Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ubah Cara Bertanya Anda dan Lihat Apa yang Terjadi

11 September 2020   23:54 Diperbarui: 11 September 2020   23:56 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hanya teori seperti tersebut di atas, kurang seru ya? Bagaimana jika diberi contoh mengenai sebuah kisah tokoh yang telah mempraktikkan teori Marille G. Adams tersebut? Okelah. Sebelumnya, tentu kita sering atau pernah, menjalani sebuah pengalaman yang jika dikaji kembali, akan selalu memunculkan pertanyaan,"Mengapa hal itu terjadi? Sebelum momen tersebut, hidup saya begitu. Setelah momen itu terjadi, hidup saya menjadi begini."

Momen-momen tersebut, yang mendasari penulis untuk menulis buku tersebut. Suatu ketika, ia menerima kritik. Saat itu perutnya mendadak mual.  Sebelumnya, selama bertahun-tahun, ia berusaha mendiamkan aneka kritik terhadapnya. Aneka komentar yang baginya terasakan sebagai kritik pun hanya membuatnya menangis.

Akan tetapi, saat itu manakala ia mendengar komentar serupa kritik, ia merasakan seolah telah terjadi keajaiban pada dirinya setelah mendengar komentar,"Marille, ini tidak dapat diterima." Ajaib. Reaksinya bukan menangis seperti biasanya, karena ia malah tertarik dan penasaran.  Dengan ringan, ia pun menanggapi komentar yang disampaikan penasihatnya tersebut dengan ungkapan,"Oke. Bagaimana saya memperbaikinya?"

Bagian pengamat dalam dirinya seolah mengamati semuanya kemudian bertanya dengan nada seolah tidak percaya. Betulkah itu tadi diri saya? Apa yang terjadi? Bagaimana saya bisa mengubah mood saya dengan begitu mudahnya? Penasaran dengan yang telah terjadi, pertanyaan pun melintas. Dapatkah hal yang seolah merupakan kejaiban itu diubah menjadi metode agar bisa dibagikan kepada orang lain?

Pertanyaan yang terucap, yang membuatnya merasa moodnya berubah menjadi tenang dengan mengajukan pertanyaan kembali kepada komentator, membuatnya teringat kebiasaannya sebelumnya. Kebiasaannya selalu mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri jika akan menghadapi sesuatu. Pertanyaan yang tanpa disadari, menyulut kekhawatiran, misalnya,"Apakah ia menyukaiku?", "Apakah ia dapat menerima?", "Apakah saya melakukan sesuatu yang salah?" Pertanyaan-pertanyaan yang hanya akan memperparah kecemasan, bukan? Jika hanya cemas tidak masalah. Bagaimana jika asam lambung ikutan melambung?

Oleh karena itu, ia pun memberikan solusi agar kita mulai mengoperasikan pertanyaan yang tenang dan produktif, misalnya dengan menyampaikan pertanyaan kepada diri sendiri,"Bagaimana caranya agar saya bisa diterima dalam grup tersebut?","Bagaimana caranya agar teman-teman baru itu menyukaiku?", "Bagaimana caranya agar saya bisa berhasil?", "Apa yang bisa saya pelajari?", "Kemungkinan apa kira-kira yang bakal terjadi jika saya harus berlalu?"

Pertanyaan-pertanyaan edisi revisi tersebut, selain dapat mengusir kecemasan yang adakalanya belum tentu terjadi, bahkan memang tak akan pernah terjawab sebelum dijalani, juga sanggup membuat kita tenang, bukan?

Mengapa pertanyaan semula, sebelum revisi, pernah seolah membelenggu kita? Kita, disadari atau tidak, memang hidup dalam wilayah kekuasaan pendapat orang lain. Pendapat yang belum tentu benar, mungkin hanya dilandasi iri lalu meneror, namun berdampak membuat nyali ita menjadi ciut. Parahnya, tanpa alasan logis pun, mood kita pun menguasai pikiran kita.

Oleh karena itu, kita harus berupaya mengubah pertanyaan-pertanyaan yang menyulut kecemasan menjadi pertanyaan yang solutif. Hal itu menunjukkan bahwa kita telah menempatkan diri sendiri untuk bertanggung jawab atas pemikiran-pemikiran kita sendiri. Pemikiran yang tidak lagi menyiutkan nyali melainkan memotivasi diri mencari memiliki kepercayaan diri yang akan berkembang menjadi harga diri.  

Bahan Bacaan

Adams, Marille G. 2004. Dialihbahasakan oleh Febiola Reza. Change Your Questions Change Your Life. Jakarta: Kelompok Gramedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun