Mohon tunggu...
Na Qiyya Khulwa
Na Qiyya Khulwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Istilah Resiliensi dalam Psikologi dan Faktor yang Memengaruhinya

15 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 15 Juni 2024   05:22 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan ini seluruh manusia tidak terlepas dari sebuah perubahan. Terasa sekali perubahan yang cepat dalam aspek sosial, lingkungan, budaya, dan yang lainnya sehingga membuat individu merasa cemas. Dalam mengatasi perubahan yang cepat ini, kita perlu mengenal istilah "resilien" dan menerapkannya pada kehidupan kita.

Definisi resiliensi telah berkembang seiring dengan meningkatnya pengetahuan ilmiah. Resiliensi dipelajari oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, psikiatri, sosiologi, dan baru-baru ini, disiplin ilmu biologi, termasuk pada genetika, epigenetik, endokrinologi, dan ilmu saraf.  Resiliensi merupakan sebuah kalimat yang menggambarkan perilaku pertahanan positif dari dalam diri individu. Tapi, apa sebenarnya arti resiliensi menurut para ahli? simak penjelasan berikut ini

Definisi resilien menurut para ahli:

  • "Kemampuan manusia untuk beradaptasi dalam menghadapi tragedi, trauma, kesulitan, kesusahan, dan tekanan hidup yang terus menerus." (Newman, 2005)
  • "Resiliensi dapat didefinisikan secara singkat sebagai kapasitas untuk pulih atau bangkit kembali, seperti yang melekat pada asal-usul etimologinya, di mana 'resiliensi' berasal dari kata Latin salire (melompat atau meloncat), dan resilire (bangkit kembali)." (Davidson et al., 2005)
  • "Ketahanan psikologis ditandai dengan kemampuan untuk bangkit kembali dari pengalaman emosional yang negatif dan dengan adaptasi yang fleksibel terhadap tuntutan perubahan dari pengalaman yang penuh tekanan" (Tugade & Fredrickson, 2004).
  • "Resiliensi adalah sebuah proses dinamis di mana individu menunjukkan adaptasi positif meskipun mengalami kesulitan atau trauma yang signifikan. Istilah ini tidak mewakili sifat kepribadian atau karakteristik individu. Melainkan, ini adalah konstruk dua dimensi yang menyiratkan paparan terhadap kesulitan dan manifestasi dari hasil penyesuaian yang positif." (Luthar & Cicchetti, 2000)
  • "Resiliensi mencerminkan kemampuan orang, komunitas, masyarakat, dan budaya untuk hidup dan berkembang, dan budaya untuk hidup berkembang dengan perubahan lingkungan yang terus menerus mengalami perubahan. Resiliensi adalah upaya mengembangkan kapasitas untuk mempertahankan pengembangan dalam menghadapi perubahan, baik yang bersifat bertahap maupun mendadak, yang diharapkan dan mengejutkan" (Folke, 2006).

Secara garis besar, resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan adaptasi individu pada gangguan mental yang akan terjadi setelah terjadinya peristiwa traumatis. Peristiwa-peristiwa yang dimaksud yakni, pengasuhan yang kurang baik, kondisi ekonomi, peristiwa traumatis, bencana alam, kekerasan, perang, penyakit fisik, keadaan sosial, budaya, dan politik.

Faktor psikologis memengaruhi resiliensi:

  • Optimis: Dengan berpikir optimis, seseorang akan mudah untuk beradaptasi dalam situasi yang menyulitkan. Berpikir bahwa semua hal sulit selalu ada jalan keluar akan menjaga well-being individu untuk menghadapi situasi sosial dan lingkungan yang terus berubah.
  • Cognitive Appraisal: Individu dengan sadar menilai kembali peristiwa yang merugikan atau traumatis untuk menemukan hikmahnya dikaitkan dengan resiliensi (Gross, 2002). Dengan mengubah pola berpikir negatif menjadi pikiran positif, individu dianggap dapat menjadikan pengalaman sulit tersebut menjadi sebuah pencarian jati diri sehingga menemukan makna dibalik kejadian sulit yang menimpa dirinya.
  • Social Support: Pengaruh lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap individu. Social support ini didapatkan melalui orang-orang terdekat seperti, keluarga, teman, tetangga.
  • Humor: Humor telah diidentifikasi sebagai bentuk active coping  yang berkontribusi terhadap resiliensi. Tidak hanya karena kemampuannya untuk mengurangi ketegangan, tetapi juga karena kemampuannya untuk memperoleh social support (Vaillant, 1992).
  • Olahraga fisik: Dengan mengolah fisik secara rutin, akan memberikan pengaruh pada tubuh kita yang memberikan sinyal kepada otak untuk menjaga kestabilan mood dan juga self-esteem.


Faktor neurochemical yang memengaruhi resiliensi:

  • Neuropeptide Y (NPY): berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan kerentanan terhadap gangguan kecemasan setelah kesulitan masa kecil. (Donner et al., 2012)
  • Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis (HPA AXIS): Mempengaruhi kemungkinan timbulnya gejala depresi pada orang dewasa akibat pelecehan ketika kanak-kanak. (Bradley et al., 2008)
  • Noradrenergic and Dopaminergic Systems: Memprediksi tingkat keparahan gejala PTSD karena trauma masa kecil pada orang dewasa. (Binder et al., 2008; Zimmermann et al., 2011)
  • Serotonergic System: Alel pendek yang sangat berkaitan dengan peningkatan sensitivitas terhadap stres dan risiko depresi.
  • Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF): Berinteraksi dengan stres kehidupan awal untuk memprediksi depresi dan anxiety disorders

Lalu, bagaimana ciri-ciri individu yang telah resilien?
menurut Chung (2008), individu yang memiliki resiliensi dicirikan sebagai berikut:

1. Mampu mengambil keputusan meski sedang dihadapkan dengan situasi yang sulit
2. Dalam pergaulan, individu cenderung easy-going
3. Memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan sosial yang baru dengan cepat
4. Memiliki kemampuan problem solving yang baik
5. Memiliki minat dan bakat, dengan ini seseorang akan lebih percaya diri
6. Memiliki spiritualitas dan religiusitas

Referensi

  • Herrman H, Stewart DE, Diaz-Granados N, Berger EL, Jackson B, Yuen T. What is Resilience? The Canadian Journal of Psychiatry. 2011;56(5):258-265. doi:10.1177/070674371105600504
  • Rees, C. S., Breen, L. J., Cusack, L., & Hegney, D. (2013, January 30). Understanding resilience. Frontiers. Retrieved June 14, 2024, from www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnbeh.2013.00010/full
  • Suryani, Y. E., & Uningowati, D. W. (2020). Measuring the Resilience of Indonesian Communities to Disaster, vol: 3. 279. https://doi.org/10.20961/shes.v3i1.45065
  • Wald, J., Taylor, S., Asmundson, G. J., Jang, K. L., & Stapleton, J. (2006, June 01). Literature Review of Concepts: Psychological Resiliency [Final rept.]. Defense Technical Information Center. https://apps.dtic.mil/sti/citations/ADA472961
  • sumber gambar 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun