Malang, 28 November 2019 - Fenomena pengemis banyak ditemukan di sekitar kampus Kota Malang, Â seperti halnya yang dirasakan oleh salah satu Mahasiswa UM dari Fakultas Sastra, Nurul Fitria berpendapat bahwa memang sangat sering ia temukan pengemis yang sedang beroperasi di depan gerbang UM dan baginya kondisi tersebut tidak enak dipandang mata meskipun hanya didepan gerbang, tetapi masih masuk dalam wilayah kampus.
"Saya sangat sering menemukan pengemis di depan gerbang kampus UM, terutama di gerbang ambarawa. Menurut saya adanya pengemis itu tidak mengganggu, hanya saja merusak pemandangan. Karena ini kan area kampus ya , lah kok ada pengemis. Meskipun di luar sih, tapi di depan gerbang." Katanya di Klojen, Kamis (28/11/2019).
Kondisi tersebut juga mendapat respon dari salah satu pegawai satpam yang menjaga di kawasan gerbang ambarawa kampus UM. "Pengemis itu tidak boleh masuk di kawasan kampus. selagi pengemisnya hanya beroperasi di depan gerbang, itu tidak mengganggu dan bukan menjadi wewenang dari pihak kampus." tutur satpam.
Ironinya, dengan kondisi tersebut mengakibatkan semakin maraknya pengemis di sekitar gerbang kampus UM, terutama di depan gerbang Ambarawa kampus UM. Seperti diakui oleh salah satu pengemis yang sedang beroperasi di tempat tersebut.
"Saya mengemis ini karena ya itu tadi mbak, penghasilan yang saya dapat dari kupas bawang tidak cukup mbak. Penghasilan dari kupas bawang putih hanya sebesar Rp. 20.000/ 5 karung. Saya sudah mengemis mulai tahun 2000-an, dan tempat saya mengemis kalau pagi sampai dzuhur di pintu sini Mbak. Saya juga menjadi tulang punggung keluarga saat ini". Tutur Ibu W (57) di Gerbang Ambarawa, Kamis (19/09/2019).
Menurut pendapat dari salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial , keberadaan pengemis ini tidak mengganggu pihak kampus, karena memang hal tersebut bukan menjadi ranah urusan pihak kampus, melainkan urusan pemerintah.
"Pengemis adalah orang-orang yang harus diberi keterampilan, dilatih , kemudian bisa mendapatkan sebuah pekerjaan. Nah itu bahkan sudah ada program dari pemerintah. Menurut saya, semakin banyak gelandangan atau pengemis, itu semakin menandakan bahwa kota atau pemerintahan tersebut masih belum berhasil di dalam mensejahterakan rakyat." Kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Idris (36) di Gedung I1.301 FIS UM, Kamis (28/11/2019).
Persoalan pengemis memang sangat lekat dengan ketidakmampuan dalam bekerja atau bisa juga disebut dengan pengangguran. Dengan hal ini diketahui bahwa masih banyak pengangguran yang terjadi terutama di daerah Kota Malang. Banyaknya pengangguran mengindikasikan bahwa pembangunan ekonomi masih belum tercapai.
Created by:Â
Nani Widiawati; Oktavia Dwi Puspitasari; Pangestu Gusti Putri; Pratidina Okta Nirmala; Rahmah Sari Puspitanistyas; Ratna Safira Nur Azzahra; Santi Agustina Wulandari; Sherly Adining Asiih; Yustisia Ayu Safitri
Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Univeristas Negeri Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H