Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kampung Adat Cipta Gelar Tujuan Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Doktoral Ilmu Manajemen Unpak Bogor

20 Desember 2023   05:58 Diperbarui: 20 Desember 2023   09:35 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara langsung ke tim kampung adat Cipta Gelar /Dokpri

BAGIAN AWAL

Ini bukan hanya sekedar cerita, tapi perjalanan panjang yang melibatkan fisik , mental , keuangan dan spiritual, bukan kebetulan mengapa teman-teman Doktoral memilih Pengabdian Masyarakat di Cipta Gelar Sukabumi Jawa Barat. Memiliki teman-teman yang kompak dan satu mimpi lulus Doktoral 2 tahun lebih sedikit adalah hal istimewa, memiliki latar belakang yang berbeda-beda. 

Di Ilmu Manajemen sendiri kami dibagi 2 kelas, namanya R1 dan R2, mereka semuanya teman yang istimewa. Saya sendiri lebih kenal dekat dengan R2 karena kuliah bersama setiap minggu dengan mereka, seperti dr. Ismet, beliau sangat hebat tiap minggu berjuang pulang pergi dari RSI Pati menuju Bintaro untuk kuliah Doktoralnya, sama dengan beliau adalah Ibu Hella, perempuan yang menjadi konsultan RS ini memiliki semangat belajar yang tinggi, selain bekerja memilih sebagai dosen adalah pilihan hidupnya. 

Mahasiswi Doktoral UNPAK Bogor sedang berpose di depan leuit/Dokpri
Mahasiswi Doktoral UNPAK Bogor sedang berpose di depan leuit/Dokpri

Ada banyak Dosen hebat seperti Pak Windi, yang selain dosen juga seorang konsultan sipil pembangunan yang karya desain interiornya sudah teruji bagus, Ibu Ida juga Dosen bahkan dirinya adalah Dekan di sebuah kampus ternama bersama Ibu Lia yang juga dosen yang merupakan pakar Teknologi Informasi, Dosen lainya adalah Pak Nono yang berjuang dari Pandeglang Banten untuk memperbesar kampusnya disana, sementara Wirausaha juga tidak kalah penting seperti Pak Priyo  dan Pak Isbat, keduanya sama-sama tinggal di Kota Bogor. 

Pak Priyo sendiri adalah E0 event yang sukses di bidangnya sementara Pak Isbat adalah konsultan yang memiliki lembaga sertifikasi ISO dibidang perkayuan dan perhutanan, uniknya mimpi beliau kuliah adalah karena iseng di rumah, namun nyatannya dialah orang yang paling rajin dan sungguh-sungguh dalam belajar, terbukti dosen memberikan tugas malam hari, esok harinya sudah selesai, keren khan. Sementara Pak Henry Lasut dari Makksar, beliau sendiri adalah HRD di perusahaan tepung ternama di Indonesia.  Sementara saya sendiri memilih kuliah lagi karena alasan yang saya sebut "One Minute Awareness", sebuah momentum yang membuat saya hanya ada satu alasan yaitu TIDAK ADA ALASAN (Baca buku One Minute Awareness versi Gramedia, 2009).

Dosen dan para mahasiswa siap menuju kampung Adat Cipta Gelar di kampus UNPAK/Dokpri
Dosen dan para mahasiswa siap menuju kampung Adat Cipta Gelar di kampus UNPAK/Dokpri

Sementara teman dari R1 ada banyak teman-teman dosen dan  pengusaha seperti 1. Herlin Widasiwi Mba  Ramon Hurdawaty, mba Wiwik Widiyanti, Mba  Isnurrini H. Susilowati, Mas Daryono, Pak Endi Suyatno, Mas Wachid Hasyim, Mba Enok Tuti Alawiah, pak  Mohamad Ramdan, Mas Yandi Asmana, Mas Hammad. Kedua kelompok Ilmu Manajemen sepakat mengatur jadual keberangkatan sampai jadual kepulangan. Dua dosen istimewa yang hebatpun ikut yaitu Dr.Hari Muharram dan Dr. Agus Setyo Pranowo, kedunaya adalah pengusaha sukses yang menjadi dosen, artinya ilmu tentang kewirausahaan telah dijalani sebagai jalan kehidupan keduanya sehingga mengajar adalah bagian dari aktualisasi diri (Maslow). 

