Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petaka Pukul 00.00

14 Oktober 2020   08:16 Diperbarui: 14 Oktober 2020   08:19 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia tidak dapat membayangkan bagaimana komentar para sosialita menanggapi PHK yang dialami suaminya. Biasanya ia hidup bergelimang harta. Dulu, kelinglungan Dimas semakin membuatnya menguasai kesibukan suaminya termasuk penyelewengan keuangan. Jika kini suaminya di-PHK, ia benar-benar merasa hidupnya hancur.

"Mengapa rezeki saya sebetulnya  kecil, Mbah?" tanya Surti.

"Memang kenapa? Apakah hal itu menghalangimu untuk merasa bahagia? Walaupun rumah saya seperti ini, saya senang saja. perjalanan menuju rumah saya banyak tanaman bunga yang menebar aroma wangi. Itu pun sudah membuat saya berbahagia...

"Mbah mengatakan cara saya mendapatkan suami itu suatu kesalahan, karena menggunakan guna-guna. Jadi pekerjaan Mbah juga salah?"

"Kamu tidak tahu siapa saya kan? Bagaimana jika saya sejenis iblis? Tentu pekerjaan saya ini baik, karena tugas saya memang menggoda manusia." Mbah Sira pun menjawab dengan tertawa terkekeh-kekeh. Surti kembali bergidik seolah mendengar suara tawa makhluk yang telah berumur ribuan tahun.

"Kami tidak pernah melakukan kesalahan yang merugikan sesama kami,"lanjutnya lagi sambil menatap Surti.

"Mbah,"Surti masih penasaran,"Jika rezeki saya kecil, untuk apa saya berusaha? Untuk apa bekerja? Usaha salah atau benar tetap saja rezeki saya kecil, kan? Itu tidak adil!!" keluh Surti yang membuat mbah Sira terdiam sesaat.

"Kamu harus berusaha, agar organ tubuh dan otakmu berfungsi. Apapun hasilnya. Yang bikin bahagia itu proses memburu keberhasilan. Langkah demi langkah beserta risikonya, bisa diceritakan ke anak cucu, kan? Berhasil tidaknya itu nomor dua. Toh, jika keberhasilan tercapai, Kalian tak akan puas. Esoknya Kami akan selalu menggoda agar Kalian berusaha meraih yang lebih dan lebih lagi, kan? Jadi, kenikmatan keberhasilan hanya terasakan sekejap. Lebih nikmat proses berjuang. Lalu, apa bedanya rezeki kecil dan besar? Toh Kalian juga tak akan pernah puas sebelum dikembalikan ke tanah,"Mbah Sira tertawa menggelegar.

"Jadi untuk apa mikir rezeki sedikit atau banyak?" berusaha sajalah biar merasakan indahnya berjuang,"lanjutnya.

"Kalau perjuangan berhasil tentu nikmat Mbah. Bisa punya rumah mewah, mobil mewah. Bisa bangga...

"Bangga jika tak ada saingan. Jika ada yang menyaingi yang lebih mewah, Kami akan memanas-manasi Kamu untuk berjuang lagi. Entah bagaimana caranya,"Mbah Sira terdiam," Karena panas ada yang lebih kaya? Atau bosan dengan yang ada?" tebak Mbah Sira jitu,"Itu karakter. Jika Kamu sadar info dariku bahwa rezekimu sebetulnya kecil, harusnya Kamu malah berhenti berusaha menemui aku di sini. Tapi Kamu nekat. Kamu datang lagi untuk minta pesugihan, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun