Setelah dihadapkan dengan situasi pandemi yang melumpuhkan berbagai aktivitas masyarakat di seluruh dunia. Kini terdapat virus baru yang menjadi ancaman bagi masyarakat yaitu virus cacar monyet atau juga disebut dengan monkeypox.Â
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox dan virus cacar monyet termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.
Virus ini menjadi perbincangan yang cukup hangat ketika pada bulan Juli 2022 WHO tetapkan cacar monyet atau juga monkeypox sebagai darurat kesehatan setelah sebelumnya ada sekitar 20.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan di seluruh dunia. Bahkan pada bulan Agustus, pemerintah Indonesia telah mencatatkan penemuan total 10 pasien tersuspek virus cacar monyet atau virus Monkeypox walau pada akhirnya 9 diantaranya dinyatakan negatif.
banyaknya kasus pasien yang terinfeksi oleh cacar monyet tentu saja menyebabkan kegemparan di kalangan masyarakat di seluruh dunia. Apalagi dengan adanya sosial media seperti Tiktok, Twitter dan Instagram, masyarakat bisa mendapatkan banyak informasi dengan lebih cepat dan juga lebih mudah. Tak sedikit konten kreator yang ada di platform Tiktok membahas mengenai bahaya cacar monyet dan memberikan awareness mengenai cacar monyet.
Mudahnya mendapatkan informasi mengenai monkeypox juga menyebabkan tagar #monkeypox menjadi trending di beberapa platform sosial media sehingga hal ini menimbulkan kepanikan yang cukup besar dikalangan masyarakat. Lantas mengapa masyarakat seakan-akan jauh lebih takut menghadapi monkeypox dibandingkan dengan ketika wabah COVID-19 pertama kali muncul?
Jika kita kembali mengingat-ngingat ketika pandemi COVID-19 dinyatakan sebagai wabah dan juga ketika COVID-19 muncul di Indonesia pertama kali, masih banyak masyarakat yang tidak memperdulikan hal tersebut dengan tetap pergi keluar rumah pada saat lockdown dan tidak mematuhi protokol kesehatan.Â
Sedangkan ketika kasus pasien yang terinfeksi oleh monkeypox muncul ke permukaan media, masyarakat atau netizen terutama warga negara Amerika Serikat menunjukan kepanikan mereka terhadap virus ini. Padahal dibandingkan dengan COVID-19, monkeypox atau cacar monyet tidak terlalu membahayakan dan tidak sampai menyebabkan banyak kasus kematian.
Jika kita telaah, hal yang menyebabkan mengapa masyarakat terlihat lebih takut dan siaga terhadap virus monkeypox adalah karena dunia baru saja pulih pasca mewabahnya COVID-19.Â
Seluruh kegiatan baru saja kembali berjalan normal dari mulai bersekolah, bekerja dan aktivitas-aktivitas lainnya. Tentu saja dengan kasus monkeypox/cacar monyet yang melonjak secara seketika, masyarakat menjadi jauh lebih mengantisipasi agar tidak terjadi lagi wabah yang melumpuhkan hampir semua aktivitas di seluruh dunia.
Selain itu, cacar monyet atau monkeypox bukanlah virus yang baru muncul. Virus ini ditemukan pada tahun 1958 sehingga informasi mengenai pencegahan dan penanganan virus sudah banyak bertebaran di internet.Â
Hal ini menyebabkan masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai virus dan juga informasi-informasi terkaitnya yang menyebabkan melonjaknya angka pencarian dengan keyword monkeypox diberbagai situs pencarian.
 Terakhir, ini merupakan alasan yang cukup banyak dibahas oleh beberapa konten kreator di platform Tiktok. Alasan mengapa masyarakat lebih takut terhadap monkeypox adalah karena virus ini menimbulkan ruam-ruam pada penderitanya.Â
Ruam yang ditinggalkan oleh virus ini bisa tumbuh disekujur tubuh termasuk di bagian wajah dan tentu saja ruam ini dapat meninggalkan bekas luka yang cukup sulit untuk dihilangkan.Â
Sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan mengapa masyarakat terkesan lebih takut terhadap cacar monyet atau monkeypox adalah karena informasi yang menyebar dengan luas, trauma akan pandemi COVID-19 dan juga virus monkeypox yang meninggalkan bekas luka bagi pasien yang terinfeksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H