Bagaimanakah memulai pembicaraan? Memberi salam, saling bertukar berita, dan obrolan santai, secara umum memiliki peran penting. Ketika semua itu dilakukan, kita dapat dianggap telah siap untuk memulai pembicaraan.
Mungkin ada beberapa topik yang sedang terjadi dan menarik untuk dibahas? Topik yang telah diketahui semua warga di lingkungan kita, sedangkan di sebuah lingkungan yang lebih luas, topik terbaru ada kemungkinan mereka peroleh dari berita di koran.
Kita bisa membentuk percakapan menuju pembicaraan yang kita ingini. Walaupun demikian, jangan sering melakukannya karena akan sangat membosankan. tatkala orang menjadi bosan, tak akan ada cara lain untuk terus memaksanya mendengarkan kita,bukan? Maka, tersenyum sajalah kemudian mencoba beralih ke arah topik lainnya.
jika topik pembicaraan tidak berkembang, sebaiknya kita segera mengubahnya dan memulai topik yang baru. Jika pembicaraan kita bukan hal serius, bersiaplah membuka diri dengan cara mengikuti pembicaraan yang mengalir ke arah topik-topik yang lebih menarik. Manakala sebuah topik terkesan menyulut emosi bahkan amarah, kita dapat mencari tahu secara halus alasan di balik amarah tersebut.
Bagaimanapun, mengembangkan dan mengetahui cara menceritakan topik pembicaraan yang menarik merupakan bentuk pikiran menarik, bukan? Seseorang yang pintar berbicara tentulah dapat membuat apa pun bentuk topiknya, menjadi bahan bicara yang menarik. asalkan bukan bertanya yang menjurus ke masalah privacy atau yang membuat tidak nyaman.
misalnya, Kapan menikah? Sudah berapa umurmu?
Sebaiknya diganti dengan topik yang netral misalnya
Bagaimana kabar liburan Anda?
Bagaimana kabar anak-anak Anda?
Turut berduka cita ya.
Ini adalah beberapa contoh topik pembicaraan yang berguna dalam interaksi keseharian. Pembicaraan tersebut sama penting dengan tipe pembicaraan lainnya. Di sebuah kota kecil, mungkin terdapat sebuah skandal lokal atau ada sebuah acara sedang berlangsung. Selain itu, pemilu yang baru saja terjadi, olimpiade, juga merupakan topik menarik untuk membuka percakapan. Ada kemungkinan lawan bicara malah tidak mengetahui tentang topik yang kita bicarakan. Dengan demikian, kita bisa membantunya untuk mengetahui topik tersebut.
Jika pembicaraan kita menjadi tidak lancar, sebaiknya kita memang harus segera berganti topik. Jika kita dapat menciptakan percakapan berbeda dari topik diskusi, ini pertanda bagus karena kita terkesan sebagai orang yang pantang menyerah.
Bayangkan kita sedang berdiskusi tentang peningkatan keamanan di bandara. Kita menyebutkan bahwa scanner ultra sound terbaru bisa melihat sesuatu di balik pakaian. Topik tersebut dapat membawa kita untuk bediskusi tentang riset di Swedia yang menunjukkan bahwa melakukan pemindaian ultra sound berulang-ulang akan berdampak pada kerusakan minimal otak janin. Sementara itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa risiko kerusakan otak tersebut bisa lebih tinggi pada anak-anak kidal. Dengan demikian, topik awal tersebut dapat menuju topik baru yaitu tentang kerusakan otak.
Dalam sebuah percakapan serius, kita harus berada dalam jalur pembicaraan. Orang yang selalu ingin mengalihkan pembicaraan akan terkesan sangat menjengkelkan. Oleh karena itu, dalam keadaan demikian kita sebaiknya pergi menjauh daripada memberi kesan suka mengacaukan obrolan serius.
Akan tetapi, pada umumnya dalam percakapan, bukan percakapan serius yang yang lebih mementingkan ketertarikan orang, sehingga beralih topik pun tidak selalu merupakan kesalahan. Kadangkala pembicaraan dengan topik baru tersebut akan mengarah kepada topik yang telah kita ketahui atau topik yang benar-benar menarik bagi kita.
 Kita bayangkan tengah membicarakan topik tentang pensiun. Seseorang menyarankan agar kita menentukan tanggal kematian sebelumnya kemudian masa pensiun kita akan menyesuaikan.  Pembicaraan ini tentu mengarah kepada pembicaraan apakah seseorang berkeinginan memilih waktu mereka sendiri untuk mati? Tatkala pasangan meninggal dunia, apakah pasangannya pun ikut meninggal tidak lama kemudian?  Sementara itu, banyak orang yang masih menolak bahkan berjuang untuk tidak segera mati kendati dalam kondisi sakit parah.
Jika kita dengan lawan bicara sama-sama memiliki topik menarik untuk dibahas, maka kita tentu akan mencoba untuk mengarahkan percakapan ke arah itu. Bayangkan kita sedang membicarakan tentang tingkat perceraian yang tinggi. Â Seseorang pun menyampaikan hasil riset bahwa biasanya wanitalah yang menuntut cerai lebih dulu. Dalam riset dikatakan bahwa alasan wanita menuntut cerai karena sesungguhnya mereka tidak cukup merasa bisa memengaruhi maupun memberi pengaruh kepada suaminya.
Topik ini dapat berkembang mengarah pada pembahasan posisi wanita dalam masyarakt, misalnya di Jepang, para wanita memang tampak banyak mengurusi hal-hal di belakang. Walaupun demikian, mereka memiliki kekuatan terbesar, yaitu mengendalikan semua pengeluaran dan keuangan keluarga. Topik begini ada peluang membawa kita ke dalam percakapan akan paham matriarkal  dalam masyarakat Zulu, kemudian kita akan membicarakan kaum Zulu.
 Atau, kita bisa mengarahkan pembicaraan menuju paham matriarkal kaum Zulu, padahal saat itu kita tengah membicarakan tentang kebutuhan vitamin C. Bagaimana caranya? Kita bisa memulai bahwa jeruk bisa hidup hanya di iklim tertentu.  Bagaimanakah orang yang hidup di luar iklim tersebut bisa memeroleh asupan vitamin C? Bagaimana orang-orang Afrika memeroleh vitamin C? Bagaimana orang-orang Zulu mendapatkan vitamin C?  Lalu percakapan pun dapat kita arahkan menuju paham matriarkal masyarakat Zulu.
Beberapa orang memang ada yang terampil mengarahkan maupun mengalihkan pembicaraan menuju topik tertentu yang diingini. Mereka dapat melakukannya secara halus. Memang tidak ada salahnya melakukan hal itu, terlebih jika tujuannya mengajak berbicara yang memberikan manfaat, bukan asal bicara apalagi bergosip yang akan menyulut keributan, atau yang mengarah ke hoax pula.
Adakalanya sebuah topik pembicaraan tiba-tiba menyulut amarah atau emosi seseorang. Dalam kondisi demikian, haruskah kita tetap melanjutkan pembicaraan tentang topik tersebut? Pilihan terserah kita. Apakah kita tertantang untuk mengetahui alasan kemunculan emosi di balik itu? Jika sudah bisa merabanya, untuk apa diteruskan?
Walaupun demikian, jika kita cukup percaya diri untuk meneruskan pembahasan ini karena adanya nilai-nilai dan manfaat yang terkandung kendati ada yang emosi, itu terserah Anda. Akan tetapi, jika kita tidak percaya diri terhadap kemampuan kita untuk terus membahas topik tersebut, sebaiknya topik tersebut dihentikan saja. Toh, tujuan percakapan untuk memberikan manfaat, bukan untuk menyulut pertengkaran, bukan?
Bahan Bacaan
De Bono, Albert. 2017. How to Have a Beautiful Mind. Jakarta: Kompas Gramedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H