Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hari Raya Qurban, Belajar Kesalehan dari Nabi Ibrahim As

9 Juli 2021   14:40 Diperbarui: 9 Juli 2021   14:44 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Ibrahim As adalah tokoh central dalam hal hari raya Qurban ini, bahkan diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah makan sendiri selalu mengajak orang untuk makan bersama, jiwa sosialnya sangat tinggi, Nabi Ibrahim bahkan sempat mengatakan bahwa "bukan hanya makanan saja, seandainya nanti dirinya memiliki putra dan diminta oleh Tuhanya tentu dia siap memberikanya".

Nabi Ibrahim sudah menunjukan ciri-ciri kenabianya bahkan ketika masih remaja, tepatnya ketika dirinya ditangkap oleh Raja karena menjadikan Patung besar seolah-olah menghancurkan patung-patung kecil. Karena perbuatanya akhirnya disepakati bahwa perbuatanya harus diberikan hukuman berupa "pembakaran". 

Ketika mendengar Nabi Ibrahim akan dibakar banyak yang menawarkan bantuan termasuk adalah Malaikat, namun Nabi Ibrahim tetap mengatakan bahwa hanya Allah saja penolong yang diirnya nantikan. 

Dirinya memiliki istiqomah dalam meletakan harapan hanya kepada Tuhanya saja, sehingga akhirnya dalam Al-Quran turun ayat berbunyi  " Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!" Al-Anbiya :69.

Hal ini menunjukan kepada kita semua bahwa setiap masalah yang datang kepada manusia selalu ada solusi yang disiapkan dengan  syarat manusia tersebut menggantungkan segala upaya dan ikhtarnya kepada Allah bukan kepada selain Allah. 

Dalam hal ini adalah pandemi Covid 19 yang sudah berjalan 2 tahun sejak tahun 2020 lalu, peristiwa ini kita jadikan sebagai momentum memperkuat iman kita kepada Allah sehingga menjadi hamba-hamba Allah yang "Muqorribin", sangat dekat dengan Allah. 

Karena ingin dekat dengan Allah maka layaknya manusia memenuhi perintah Allah dan berhenti melanggarnya sehingga tidak mudah putus asa dan sakit hati, manusia yang memiliki keyakinan dan semuanya karena Allah selalu dipermudah dalam perjalanan hakikinya. Karena keikhlasan yang dimilikinya bukan lagi hanya sebatas ucapan namun sampai dalam tatanan aplikasi.

Hal inilah yang juga dicontohkan Nabi Ibrahim ketika harus meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir yang gersang dan dirinya meninggalkan keluarganya disana. Ketika istrinya menatap suaminya (Ibrahim As) dan bertanya "apakah ini perintah Tuhanmu?" lalu Ibrahim menganggukan kepala tanda "iya benar". Istrinya percaya bahwa tidak mungkin Allah membawanya ditempat yang gelap, gersang dan belum ada kehidupan ini kalau tidak ada maksud besar untuk manusia kedepanya, akhirnya peristiwa  pencarian air dari sofa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali membuat kita mengenalnya dengan istilah 'sai", lari-lari kecil dari Bukit Sofa ke Bukit Marwah. 

Peristiwa ini memberikan teladan kepada kita bahwa proses seseorang dalam meraih sukses tentu saja tidaklah mudah, berliku dan menukik, bahkan terkadang harus menerima kegagalan berkali-kali, namun setiap kegagalan bukan justru menjatuhkan manusia namun sebaliknya mengangkat manusia ,karena ada satu hal yang tidak disukai oleh Iblis dari manusia yaitu kesabaran, ketekunan, disinilah manusia memiliki kekuatan hebat tersebut. Kesabaran dan ketekunan adalah modal meraih sukses bagi siapa saja, dalam pelatihan 21 days to be transhuman, tahapan pertama adalah belajar istiqomah dalam 21 hari pertama dan kemudian diulang kembali sampai 3 x, hal ini akan membentuk kekuatan pikiran positif dan perasaan baik sehingga melahirkan tindakan yang kuat menuju sukses.  Setiap jalan sukses selalu dekat dengan pengorbanan, dan sesungguhnya tidak ada yang sia-sia dalam pengorbanan kita, karena manusia yang berQurban di Idul Adha ini menunjukan kualitas dirinya sebagai manusia yang pandi bersyukur dan memiliki kecerdasan sosial sehingga hidupnya bermanfaat untuk sesama manusia.   (NAQOY, Penulis dan Motivator pemecah Rekor MURI 18.000 peserta di Istora Senayan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun