Oleh karena itu, manusia bebas mengambil tanggung jawab atas apa saja yang telah diperbuatnya. Ia pun tidak membenarkan dirinya berdasarkan hal-hal di sekitarnya. Dengan kata lain, sesuai dengan pendapat Bagus (dalam Ahmadi, 2015:15) manusia bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah. Filsafat ini memiliki konsepsi keakuan yang tinggi.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa esensi dari psikologi eksistensial adalah manusia bergantung kepada diri sendiri. Tatkala sukses, itu karena ia mengingininya. Jika ada orang yang gagal lalu mencari kambing hitam, ia salah besar ditinjau dari perspektif psikologi eksistensial.
Jika eksistensialisme mengedepankan faktor internal, kedirian, keakuan, dan kesubjekan sebagai pembentuk kesuksesan maupun kegagalan, maka behaviorisme beranggapan bahwa faktor penting adalah lingkungan. Pengondisian faktor eksternal adalah faktor utama sebagai penentu psike seseorang.
Oleh karena itu psikologi dalam behaviorisme dalam menulis adalah jika ingin pandai dalam menulis, maka bertemanlah dengan orang-orang yang pandai menulis. Karena melalui merekalah, kita akan terpengaruh untuk lebih mumpuni dalam menulis. Dalam hal ini, lingkunganlah pembentuk kepenulisan Anda, berawal dari titik nol (form zero) menuju pahlawan (to hero) yang piawai menulis.
Kemudian, psikoanalisis sebagai aliran psikologi merupakan --isme yang paling tua di antara  aliran behaviorial, humanistik, maupun holistik. Pada hakikatnya, psikoanalisis merupakan --isme psikologi yang mengarahkan pemahaman, penyembuhan, dan pencegahan penyakit mental dengan metode asosiasi bebas.Â
Psikoanalisis merupakan penentang psikologi tradisional yang selama ini cenderung  berkecimpung pada alam kesadaran (counsciousness), sedangkan dalam pandangan Freud, psikologi sebetulnya lebih mengarah kepada ketidaksadaran (uncounsciousness) karena struktur kepribadian manusia ibarat gunung es.Â
Puncak gunung es yang muncul di permukaan merupakan alam kesadaran, sedangkan bagian bawah es yang terendam di lautan merupakan alam ketidaksadaran.
Psikoanalisis dipelopori Sigmund Freud, seorang dokter yang juga psikolog andal. Teori Freud banyak dikenal dengan struktur kepribadian, seks, mimpi, mekanisme pertahanan ego, oedipus kompleks, eros dam tanathos. Â
Beberapa praktisi mengungkapkan bahwa psikoanalisis memandang manusia dalam konteks pesimistis. Selain psikoanalisis versi Sigmund Freud, Carl G. Jung yang tertarik pada teori Freud, menggunakan dan mengujinya sendiri. akan tetapi, akhirnya Jung membangun aliran sendiri  yang dinamai psikoanalitik.
Keduanya, psikoanalisis dan psikoanalitik memiliki perbedaan esensial yaitu Freud menyatakan bahwa manusia hidup sesungguhnya dilandasi dorongan libidinal/seks, sedangkan dalam psikoanalitik, Jung menyatakan bahwa manusia adalah sosok yang memiliki energi libido namun diarahkan kepada energi kreatif bukan melulu seks. Freud pun pesimis memandang manusia  karena hanya meninjau kausalitas dan seks, sedangkan Jung memandang manusia secara optimis karena teologis dan kausalis.
Penulis dalam aliran psikoanalisis sebetulnya mempresentasikan proyeksi diri dalam tulisan. Tipe melankolis, karyanya cenderung murung, gelap, dan penuh kesengsaraan, walaupun bisa juga dimunculkan kebalikannya sebagai distorsi. Seseorang yang ekstrovert akan mengisahkan tentang dunia keintrovertannya dalam tulisan-tulisannya.Â