Mohon tunggu...
Naomi Zakina
Naomi Zakina Mohon Tunggu... -

pwk ITS 2014

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Angka Kematian Ibu Indikator Derajat Kesehatan Negara

29 Desember 2014   19:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka Kematian Ibu merupaka salah satu indikator derajat kesehatan negara, disebut demikian karena angka kematian ibu (AKI) menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. Tingginya AKI dan lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya.

Menurut WHO kematian ibu melahirkan (maternal death) adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Tercatat dalam data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa pada tahun 2012 angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kehiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target pemeritah yakni menurunkan angka kematian ibu melahirkan hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo, yang merupakan RS rujukan nasional di Jakarta, lima besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.

Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia adalah dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, atau yang lainnya serta tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, dan bidan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Kondisi sosial budaya dimasing-masing daerah turut memberikan konstribusi tingginya angka kematian ibu. Kemungkinan tersebut terjadi karena masih banyaknya daerah, terutama daerah terpinggir dan terpencil, mempercayai dukun dan bukan tenaga ahli sebagai penolong persalinan. Berdasarkan data Riskesdas 2013, penolong saat persalinan dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan, kemudian oleh dokter, lalu non tenaga kesehatan.

Kondisi ini ditunjang pula dengan keadaan sosial ekonomi sebagian masyarakat yang masih berada dibawah garis kemiskinan, tidak meratanya fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan yang tersebar tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Sampai saat ini Pemerintah masih berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi Ibu dan Anak, salah satunya dengan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Program ini dilakukan ntuk mendukung Pemerintah dalam menjalin koordinasi dengan Organisasi Masyarakat Sipil, fasilitas kesehatan publik dan swasta, asosiasi rumah sakit, organisasi profesi, dan sektor swasta, dan lain-lain guna mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.

Dengan adanya program tersebut, diharapkan terdapat penurunan angka kematian ibu yang signifikan di Indonesia. Sehingga dapat meningkatkan angka indeks kesehatan masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih dirasa rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun