Dalam kajian Al Quran dengan pendekatan huruf dan angka ada sebuah bahasan yang menarik yaitu tentang صلاة (Arab) atau Shalat (Indonesia).
Jika dipisahkan menurut susunan hurufnya, maka akan ada ulasan sebagai berikut :
ص (Sh) yang dalam urutan huruf hijaiyah (alif, ba, ta....dan seterusnya) berada di urutan ke 14.
Jika angka 14 dianggap sebagai nomer surat dalam Al Quran, maka akan ditemukan bahwa urutan ke-14 surat dalam Al Quran adalah Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim) yang seperti diketahui bahwa Rasul Ibrahim adalah Rasul yang mendirikan Kabah atau Kiblat untuk Shalat.
Rasul Ibrahim adalah juga seorang Rasul yang berpikir tentang Ke Esa an Allah secara logis.
ل (L) ada di urutan ke 23 dalam susunan huruf hijaiyah sama seperti ulasan diatas maka akan diketahui Surat ke 23 adalah surat Al Mu'minuun (Orang-orang yang beriman).
Maka jika diartikan secara bebas maka Shalat dilakukan oleh orang yang beriman.
و (A) ada di urutan ke 26 dalam susunan huruf hijaiyah atau surat ke 26 yaitu Surat As Syu'araa (Para Penyair). Produk dari penyair adalah syair, yang arti dari syair tersebut secara pasti hanya diketahui oleh pengarangnya.
Maka maksud dari laku/tujuan dari shalat tersebut hanya diketahui oleh pelakunya.
ة (T) ada di urutan ke 32 dalam susunan huruf hijaiyah sama seperti ulasan diatas maka akan diketahui Surat ke 32 adalah surat As Sajdah (Sujud/batas).
Jika diartikan secara bebas maka shalat adalah sujud kepada Allah, atau bisa juga diartikan untuk mengetahui batasan dalam diri seseorang dengan mengetahui kelemahan diri sendiri dan kelebihan orang lain.
Jika dijumlahkan angka dari surat-surat yang tersebut diatas :
14 + 23 + 26 + 32 = 95
Jika angka 95 dianalogikan sebagai nama surat maka akan diketahui bahwa surat ke 95 adalah surat At Tiin.
Yang ayat terakhirnya adalah QS 95:4
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”
Maka terjemahan bebas mengenai shalat dalam kajian Al Quran dengan metode pendekatan huruf dan angka.
Shalat adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar dan logis untuk mengakui ke Esa an Allah dengan menghadap kiblat yang telah ditentukan (Ibrahim) yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah (Al Mukminuun) yang mana tujuan dari melakukan shalat tersebut hanya pelaku dan Allah yang mengetahuinya (Asy Syu'araa) agar tahu batasan dirinya yaitu kelemahan diri sendiri dan kelebihan orang lain (As Sajdah).
Dan hasil akhir dari shalat tersebut hanya Allah yang memberikan karena hanya Allah Ta Alla Hakim yang Paling Adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H