Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagai Masalah Wanita dalam Pewayangan

2 Agustus 2020   21:27 Diperbarui: 2 Agustus 2020   21:27 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa nama wanita yang terkenal dalam pewayangan, misalnya Shinta, isteri Rama, yang mengundang masalah besar tatkala meminta suaminya mengejar kijang kencana. Masalah besar yang menimbulkan perang Alengka.

Ada pula wanita bernama Sawitri. Ia yang memperoleh ramalan bahwa suaminya tidak panjang umur, terus berjuang agar suaminya dipanjangkan umurnya oleh dewa. Keinginan yang akhirnya terkabul dan menggoreskan kesan atas kasih sayang seorang isteri terhadap suaminya.

Kisah ini terjadi di Kerajaan Mandrapura. Dewi Sawitri putri raja dinikahkan dengan Setiawan putera seorang begawan. Setelah pernikahan, Setiawan pun mengajak isterinya tinggal di pertapaan. Para peramal kerajaan mengatakan bahwa umur Setiawan tinggal tiga hari.

Dalam perjalanan di tengah hutan mereka bermesraan padahal ada larangan melakukannya di hutan. Tak lama kemudian Batara Yamadipati, pencabut nyawa, datang untuk mengambil nyawa Setiawan.

Sawitri menghalangi dengan dalih mereka melakukan kesalahan berdua mengapa hanya suaminya yang diambil. Sang Batara menjawab bahwa tugasnya hanyalah mengambil nyawa Setiawan sehingga Sawitri diminta meninggalkan tidak mengikuti mereka. 

Untuk itu Sawitri diizinkan menyampaikan permintaan dan akan dikabulkan. Sawitri menjawab ia ingin dikaruniai 40 orang anak. Namun ia masih mengikuti dengan alasan bagaimana ia bisa memiliki anak tanpa suaminya? Sang Yamadipati pun merasa kalah berdebat dengan Sawitri dan akhirnya mengembalikan Setiawan kepada isterinya.

Setelah itu di tengah perjalanan pun keduanya dihadang musuh dan Setiawanlah pemenangnya, sampai akhirnya mereka dapat kembali ke pertapaan dengan tenang serta dikaruniai 40 orang anak seperti permintaan Sawitri.

Wanita bermasalah berikutnya adalah Drupadi. Ia, sejak kelahiran pertama di dunia, selalu mengingini lelaki yang sempurna. Jujur, gagah, pandai, tampan dan muda. 

Oleh karena kesempurnaan bagi manusia bersifat relatif dan Drupadi tak kunjung menemui kesempurnaan tersebut sampai reinkarnasinya yang kesekian kali, maka ia pun harus pasrah menjadi istri kelima pandawa yang kejujurannya ada pada Yudistira, kegagahannya ada pada Bima,kepandaiannya dimiliki Arjuna, sedangkan tampan dan muda terdapat pada Nakula dan sadewa.

Dalam kitab Mahabarata versi India, Drupadi bersuami lima orang Pandawa. Pernikahan yang terjadi tatkala kerajaan Pancala mengadakan sayembara untuk memperisteri Drupadi. 

Sayembara tersebut diikuti para ksatria, sedangkan Arjuna yang tengah berpakaian Brahmana keluar sebagai pemenang. Dengan demikian, Arjuna pun membawa pulang Drupadi. 

Ia mengatakan kepada ibunya bahwa telah mendapat sedekah. Ibunya yang sedang sibuk tanpa menoleh, menjawab agar ia membagi sedekah tersebut dengan saudaranya.

Konon, akhirnya Drupadi menikah dengan mereka satu per satu masing-masing selama dua tahun kemudian ia menjadi permaisuri Yudistira. Drupadi memiliki anak satu orang dari masing- masing suaminya. Akan tetapi, kelima anak tersebut meninggal saat terjadi perang Baratayuda.

Berikutnya adapula Dewi Kunthi. Dalam Mahabarata bagian pertama atau Adiparwa, dikisahkan tentang Dewi Kunti yang ditugasi menjamu pendeta bernama Resi Durwasa. Beliau pun menghadiahi mantra untuk memanggil dewa.

Sang Dewi yang masih remaja iseng merapal mantra untuk para dewa tanpa dasar pengetahuan cukup. Oleh karena keisengannya muncul pada pagi hari, yang muncul pun Dewa Surya. 

Saat sang dewi mencoba mantra tersebut sambil memandang matahari terbit, dewa matahari tersebut pun siap memberinya seorang putra. Kunti yang ketakutan menolak karena ia sebenarnya hanya ingin mencoba keampuhan Adityahredaya saja. 

Surya menyatakan dengan tegas bahwa Adityahredaya bukanlah mainan. Dengan sabda dewa, Kunti pun mengandung kemudian melahirkan anak dengan pertolongan sang dewa.

Demi menjaga nama baik kerajaan, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang "putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai Aswa dalam sebuah keranjang. 

Bayi tersebut ditemukan kusir kerajaan bernama Adirata. Sang kusir dengan gembira menjadikan bayi tersebut sebagai anaknya, terlebih sejak ditemukan ia sudah memakai pakaian perang lengkap dengan anting-anting dan kalung pemberian Surya.

Karna berkeinginan berguru kepada Resi Dorna namun ditolak karena bukan ksatria. Ia pun mencari guru lain, Parasurama, dengan menyamar sebagai brahmana. Parasurama adalah guru Sang Dorna. 

Dengan demikian, ia memperoleh guru yang lebih baik daripada Resi Dorna. Malangnya, Ia ketahuan berbohong lalu ia dikutuk oleh Parasurama agar ilmu yang diajarkannya tidak berguna lagi untuk Karna. Ilmu yang tidak bertahan lama seiring dengan gugurnya Karna dalam perang Baratayuda.

Setelah menjadi permaisuri raja, Dewi Kunti harus menjadi janda raja dengan tiga anak kandung dan dua orang anak kembar putera Dewi Madrim sebagai anak tiri. Kelima anak yatim itulah yang disebut Pandawa.

Masalah berikutnya yang dihadapi wanita dalam pewayangan adalah masalah Dewi Madrim, isteri selir, yang tertimpa musibah karena suaminya meninggal saat bersama dia. Kematian suaminya karena karma, saat Prabu Pandu melihat kijang berdiam diri malah dipanah, padahal kijang tersebut sedang bermesraan. 

Akibatnya, ia disumpahi kijang yang tengah sekarat tersebut, kelak jika bermesraan dengan isterinya, ia pun akan mengalami kematian seperti dirinya.

Oleh karena saat itu Pandu ingin bermesraan dengan Madrim yang menemaninya berburu di hutan, Pandu pun tewaslah. Madrim pun harus mati menemani suaminya sesuai dengan tradisi India zaman lampau sebelum akhirnya dilarang sejak India dijajah Inggris.

Pada 4 Desember 1829, pemerintah kolonial Inggris secara resmi melarang ritual Sati dengan peraturan hukum Bengal Sati Regulation yang ditetapkan oleh Gubernur Jendral Lord William Bentinck. 

Ritual Sati dalam bahasa Sanksekerta disebut Sutee, adalah tradisi zaman lampau seorang janda yang ditinggal mati suaminya akan membakar diri bersama suaminya yang sedang dikremasi di atas bara api. 

Istilah yang berasal dari Dewi Sati tatkala suaminya meninggal ikut membakar diri agar bisa bereinkarnasi dan lahir kembali untuk menjadi suami isteri lagi. Semula Sati melambangkan kesukarelaan isteri sebagai pengabdian kepada suami. 

Namun, seiring waktu, tradisi tersebut menjadi pemaksaan. Secara tradisional, janda tanpa anak memang tidak memiliki peran dalam masyarakat dan dianggap sebagai beban, sehingga dia ditekan untuk menerima sati.

Ibu tiri Bisma dan ibu tiri Rama berperangai serupa. Mereka memiliki perjanjian yang serupa. Mereka memiliki perjanjian yang mengikat dengan sang raja saat akan dinikahi, yaitu menuntut anaknyalah yang kelak menjadi raja, bukan anak permaisuri. Permintaan yang membuat Bisma melajang selamanya serta Rama yang harus membuang diri ke hutan bersama isterinya.

Selanjutnya, Keikeyi, ibu tiri Rama mengingini putera kandungnyalah, Bharata, yang menjadi raja Ayodya. Prabu Dasarata yang terikat sumpah terpaksa menuruti permintaannya. Sebagai putra yang berbakti, Rama pun menjalani dengan ikhlas. Sita mengikuti suaminya diiringi adiknya, Laksmana, untuk memulai hidup di hutan.

Dalam Adiparwa dikisahkan secara singkat bahwa Dewabrata atau Bisma dicalonkan sebagai raja pengganti Prabu Santanu sebagai pewaris takhta Hastinapura.

Namun, beberapa tahun kemudian, Santanu jatuh cinta pada puteri nelayan, Setyawati. Ayahnya mengizinkan asalkan keturunan puterinyalah yang diberikan hak atas takhta Hastinapura.

Santanu tidak bisa menyanggupi, namun ia jatuh sakit. Dewabrata yang berhasil mengorek informasi berjanji untuk memberikan tahta kepada anak Setyawati kelak.

Tatkala ayahnya masih ragu akan nasib Hastinapura ke depan, ia pun berjanji tidak akan menikah agar tak ada peperangan di Hastinapura.

Bisma memiliki dua adik tiri, Citranggada dan Wicitrawirya. Namun, Citranggada gugur dalam pertempuran, sehingga Wicitrawirya dinobatkan raja. 

Demi kebahagiaan adiknya, ia pergi ke Kerajaan Kasi mengikuti sayembara dan berhasil memboyong tiga puteri vernama Amba, Ambika, dan Ambalika.

Dewi Amba memiliki kesamaan dengan Dewi Sukesi. Keduanya tidak rela menikah dengan orang lain yang bukan pemenang sayembara atas dirinya. 

Dewi Sukesi tetap menuntut Wisrawalah yang menjadi suaminya karena dialah yang sanggup mengajarkan satrajendra. Demikian pula Dewi Amba, ia hanya mau menikah dengan Bisma sang pemenang lomba atas dirinya, bukan lelaki-lelaki lain yang dihibahi oleh Bisma untuk menikahi wanita-wanita hasilnya memenangi lomba.

Jika Dewi Sukesi harus melahirkan tiga anak berkarakter raksasa, karena kelalaiannya melakukan hubungan dengan Wisrawa sebelum terjadi pernikahan, Dewi Amba malah mati ketika Bisma menakut-nakutinya dengan anak panah semata agar ia tidak mengikut Bisma ke manapun perginya. 

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Amba berdoa agar dapat bereinkarnasi menjadi orang yang akan membunuh Bisma. Kelak, harapannya terkabul dalam tubuh Srikandi dalam perang Baratayuda.

Bahan Bacaan


https://id.wikipedia.org/wiki/Bisma
almusyafah.blogspot.com
tokohpewayanganjawa.blogspot.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Sita
https://id.wikipedia.org/wiki/Dropadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun