Pengalaman pilu LDR berikutnya, kendati bukan harus pengalaman pribadi, tatkala ada pejuang LDR yang akhirnya menganggap antara "cinta" dan "puas" harus dibedakan. Perbedaan tersebut mengakibatkan keputusan iseng. Tatkala kerinduan kepada kekasih yang jauh seakan sudah berada di ujung-ujung rambut, melampiaskan kepada seseorang yang memberikan kepuasan di kala kesepian, bukanlah hal yang salah. Hehehe.
Yang terjadi akhirnya adalah, terkesan selingkuh diam-diam di belakang pacar yang sesungguhnya, demi melepaskan perasaan sepi yang memagut mencengkeram hati nurani. Â Bahwa ulah tersebut akan menimbulkan sakit hati minimal kekasihnya karena merasa diselingkuhi, kemudian partner selingkuh jika ia telanjur berharap lebih. Apakah hal itu sudah dipertimbangkan oleh para pelaku LDR?
Akhirnya, sesuai dengan uraian di atas, dengan waktu yang hanya 24 jam, itu pun masih harus dibagi-bagi sekian untuk pekerjaan, sekian untuk kebutuhan sehari-hari, menyisakan waktu yang masih ada untuk menuruti hobi merupakan solusi yang menyenangkan dalam menghadapi LDR. Â Kesibukan menuruti hobi akan terasakan sebagai hal yang tak akan ada habisnya, bahkan tidak terasakan jika tengah mengalami LDR, bukan?
Selain itu, komitmen untuk setia memang diperlukan sebagai penguat kedisiplinan. Janganlah karena keasyikan menuruti hobi lalu mengabaikan alarm yang menunjukkan harus saatnya menelepon kekasih yang sedang jauh, bahkan mengabaikan membuka gawai barangkali ada pesan penting darinya.
Bagaimanapun, menuruti hobi memang sanggup melupakan kepedihan dan kesepian akibat LDR, bahkan adakalanya sanggup membuat lupa waktu dan lupa usia. Hehehe. Itu LDR bagi kutubuku. Bagaimana LDR bagi pemilik hobi lainnya? Ditunggu komentarnya, barangkali nanti akan dibukukan oleh Kompasiana? Hehehe. Ngarep.com. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H