Makan bersama keuarga selalu membawa kenangan tersendiri. Aku teringat masa kecilku. Kala itu, setiap hari ibu menyiapkan makanan dalam jumlah yang besar. Maklum di rumahku, tak hanya ada keluarga inti. Tapi, juga ada paman (adik ayah) dan juga anak angkat ayah dan ibuku. Alhasil, ibu harus memasak dalam jumlah besar dan harus jungkir balik memilih menu yang kaya nutrisi. Tentu tak mudah bagi ibu mengatur uang belanja dengan jumlah keluarga besar itu. Tak sedikit ibu harus mengelola makanan dari hasil kebun sendiri, seperti masak daun singkong, jantung pisang, hingga umbut kelapa.
Bagi ibu, memasak untuk keluarga itu adalah salah satu bukti cinta dan kasih sayang. Aku kecil melihat betapa berseri-serinya wajah ayah ketika menyantap makanan buatan ibu dan betapa semangatnya ibu memasak makanan kesukaan ayah. Padahal, kata ibu, saat menikah, ibu belum bisa memasak. Tapi ,ayah dengan sabar membimbing ibu belajar masak, bahkan mengizinkan ibu ikut kursus masak. Hasilnya, masakan ibu semakin enak dan membuat kami anak-anaknya semakin ketagihan, hehe..
Kenangan itu sangat membekas dalam diriku, sehingga setelah menikah aku pun ingin anakku mengenang masakanku. Mengenang masa-masa makan bersama. Untuk itu, kami setiap hari menyempatkan makan bersama. Tak hanya di meja makan, kami juga bisa makan dengan mengelar tikar di depan rumah dan mendirikan tenda. Anak-anak sangat menikmati saat makan makan bersama. Sambil makan, kami akan bercanda, bercerita dan menyelipkan nasehat. Apalagi anak-anak akan langsung melihat bagaimana cara makan orang tuanya.
“Ayo makan sayuran, lihat Abi nih!” tunjuk suami saat memakan sayur pare.
“Itu apa, Mi?” tanya anak keduaku saat melihat timun.
“Kok rasanya begini, enggak mau!” kadang anakku menolak dan kadang mau mencoba makanan baru.
“Mi, aku mau makan sayur bayam, kata bu guru harus rajin makan sayuran,”
Beberapa percakapan saat makan makan bersama selalu ditunggu.Anak pertamaku akan mudah bercerita mengenai kegiatan di sekolahnya saat makan bersama. Kami jadi terasa lebih akrab dan lebih mudah mencurahkan kasih sayang. Makan bersama lebih sehat dan higenis. Apalagi kalau masak sendiri. Bisa memilih menu sesuai dengan kantong, hehehe...
Namun, ada kalanya kami tak bisa makan bersama. Suamiku kadang sibuk kerja, pulang hingga sore, bahkan hari Minggu ada kegiatan kantor. Apalagi jika ada tugas keluar kota yang cukup lama, sehingga anak-anak kangen acara makan bersama. Nah, jika sudah begini, anak-anak mulai merenggek.
“Mamas mau makan pakai ayam goreng!”
“Fatih juga, tapi enggak pedas!”
Kedua anakku bersemangat mengusulkan tempat untuk merasakan pertemuan setelah Abinya dinas keluar kota. Akhirnya kami pun bertolak ke KFC dekat rumah, yakni di Mall Lampung, Rajabasa. Wah, terlihat wajah si sulung sumringah sekali.
KFC Tempat Temu Keluarga
Saat kami merantau ke Sumatera Barat, tepatnya di Padang. Anak-anaksempat kesulitan menyesuaikan lidah masakan Padang pedas. Anak-anak terusmerengek minta ayam goreng kesukaan mereka. Sayang di dekat rumahku tak adajualan ayam goreng cepat saji. Adanya ayam goreng pop khas Padang. Sedangkananak-anak ingin ayam goreng seperti di KFC.
Setelah mencari informasi, akhirnya kami menemukan KFC di MallBasko. Anak-anak pun senang sekali. Lebih happy lagi, saat keluarga kakakkudatang dari Jakarta dan Bengkulu lebaran tahun 2014. Saat itu mereka datangmenjenguk aku yang sedang hamil tua. Usai berjalan ke Pantai Padang, kamimampir ke KFC di Mall Basko. Para keponakanku sangat menikmati kebersamaanmakan bersama sepupunya. Anak-anakku juga senang sekali. Mereka memilih ayam goreng original dan ice cream.Aku pun makan dengan lahap sembari ngobrol dengan keluargaku. Wah, KFC memang tempat asyik kumpul keluarga, ya, hehe.. apalahi tempatnya bisa memilih. Ada yang khusus orang merokok ada yang tidak. Tentu saja pilih tempat yang tidak ya, cuma pernah karena gak tahu kami malah milih tempat untuk perokok, hahha...untungnya sepi jadi kami sekeluarga bebas deh dari asap rokoknya, hihi...
Makan ramai-ramai memang terasa lebih menyenangkan, sayangnya suamiku harus menyelesaikan tesisnya di Padang, sedangkan aku dan anak-anak pindah duluan ke Lampung. Tradisi makan bersama terpaksa tanpa Abinya. Anak-anak kadang rindu dan menanyakan, “Abi kapan pulang?” kalau sudah begini, aku mencari cara agar anak tidak kehilangan rasa kebersamaan.
“Jangan lupa ya, datang cepatan, ngantrinya lama!” cerita teman.
“Iya aku baru dapat setelah 1 jam,” cerita yang lainnya.
Siang itu sekitar pukul 14.30 WIB aku dan kedua anakku ke KFC Lampung. Di sana terlihat ramai. Tapi tidak juga terlalu padat seperti cerita temanku di WhatsApp. Kami mengantri, terlihat pelayan mengunkan pakaian putih dan aktribut merah putih. Tak sampai 15 menit, pesananku telah selesai. Aku memesan 1 bucket, 1 ayam goreng original dan 2 minuman. Sayangnya ice cream lagi habis. Anakku terlihat kecewa deh, hahaha...