TUGAS MPA FIP UNJ 2015
Nama: Naomi Nathania
NIM: 1815150977
Jurusan: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas: Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Â
1. Identitas Buku
Judul Buku: Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela
Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah: Widya Kirana
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2007
Tebal Halaman: 272 Halaman
Harga: Rp 50.000;
Â
2. Tujuan pengarangan buku:
Melaluui buku Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca, khususnya kepada para pendidik, untuk membangun dan menerapkan sistem pendidikan yang sangat dekat dengan siswa. Pendidik seharusnya dapat membangun suasana pembelajaran yang tidak membosankan, sehingga dalam menjalankan pembelajaran, siswa dapat dengan bersemangat menjalaninya. Pendidik juga harus bisa mendekatkan diri dengan siswa. Pendidik bukan berarti sosok yang harus dihormati dan memiliki kesenjangan dengan siswa, tetapi justru harus dekat dan menjadi "teman" untuk siswa sehingga suasana sekolah tidak kaku. Pendidik juga harus mampu membangkitkan potensi yang ada dalam diri siswa dan tidak boleh mematikannya, dengan perkataan yang mencap siswa tersebut buruk, seperti mengatakan bahwa siswa tersebut nakal, sulit untuk diatur dan sebagainya. Sebagai pendidik, harus bisa mengarahkan siswa dengan sepenuh hati dan ketulusan hati ke arah yang lebih baik, sehingga sang siswa mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Buku ini pun mengajarkan bagaimana cara untuk tetap bersikap tegar dalam situasi apapun, termasuk dalam kegagalan sekalipun.
Â
3. Pokok-pokok/rangkuman isi buku:
Buku ini menceritakan tentang seorang anak kecil berusia 7 tahun bernama Totto-Chan. Totto-Chan dianggap sebagai anak yhang nakal di sekolahnya, termasuk sang guru pun melakukan hal tersebut. Padahal, sesungguhnya Tooto-Chan adalah seorang gadis kecil yang memiliki rasa keingintahuan yang besar, namun caranya mengekspresikan keingintahuannya itu dinilai aneh oleh teman-teman dan guru-guru di sekolahnya. Sampai akhirnya, Totto-Chan dikeluarkan dari sekolah lamanya karena sekolah menganggap Totto-Chan sulit untuk diarahkan dari kenakalannya. Mengetahui hal itu, sang ibu tidak ingin membuat anaknya kecewa, ia memindahkan Totto-Chan ke sekolahnya yang baru, tanpa mengatakan bahwa dia telah dikeluarkan dari sekolah lamanya. Namun, betapa bahagianya Totto-Chan ketika mengetahui sekolah barunya yang bernama Tomoe Gakuen. Pertama kali Totto-Chan memasuki sekolah itu, Totto-Chan mendapat penyambutan yang sangat baik dari sang kepala sekolah. Kepala sekolah mempersilakan Totto-Chan bercerita apapun yang ia ingin ceritakan pada hari pertama Totto-Chan memasuki sekolah barunya. Bukan hanya itu, ternyarta sekolah barunya mempunyai sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah yang lain. Di Tomoe Gakuen, siswa diperbolehkan mengubah urutan pelajaran sesuai dengan minat mereka. Penampilan kelas di Tomoe Gakuen pun sangat unik, yaitu dengan gerbong kereta api. Hal ini justru membuat siswa kerasan tinggal di Tomoe Gakuen. Mereka menganggap sekolah sebagai rumah mereka sendiri untuk belajar dan bermain. Totto-Can yang tadinya dicap sebagai siswa nakal di skeolah lamanya, ternyata adalah siswa yang pintar dan baik hati terhadap teman-temannya, terutama terhadap temannya yang cacat fisik.
Â
4. Keunggulan buku:
Buku ini ditulis oleh penulis dengan sangat baik, buktinya ketika kita membaca buku ini, kita seakan dibawa kedalam cerita itu yang merupakan cerita yang diangkat dari kisah nyata. Penampilan cover yang menarik juga menjadi kelebihan tersendiri dari buku ini, karena membuat pembaca penasaran dengan isi buku hanya dengan melihat penampilan cover saja. Penulis juga menyampaikan cerita dengan bahasa yang sangat mudah dipahami pembaca dari berbagai usia. Buku ini tidak teoritis. Pembawaan penulis dalam menceritakan cerita nyata ini juga mengandung unsur yang membuat kisah ini lucu, sehingga tak hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana hiburan. Walaupun buku ini adalah buku terbitan lama, namun buku ini tetap cocok dibaca bahkan sampai saat ini.
Â
Kelemahan buku:
Buku ini terdapat istilah Jepang yang sulit dimengerti dan membutuhkan kamus untuk menerjemahkannya.
Â
5. Saran penyajian buku:
Menurut saya, buku ini sudah sangat baik, walaupun memiliki kelemahan yang saya paparkan diatas, namun, tidak mengurangi kejelasan alur cerita yang dimiliki buki ini. Pada pencetakan selanjutnya, mungkin dapat diberikan arti dari istilah Jepang yang ada di dalam buku ini agar pembaca tidak perlu melihat kamus sebagai alat bantu. Namun, secara keseluruhan, buku ini sudah sangat baik dan dianjurkan agar seluruh pendidik bangsa agar membaca buku ini supaya dapat menjadi pendidik yang dekat dengan siswa dan tidak menjadikan pendidikan sebagai hal yang kaku, namun menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk siswa, bahkan bisa mengembangkan potensi diri siswa yang tak terlihat sekalipun.
Â
Demikian resume buku yang saya buat, semoga bermanfaat. Terimakasih!