Suatu keyakinan tidak akan hancur hanya karena tekanan fisik, keyakinan harus dilawan dengan keyakinan melalui proses dialogis. Ada proses dialog antara argumentasi pihak yang satu dengan pihak yang lain. Sehingga yang salah akan mengetahui dimana letak kesalahan mereka serta tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap kesalahan yang telah diperbuatnya. Di pihak yang benar juga perlu menyadari bahwa kebenaran manusia itu bersifat relatif, baik terhadap ruang maupun terhadap waktu.
Kebenaran Al Qur'an nya sendiri bersifat universal, tidak tersekat-sekat oleh ruang dan waktu.
Tetapi begitu dijabarkan oleh alam pikir manusia, maka kebenaran universal tersebut menjadi kontekstual dan oleh karenanya bersifat relatif. Sebab cara berfikir manusia sangat dipengaruhi oleh, salah satunya adalah kondisi faktor lingkungan sosial budaya. Namun justru dengan perbedaan-perbedaan yang muncul maka kehidupan kajian menjadi sangat dinamis. Kondisi yang demikian tersebut merupakan potensi untuk terjadinya perkembangan lebih lanjut.
Untuk itu sesuai dengan Rukun Iman yang keempat  yaitu Iman terhadap Kitab,  marilah pelajari kembali Al Qur’an sesuai dengan apa yang Al Qur'an telah anjurkan pada kita, agar kehidupan semua dapat menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H