Mohon tunggu...
NANING Biyati
NANING Biyati Mohon Tunggu... Guru - guru

Humanis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Hakikat Semantik dan Pengajarannya pada Jenjang SMA

5 Oktober 2024   13:16 Diperbarui: 5 Oktober 2024   13:19 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

HAKIKAT SEMANTIK DAN PENGAJARANNYA PADA JENJANG SMA

 

Semantik, merupakan ilmu yang mengkaji makna. Semantik memiliki kedudukan yang penting dalam ilmu bahasa. Sebagai pegiat ilmu bahasa, perlu kiranya kita memahami konsep semantik, batasan arti dan ciri dari ilmu tersebut. Apakah Anda siap mempelajarinya? Yuk, kita mulai!

Hakikat Semantik

Secara umum, semantik mengandung pengertian studi tentang makna bahasa. Jika makna adalah bagian dari bahasa, semantik merupakan bagian dari linguistik (ilmu bahasa). Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda) yang berarti menandai atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Kemudian, semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik /intralingual dan sesuatu yang ditandainya/ekstralingual.

Menurut Pateda (2008:7) semantik adalah subdisiplin linguistik yangmembicarakan makna. Dengan kata lain semantik berobjekkan makna. Definisi semantik berdasarkan asal katanya, semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang berjenis benda yang berarti tanda atau lambang, sedangkan kata kerjanya adalah semaio yang berarti menandai atau melambangkan. Lambang adalah tanda linguistik. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain bidang dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti (Abdul Chaer, 1994:2).

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa semantik adalah bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik. Secara lebih gamblang, semantik dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah menyampaikan suatu makna. Sebagai contohnya, seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik. 

Pengajaran Semantik Jenjang SMA

Semantik sebagai salah satu disiplin ilmu sangat perlu untuk diterapkan pada peserta didik agar mereka memiliki kemampuan memahami makna. Semantik sebagai kajian makna kata, frasa, dan kalimat memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa, khususnya di tingkat SMA. Penerapan jenis makna dalam pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari paragraph dan teks.

Pemahaman yang mendalam tentang semantik akan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa khususnya membantu siswa dalam memilih kata yang tepat dalam berbicara sehingga pesan yang disampaikan lebih efektif dan tepat sasaran. Dengan memahami makna kata secara tepat, siswa dapat menghindari kesalahpahaman yang sering terjadi.

Siswa yang memiliki kosa kata yang luas dan pemahaman semantik yang baik akan merasa lebih percaya diri saat berbicara di depan umum. Hal tersebut selaras dengan tuntutan Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran agar lebih aktif dan interaktif. Kemampuan berbicara memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, presentasi, dan kegiatan belajar lainnya. Melalui diskusi dan presentasi, siswa dilatih untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menyampaikan pendapat dengan jelas dan logis.Siswa diajak untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan guru dan teman sebaya.

Penguasaan semantik yang baik juga membantu siswa menghasilkan karya tulis yang lebih baik, baik itu esai, puisi, atau karya tulis ilmiah sebab mereka dapat menciptakan kalimat-kalimat yang saling berkaitan dan membentuk paragraf yang koheren. Jika siswa memilih diksi dan kalimat yang tepat, maka siswa dapat menyusun ide-ide dengan lebih logis dan mengalir sehingga pembaca mudah mengikuti alur pemikirannya. Selain itu pemahaman semantik memungkinkan siswa menggunakan bahasa secara kreatif, seperti metafora, simile, dan personifikasi, untuk membuat tulisan lebih menarik dan berkesan. Kemampuan menulis memegang peranan yang sangat penting dalam era global ini. Melalui tulisan, siswa dapat merefleksikan pemahaman mereka terhadap suatu materi, mengorganisasikan pikiran, dan menyajikannya dengan jelas dan logis, sebab menulis menuntut siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengevaluasi berbagai sudut pandang.

Berikut ini penerapan makna yang ada dalam pembelajran Bahasa Indonesia jenjang SMA.

  • Makna Afektif. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh karena makna afektif berhubungan dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Misalnya seseorang berkata, "mampirlah di pondok saya." Kata pondok mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri.
  • Makna Denotatif. Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Misalnya kata menggarap. Maknanya selalu dikatkan dengan mengarap tanah, membajak, mengupayakan agar tanah menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Sehingga dapat dikatakan bahwa makna denotatif adalah makna sebenarnya, makna yang tidak dihubungkan dengan faktor-faktor lain, baik yang berlaku pada pembicara maupun pada pendengar.
  • Makna Konotatif. Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif terdapat makna konotatif positif dan negatif  (Sutomo, 2015). Sebagai contoh kata "kursi" jika dilihat dari makna ini tidak hanya bermakna tempat untuk duduk tetapi juga bisa diartikan layaknya tempat kekuasaan, tampuk kepemimpinan, dan lain-lain.
  • Makna Deskriptif. Makna deskriptif yang biasa disebut pula makna kognitif atau makna referensial adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Makna yang ditunjukkan oleh lambing itu sendiri. Jadi, kalau seseorang mengatakan air, maka yang dimaksudkan adalah sejenis benda cair yang digunakan untuk mandi, mencuci atau diminum.
  • Makna Emotif. Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai/terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Misalnya ada seseorang mengatakan kamu kerbau ini menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Kata kerbau dihubungkan dengan perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan.
  • Makna Kiasan. Makna kiasan atau figurative meaning adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Makna kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan telah bergeser dari makna sebenarnya, namun kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitan dengan makna sebenarnya. Materi pelajaran di SMA yang berkaitan dengan makna kiasan lebih condong pada materi sastra.

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran semantik di sekolah antara lain minimnya kemampuan peserta didik dalam memahami makna. Hal tersebut disebabkan oleh kegemaran membaca yang masih rendah sehingga membuat siswa kesulitan dalam menangkap makna. Kurangnya kebiasaan membaca pada siswa memang memiliki dampak langsung pada pemahaman mereka terhadap makna kata, frasa, dan keseluruhan teks. 

Solusi yang dapat diambil agar siswa mudah dalam memahami makna antara lain membiasanyak literasi pada setiap kegiatan KBM, misalnya  melakukan latihan kosa kata secara rutin, seperti mengisi teka-teki silang atau membuat kalimat dengan kata baru. Atau menggunakan mind mapping untuk menghubungkan kata-kata baru dengan konsep yang sudah diketahui. Selain itu dapat juga melalui diskusi kelompok setelah membaca untuk mengasah pemahaman siswa tentang isi bacaan. Nah, guru juga harus rutin melakukan pemahaman kepada siswa agar mereka dapat memahami makna kata yang ditemukan baik dari hasil membaca maupun mendengar.

Referensi

Chaer, Abdul.2007.Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul, and Liliana Muliastuti. "Makna dan semantik." Semantik Bahasa Indonesia (2014): 1-39.

Kase, Sarjan. "Penerapan Semantik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Gorontalo." Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya 5.2 (2019): 145-156.

Pateda, Mansoer.2008. Semantik Leksikal. Gorontalo : Viladan Gorontalo.

Sutomo, J. (2015). Konteks, Referensi, dan Makna: Kajian Semantik. Dinamika Bahasa Dan Budaya, 10(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun