Dalam  Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) sikap memiliki pengertian perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian maupun keyakinan. Sikap juga bisa didefenisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.Â
Pengetian lain tentang sikap yaitu kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap.
 Penekanan aspek sikap yang lebih menyentuh emosi sebagai pendidikan karakter, memang perlu dibentuk melalui pembiasan. Hal ini yang menyebabkan aspek sikap berbeda dengan aspek pengetahuan. Mengapa pandemi covid 2013 merupakan ujian berat bagi aspek sikap kurikulum 2013?Â
Karena dari ke-18 aspek sikap yang harus diterapkan kepada siswa, ada beberapa aspek yang tidak dapat dilaksanakan dalam PJJ ( Pendidikan Jarak Jauh), misalnya sikap disiplin, bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif yang tidak dapat dinilai hanya dari melihat  ketepatan mereka mengirimkan tugas melalui internet. Mengapa?  Karena jawaban mereka dapat dipastikan adalah masih menunggu uang untuk membeli paket data atau  internet sedang lelet tidak ada jaringan.
Sikap peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) pun tidak dapat dinilai karena siswa saat PJJ kebanyakan bekerja secara mandiri. Dengan keterbatasan ini, aspek sikap apakah yang masih dapat dinilai guru? Aspek kejujuran masih dapat dinilai dari cara mereka mengumpulkan tugas.Â
Apakah mereka menyertakan bahan pustaka dari tulisannya yang dikutip, diringkas, atau sekadar dibaca kemudian ditulis ulang sesuai dengan pemahamannya? Perilaku ini sebaiknya dinilai selain melatih kejujuran siswa juga berkaitan dengan etika dan akan berhadapan dengan UU HAKI jika mereka mengabaikannya.
 Sebagai guru dalam masa PJJ ini memang diharapkan tidak hanya menyampaikan pengetahuan karena siswa telah menerimanya dari google. Mereka lebih membutuhkan perhatian guru, bukan sekadar demi memperoleh nilai, misalnya menanamkan sikap positif dan empatik sesuai saran UNICEF (dalam ruang guru) antara lain
Memberi Apresiasi kepada Siswa. Setelah mereka mengumpulkan tugas, mengisi daftar hadir, serta share lokasi, sebaiknya para guru memberikan pujian, bahkan ungkapan terimakasih karena siswa tidak melalaikan kewajiban tersebut.Â
Siswa yang pada PJJ ini setiap hari di rumah dan sering mendengar gerutu orangtuanya karena ulah mereka yang menjengkelkan, mungkin bertengkar dengan saudaranya, berebut mainan, bermain gawai sampai lupa waktu membantu ibu dengan dalih mengerjakan tugas, begitu memperoleh apresiasi dari gurunya atas jerih payahnya itu, tentu rasa percaya dirinya akan meningkat.Â
Selain itu, jiwa kreatifitas dan inovatifnya juga akan berkembang dengan maksimal. Oleh terbiasa diperhatikan, diapresiasi,  mereka pun  akan cenderung lebih peduli dengan lingkungan di sekitarnya.
Gunakanlah kalimat yang positif dengan penyampaian yang baik dan benar. Tatkala bapak/ibu guru memberikan tugas kepada siswa, upayakan tidak menggunakan kata  "jangan" atau "tidak boleh". Ungkapan "Jangan menyontek!" dapat diganti dengan, "Kerjakan tugas  secara mandiri agar kamu lebih cepat menguasai materi." Selain itu, sampaikan juga dengan cara yang baik agar tidak menyakiti hati siswa. Cara tersebut pun lebih mudah diterima dan dipatuhi oleh siswa. Secara tidak langsung, siswa merasa memeroleh contoh cara menjaga dan menghargai perasaan orang lain.