"Hal ini mungkin berhubungan dengan kromosom. Wanita memiliki dua kromosom X, pria hanya satu. Perbedaan ini mungkin dapat memengaruhi umur sel dan  risiko terkena penyakit. Sel tubuh wanita memiliki ketahanan lebih besar terhadap penuaan biologis." Ternyata masih ada lanjutannya ini, penawar rasa penasaran saya.
"Komposisi hormon antara wanita dan pria juga berbeda. Hormon wanita mendukungnya hidup lebih lama, contohnya estrogen yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat, sehingga risiko wanita terhadap penyakit jantung penyebab kematian mendadak menjadi lebih kecil."
Selain faktor biologis, faktor lingkungan pun memengaruhi. Paparan bahaya di tempat kerja seperti kecelakaan kerja dan kecenderungan tingkat stress pria yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Wanita biasanya memiliki pola makan dan hidup yang lebih sehat, misalnya tidak merokok dan minum alkohol. Kebiasaan buruk pria tersebut masih diperkuat dengan abai terhadap kondisi fisik. Gejala penyakit tidak begitu dirasakan sebelum ambruk sehingga tak sedikit yang membuat dokter berkata,"Maaf, Kami sudah berusaha..."
Wanita pun memiliki kebiasaan bersosialisasi dengan teman-teman sesama wanita. Hal ini pun membuat mereka sanggup melupakan kepedihan sejenak, dari kesal karena suami dikejar pelakor, tabah walau LDR sehingga tidak mengganggu kesibukan suami, sampai curhat masalah keuangan, misalnya keinginan awal sih ingin memiliki suami yang tidak pelit. Kenyataannya pelit. Kalau nggak memberi uang belanja masih mending, kita bisa cari. Tapi adakalanya pinjam uang kita tapi nggak dibalikin. Di dompetnya terselip nota pembelian perhiasan emas, untuk siapa itu, coba? Dan seterusnya yang dikeluhkan sambil berjalan-jalan seolah mengurangi beban.Â
Aneka curhatan yang ditengarai berhubungan dengan tingkat kematian yang lebih rendah sebesar 50%, berdasarkan penelitian oleh Brigham Young University tahun 2010. Wanita cenderung berbagi kekhawatiran atau stres mereka dengan teman-temannya, sedangkan pria cenderung menyimpan atau menahan sendiri stresnya. Hal ini memungkinkan  pria lebih mudah menderita penyakit yang berkaitan dengan stres.
Akan tetapi, ada penelitian yang mengejutkan pula karena menyatakan jika ingin panjang umur, diharuskan mengurangi frekuensi berhubungan seks. Hehehe. Masak sih? Jadi ingat dunia fauna. Bukankah untuk kawin mereka berpijak pada musim, yaitu musim kawin. Bagaimana dengan manusia? Apakah juga bergantung pada musim?
Penelitian tersebut dilakukan kepada seorang wanita berusia lebih dari 100 tahun. Ia membagikan rahasia berumur panjang, yakni dengan tidak melakukan hubungan seksual atau tidak menikah. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin sering berhubungan seksual maka kekebalan tubuh akan semakin rendah. Wah...apakah panjang umurnya juga membuat tampak awet muda? Jika benar, mau dong, menjadi perawan tua, menikah usia tua saja, barangkali bisa panjang umur dan tampak awet muda pula. Hehehe.
Sebagai makhluk yang diciptakan terakhir setelah Adam, memang mengesankan wanita sebagai produk yang lebih canggih. Selain memiliki rahim, juga mudah bersosialisasi dengan sesama wanita, itu pun bagi yang memiliki waktu, karena ibu-ibu adakalanya total mencurahkan semua waktu demi keluarga, sehingga tidak sempat mengeluh, tahu-tahu ambruk.
Dalam laporan yang diterbitkan Scientific American beberapa tahun yang lalu, Professor Tom Kirkwood dalam sebuah wawancara menyampaikan tubuh pria secara biologis terkesan "sekali pakai" (disposable). Â Oleh karena itu itulah kaum Adam rentan meninggal di usia lebih muda. Kirkwood berargumen, tubuh pria bersifat "sekali pakai" karena gen-gen mereka telah diturunkan kepada generasi berikutnya. Wah...lagi-lagi diharapkan memiliki jadwal kawin semisal musim kawin seperti dunia fauna nih, agar tubuh pria menjadi "awet". Pertanyaan, sanggupkah mereka? (bersambung bagian 2)
Bahan Bacaan