Kampung adat Cipta Gelar adalah tujuan utama Pengabdian Masyarakat Ilmu Manajemen Doktoral Universitas Pakuwan Bogor, nama kampung adat CiptaGelar sendiri berada di Wilayah Kampung Suka Mulia,Desa Sinar resmi Kec Cisolok Kab Sukabumi, rumah adat  khas orang sunda zaman dahulu adalah ciri dari Kampung adat Cipta Gelar, adapun istilah Kesepuhan adalah panggilan penduduk dari kampung adat Cipta Gelar. Kata Kesepuhandiambil dari kata sepuh yang artinya tempat tinggal  seseorang sesepuh. 

Berdiskusi dengan pihak kampung adat Cipta Gelar/Dokpri
Berdiskusi dengan pihak kampung adat Cipta Gelar/Dokpri

SEJARAH KAMPUNG ADAT CIPTA GELAR 

Dalam buku No Box Leadership (2023), diantara 4 kemampuan penting  bagi mahasiswa adalah Wisdom - Intellegency-  Creativity dan Synhesis. Bagian penting dari kepemimpinan era post Covid 21 adalah Wisdom Leadership, Sharma (2017) dan Covey( 2010) sepakat bahwa kearifan seseorang yang akan menjadi pemimpin dibentuk oleh dua faktor, hal ini disepakati oleh Naqoy (2023) dalam jurnalnya 'Wisdom Leadership" yang menuangkan bahwa kedua pondasi yaitu (1). Pengalaman hidup dan (2). Ilmu Pengetahuan, ketika perkawinan ini terjadi dalam diri seseorang maka akan menemukan pencerahan diri, sejalan dengan kutipan Lao-Tzu "Seseorang yang telah  mengenali orang lain maka dirinya menemukan kearifan dan seseorang yang telah menemukan dirinya maka dia telah menemukan pencerahan". Dalam Islam sesuai dengan Hadits Nabi "Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu" yang artinya Barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhanya. 

Bicara tentang sejarah adat kampung Cipta Gelar maka tidak bisa lepas dari Cerita Prabu Siliwangi, ketika Sang Prabu Ingin Moksa dan memerintahkan prajutritnya untuk membentuk tiga kelompok, para prajurit Sang Prabu kemudian membuat tiga desa yang saling keterkaitan satu dengan yang lainya. Salah satunya adalah kampung Gede yang sering berpindah-pindah menghindari penjajah Belanda dan Jepang.  Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan masyarakat adat yang masih mempertahankan budaya leluhur yang menjadi pegangan kehidupan. Menurutnya, nenek moyang adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih atau melebihi kemampuan manusia umumnya yang dianggap sebagai keturunan dari kerajaan Sunda Pajajaran. Sistem keagamaan Kampung Ciptagelar adalah Islam, namun memiliki unsur kepercayaan asli Sunda Wiwitan yang kuat. Dilihat dari upacara-upacara yang selalu diadakan. Sejak tahun 2001, kampung Ciptarasa yang berasal dari desa Sirnarasa telah melakukan hijrah wangsit ke desa Sirnaresmi yang berjarak dua belas kilometer. Di desa Sirnaresmi, tepatnya di desa Sukamulya, Abah Anom selaku ketua kampung adat menamai kampung Ciptagelar sebagai tempat pindah baru. Ciptagelar memiliki arti terbuka atau pasrah. Pindah dari Kampung Ciptarasa ke Kampung Ciptagelar karena perintah leluhur yang disebut wahyu. Hal itu diturunkan untuk diterima atau disebarkan oleh Abah Anom melalui proses ritual yang mau tidak mau harus dilaksanakan.

Bersama penduduk kampung adat Cipta Gelar/Dokpri
Bersama penduduk kampung adat Cipta Gelar/Dokpri

Dari foto-foto yang ditampilkan di ruangan Abah, saya dapat melihat sebuah proses kehidupan yang panjang telah dilewati disini, menjaga tradisi (budaya) yang penuh pesan kearifan bagi umat manusia secara utuh baik skala Indonesia ataupun dunia.  Daur hidup padi dari awal penanaman hingga panen pada masyarakat Ciptagelar memiliki rangkaian aturan adat dan upacara yang harus dilakukan, di antaranya:  (1). Ngaseuk, (2). Sapang Jadian Par, (3). Par nyiramo dan mapag par beukah, (4). Sawenan, (5). Mipit par, (6). Nganyaran atau ngabukti. (7). Ponggokan,dan yang puncak adalah  Seren Taun, upacara ini merupakan puncak dari aktivitas masyarakat Ciptagelar. Biasanya selalu diadakan setiap tahun karena tradisi nenek moyang untuk mengormati dewi padi atau yang terkenal dengan nama Nyi Pohaci atau Dewi Sri. Sebenarnya buat saya sendiri yang lahir di pantura yaitu Cirebon banyak hal yang mirip atau sama, hanya saja perbedaanya adalah masyarakat adat Cipta Gelar mampu merawat budaya dengan kesunguhan hatinya yang sudah menjadi jalan hidup dari nenek moyangnya yaitu para prajurit Prabu Siliwangi, sementara masyarakat umum budaya-budaya sunda yang ada telah hilang oleh kemodernan zaman dari waktu-ke waktu. 

Wawancara langsung ke tim kampung adat Cipta Gelar /Dokpri
Wawancara langsung ke tim kampung adat Cipta Gelar /Dokpri

BAGIAN AKHIR 

Perjalanan akhir akhirnya harus dituntaskan, tepat jam 15.00 sore setelah dijamu makan oleh pihak Kasepuhan di kediaman Abah Ugi para mahasiswa dan dosen Doktoral Ilmu Manajemen pamit meninggalkan Desa Adat Cipta Gelar, memasuki mobil L300 yang ditutup terpal biru adalah bagian yang tidak terpisahkan dari momen ini, jujurnya bagi kami atau sebagian kami ini adalah hal baru yang menantang, melelahkan namun menyenangkan. Berhimpitan dengan teman-teman dan memahami satu dengan yang lain, menghidupkan empati, simpati dan berkolaborasi dalam kesempitan adalah bagian penting dari kecerdasan emosi itu sendiri, seperti halnya disampaikan oleh Dosen Doktoral UNPAK Dr.Hari Muharram dan Dr. Agus Setyo Pranowo yang menekankan pentingnya kita belajar dari orang lain dan alam ini, jiwa kewirausahaan dilatih untuk bisa membaca tanda-tanda alam dan lingkungan yang ada, tentu saja kami diminta melakukan 3 T , mengambil istilah The7Awareness (2010) yaitu Tafakkur, memerung kedalam diri dalam melakukan evaluasi, lalu T kedua adalah Tadabbur, membuka diri dengan kemajuan orang lain dan Tasyakkur, merayakan kehidupan dengan rasa syukur dan antusiasme. 

Bersama Dosen KewirausahaanDr. Agus Setyo Pranowo di sudut Warteg pukul 02.00 pagi menuggu kumpul mahasiswa sebelum berangkat/Dokpri
Bersama Dosen KewirausahaanDr. Agus Setyo Pranowo di sudut Warteg pukul 02.00 pagi menuggu kumpul mahasiswa sebelum berangkat/Dokpri

Membutuhkan 2 jam kurang untuk kembali ke jalan raya besar, walau kaki diantari kami banyak yang kesemutan karena sulitnya duduk dengan benar di jalan namun akhirnya cerita indah itu menjadi hal yang menyenangkan, ada dua rasa disini, ingin kembali kesana bahkan menginap dan merasakan suasana malam dan rasa kedua masiah terbayang bagaimana perjalanan yang berliku dan menukik menuju ketujuan, sebenarnya kampung adat Cipta Gelar seperti menunjukan citra diri kami semua mahasiswa Doktoral Ilmu Manajemen UNPAK bahwa kesusahan diawal dalam proses adalah bagian dari hukum alam kesuksesan, akhirnya kami percaya dengan yang disampaikan oleh Kaprodi Ilmu Manajemen Doktoral Unpak Prof. Hari Gusrida ketika wawancara kami semua diawal seleksi masuk kampus bahwa kesiapan mental, keuangan dan spiritual mahasiswa adalah hal yang tidak bisa dipisahkan sama sekali. Jadi teringat mata kuliah oleh Rektor UNPAK  Prof. Dr. rer. pol. Ir. H. Didik Notosudjono, M.Sc. tentang Mental Model sebagai bagian dari Building Learning Organization dalam Innovation Management.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun