus.
       Persoalan dari peserta Public Speaking adalah tidak tahan atau gagal dalam proses pembentukan "mucle memory" selama 21 hari. Maka harus ditemukan "Motivation" dan "Trigger " dalam diri mereka sehingga menjalani proses tumbuh dan berkembang menjadi hebat adalah hal yang pantas diperjuangkan oleh siapapun termasuk dirinya. Ketika teori tentang 'Public Speaking" telah dijalankan dalam program 21 hari tanpa putus maka kode-kode dari Publik Speaking telah dijalankan dengan benar, usia yang tepat melatih anak-anak Indonesia mengenali dan memahami tentang psikologi "Public Speaking". Â
       Robin Sharma, Covey dan Naqoy membuat Batasan dasar bahwa kekuatan dari kebiasaaan hebat dalam dunia "Public Speaking" adalah membuat kebiasaan baru selama 21 hari tanpa putus. Dalam The7Awareness bicara tentang Public Speaking sebenarnya bagaikan melihat sebuah es batu yang ternyata lebih banyak tenggelam dibandingkan terapung, apa yang tampak dalam dunia "public Speaking" mewakili 12 %, sementara 88 % adalah tidak bisa didasari. Banyak pelatihan tentang hal ini hanya sebatas fokus kepada 12 % saja dan melupakan bagaimana 88 % maka seribu Teknik tentang rahasia "public speaking" hanya jalan ditempat awal saja. Buku ini akan membuka kotak 88 % yang selama ini masih misteri dan masih sulit ditemukan oleh para ahlinya.
       Ketika anda sudah mengenal dan memahami tentang rumus 88 % ini, maka 12 % akan mudah sekali ditemukan. Inilah rahasia terbesar yang bisa diambil dari keajaiban "Public Speaking", karena di dalamanya menyimpan "kepemimpinan, ketegasan, kesabaran, keceriaan" yang akan menjadikan "Public Speaking" adalah klimak dari proses panjang yang dolakukan oleh ahlinya. Dalam pelatihan "Public Speaking" minimal ada 3 manfaat (1). Melatih kepercayaan diri anak remaja, (2). Menguatkan mental menghadapi masalah dan (3). Melatih kekuatan fokus.
       Kepercayaan diri anak remaja (Generasi milineal dan Gen Z) rentan menghadapi situasi yang mendestrupsi, Generasi Z, yang mencakup individu yang lahir antara pertengahan hingga akhir 1990-an dan awal 2010-an, menghadapi berbagai tantangan yang bisa mempengaruhi rasa percaya diri mereka ketika berbicara di depan umum. Beberapa alasan utama mengapa mereka mungkin mudah dan rentan kurang percaya diri adalah: