Permasalahan Terkait Pembelajaran IPS Â Di SekolahÂ
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) kerap kali disebut dengan social studies dapat diartikan dengan " penelaahan atau kajian tentang masyarakat" sedangkan dalam hal ini guru dapat mengkaji melalui perspektif sosial seperti pengajaran sejarah,geografi,sosiologi, ekonomi, antropologi, politik pemerintahan dan aspek-aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai pembelajaran.
Sehingga bukan hanya mencangkup aspek teoritis namun juga aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial masyarakat yang mana bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang masing-masing.Â
Hamalik mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah berorientasi terhadap tingkah laku  peserta didik yaitu: pengetahuan dan pemahaman, sikap hidup belajar, nilai-nilai sosial dan sikap serta keterampilan.
Pada era globalisasi ini, dunia telah banyak mengalami kemajuan utamanya pada bidang sains dan teknologi yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan manusia baik positif maupun negatif.Â
Untuk mengiringi kemajuan tersebut, masih banyak dari kita yang bergantung pada pendidikan untuk terus mengawal dan menjaga kehidupan sosial masyarakat yang terus berubah serta pendidikan juga bertugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Melihat keadaan dan tuntutan zaman tersebut seharusnya pembelajaran IPS mulai membenahi diri mulai dari bergesernya tatanan epistomologi kearah pengembangan inovasi dan solusi bagi perkembangan IPS ke depannya.Â
Yang mana hal ini akan lebih sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yakni : menyiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartispasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan diantara permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran IPPS diantaranya :
1. Pendekatan teacher centered
Pada pendekatan ini kebanyakan guru menggunakan metode ceramah sebagai pendukung pembelajaran IPS sehingga siswa hanya terpaku pada mendengar dan menyimak penjelasan  yang ada, guru menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil belajar dan guru hanya menyampaikan informasi satu arah sehingga yang terjadi hanyalah transfer pengetahuan.
Out put yang dihasilkan dari pendekatan seperti ini tidak lebih menciptakan siswa yang kurang dalam apresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba dan akhirnya menjadi pelajaran yang pasif dan miskin kreativitas.
2. Dominasi metode ekspositori
Metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang mengarah kepada tersampainya isi pelajaran pada siswa secara langsung. Metode ini sering di analogikan dengan metode ceramah karena pada metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta,prinsip dan konsep karena telah disajikan dengan jelas oleh guru .
Menurut Herman Hudoyo metode ekspositori dapat berupa gabungan metode ceramah,metode drill, metode tanya jawab, dan metode peragaan. Sehingga dampak dari pembelajaran IPS yang didominasi metode ini adalah terkungkungnya keaktivan dan kreativitas siswa.
3. Mengajar berpusat pada buku teks
Pembelajaran di tingkat sekolah dasar biasanya menerapkan sistem ajar dengan panduan buku teks sehingga metode yang dipakai terpaku pada buku dan ceramah oleh guru, hal ini tidak menutup kemungkinan membuat siswa merasa bosan dan malas karena terus mendengarkan guru yang berbicara didepan.Â
Akhirnya yang terjadi adalah siswa menjadi pribadi yang mengutamakan hafalan daripada berpikir luas mengenai pelajaran tersebut dan kemudian menciptakan pemikiran bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang membosankan.
Dari penjelasan diatas terkait permasalahan pembelajaran IPS yang ada, maka sangat diperlukan pembenahan diri yang mana harus mampu mengubah paradigma siswa tentang pelajaran IPS yang monoton dan membosankan. Diantara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Â Pemberian perhatian
Perhatian terhadap pembelajaran IPS akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu harus disesuaikan agar pembelajaran itu: 1) didasarkan pada hal yang telah dikenal anak dan berisi sesuatu yang baru baginya. 2)bervariasi dalam menyampaikan  materi pelajaran baik variasi suara, tulisan, gambar , maupun media pembelajarannya.
2. Pemberian motivasi
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sedangkan kegiatan memotivasi dapat berupa: menginformasikan tujuan pembelajaran, menginformasikan manfaat pembelajaran, menginformasikan garis besar pembelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran.
3.Strategi pembelajaran critical insidentÂ
Yaitu strategi yang digunakan oleh guru dengan maksud mengajak siswa untuk mengingat pengalaman yang pernah dialami atau dijumpai kemudian dikaitkan dengan materi bahasan. Sehingga terjadi belajar aktiv yang mana sangat diperlukan siswa untuk mendapat hasil yang maksimal. Belajar aktiv juga merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak sehingga diposes informasi dapat di proses dengan baik.
Sumber :
Artikel PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPS DAN STRATEGI JITU PEMECAHANNYA,Muhammad Kaulan Karima dan Ramadhani Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tabiyah (STIT) Al-Ittihadiyah Labuhanbatu Utara
Tanwifi, dkk.. Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009), hlm. 1-9
Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm. 40-41.
Kasinyo Hartato dan Abduramansyah, Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning, (Palembang: Grafika Telindo, 2009), hlm. 151-152.
Popham & Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 79.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H