Sebelum meneruskan tulisan ini, saya membuka KBBI online untuk mengetahui makna kedua kata yang kutulis sebagai judul di atas. Adventure atau petualangan artinya selalu pergi ke mana-mana, suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, dan sebagainya. Walaupun saya gabungkan dengan sensasional, bukan berarti saya akan membahas petualangan dalam makna lain lagi karena makna berikutnya adalah orang yang banyak memiliki kekasih.Â
Wah, untuk makna kedua ini saya tidak sanggup deh, karena justru tidak sensasional menurutku. Justru terasakan sensasional jika hanya memiliki seorang kekasih, seperti lirik lagu Iwan Fals yang juga hanya memiliki seorang kekasih "...kumenanti seorang kekasih/ yang tercantik yang datang di hari ini/ adakah dia kan slalu setia/ bersanding hidup penuh pesona/ harapanku//. Berikutnya, kata sensasional bermakna bersifat merangsang perasaan atau menggemparkan.
Apa sajakah yang saya anggap sebagai petualangan sensasional? Tentu saja segala macam wisata, misalnya wisata kuliner, wisata ke mall, juga wisata munuju lokasi pariwisata. Lalu, apakah semuanya terasakan sensasional? Ternyata tidak semuanya, bukan? Misalnya untuk wisata kuliner. Walaupun saya sebetulnya suka memasak, tapi wisata kuliner tidak membuatku terdorong untuk segera belajar memasak. Mengapa? Ada kecemasan keasyikan lalu menjadi banyak makan. Â Kalau sekali dua kali bukan masalah tapi kalau setiap hari, tentu ngeri apalagi usia semakin meninggi. Akan tetapi, ada petualangan yang terasakan sensasional.
Petualangan yang menyenangkan bagi perempuan tentu saja berjalan-jalan ke mall. Akan tetapi, bukan masalah lapar mata atau keinginan selalu berbelanja jika kuanggap hal itu sebagai petualangan sensasional. Jika berjalan-jalan ke mall, lalu melihat-lihat aneka macam warna dan potongan busana, selalu mengingatkan kesibukan masa kecil. Kesibukan menggambar aneka baju, ditindaklanjuti dengan membuat boneka, lalu membuatkan baju-baju untuk boneka tersebut.
Demikian pula tatkala melihat-lihat aneka baju di mall. Berbagai keinginan yang berkaitan dengan busana selalu melintas-lintas. Yang pertama tentu saja saya melihat harganya. Jika harga saya anggap cukup sama dengan waktuku yang sempit untuk menjahitnya, saya akan mencobanya.Â
Jika merasa cocok, saya akan membelinya. Walaupun kubeli untuk kupakai sendiri, sambil berkaca di ruang pas, saya pun membayangkan andaikan ada waktu luang mendesain baju-baju khusus untuk orang-orang yang bertubuh tidak tinggi. Khusus untuk orang-orang gemuk, untuk orang-orang berdada besar tapi tidak tinggi, berpantat besar tapi tidak tinggi dan seterusnya. Lamunan yang membuatku adakalanya agak lama berkaca di ruang pas, walaupun tidak selalu karena seringkali lamunan tersebut malah  muncul saat saya berada di rumah.
Oleh karena itu, berjalan-jalan ke mall juga saya anggap sebagai petualangan yang sensasional, karena sangat menyenangkan manakala saya bisa menahan diri untuk tidak berbelanja. Hehehe. Seringkali keinginan berbelanja sedemikian mengganggu, sehingga saya harus melatih diri tidak selalu menggunakan uang untuk berbelanja dari gajiku melainkan dari hasil memberdayakan gajiku, misalnya uang yang berasal dari menyewakan aset. Itulah yang kugunakan untuk berbelanja.
Petualangan sensasional di mall yang berkaitan dengan keinginan berbelanja, membuat saya berkeinginan meminjam buku berjudul Aku Tidak Mau Kaya tetapi Harus Kaya... Buku dengan judul panjang ini karya John Afifi. Buku tersebut menghimpun aneka pengalaman kaum muda yang berjuang untuk menjadi kaya dengan cara berwirausaha. Satu di antaranya yang membuatku terkenang kembali kepada kesibukan masa kecil adalah kisah seorang remaja yang sudah memiliki butik dan menjadi desainer.
Buku tersebut memang berisi kisah sukses beberapa kaum muda dalam meraih prestasi. Akan tetapi, yang masih membayang adalah seorang gadis bernama Jessica Febriani, sejak SMP sudah memiliki bakat dan minat di bidang desain pakaian. Ia suka menggambar dan beberapa desainnya ada yang dikirimkannya ke majalah sekolah.Â
Gambar-gambarnya yang dianggap paling bagus  dikirimkannya ke koran lokal. Beberapa orang bahkan teman-teman dan gurunya yang melihat desainnya, memintanya untuk menjahit pakaian sesuai dengan desain gambar yang telah dikirimkannya ke media. Dari hobinya itulah, ia dikenal sebagai desainer muda oleh teman-teman sekolahnya sehingga banyak yang menjahitkan pakaian kepadanya. Walaupun sempat kewalahan menerima pesanan jahitan, namun ia suka melakukannya yaitu mendesain sekaligus menjahit yang akhirnya ia mempekerjakan beberapa karyawan untuk membantunya.
Akhirnya, ia pun membuka butik pertama di kotanya, Bandung. Oleh karena namanya sudah dikenal sebagai desainer, maka pakaian hasil desainnya pun cepat laku. Butiknya pun laku bahkan tanpa menunggu pemesan, banyak pesanan menghampirinya. Lagi-lagi ia harus pandai-pandai mengatur waktu karena saat itu ia masih SMA. Tahun berikutnya, ia pun membuka butik-butik lagi di kota-kota lainnya di Indoneseia. Dalam mempromosikan hasil desain dari butiknya, ia mempromosikan secara offline dan online pula.
Ia pun memanfaatkan jejaring sosial dari twitter sampai facebook untuk mempromosikan hasil desainnya. Promosi ini dirasanya sangat ampuh karena bisa merambah ke dunia internasional. Pemesan pun berdatangan baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, ia pun seringkali mengikuti pameran dan lomba. Menurutnya, pameran pun cara yang strategis untuk mempromosikan hasil desainnya sekaligus merk produksinya. Pameran yang paling membuatnya terkesan adalah apabila ia melakukannya di kementerian luar negeri.
Demikianlah, petualangan yang bagiku sensasional sekaligus  inspiratif, yang berawal dari kegemaran berjalan-jalan di mall, kegemaran mendesain dan menjahit baju sendiri, berlanjut membayangkan mendesain baju khusus untuk postur-postur tubuh yang bukan ala peragawati. Hal yang semakin memotivasi adalah manakala saya mengenakan baju desain sendiri lalu orang mengomentari bahwa saya pantas mengenakannya walaupun tidak setinggi peragawati.Â
Wah...jadi iri kepada Jessica yang pelajar tapi memiliki waktu untuk mendesain. Jadi ingin mendesain baju buatan sendiri lalu menggunakannya sendiri dan mengunggahnya ke media sosial dan lain-lain. begitulah. Pengalaman berjalan-jalan di mall, juga sensasional, bukan?
Petualangan yang tidak kalah sensasional adalah berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata karena yang terlintas selalu pertanyaan, lumayan juga pendapatan daerahnya jika banyak tempat wisata ya. Semoga bisa memakmurkan rakyatnya.Â
Petualangan sensasional berikutnya adalah manakala mengikuti rafting bersama teman-teman tenaga pendidik dan kependidikan  smanda ( SMAN 2 Sidoarjo, Jawa Timur) tempo hari. Sebelum kegiatan dimulai, antara cemas dan ingin mencoba  silih berganti mengguncang perasaaan. Saya yang tidak bisa berenang seakan dihantui bayangan andaikan tiba-tiba perahu terguling, walaupun tim panitia menenangkan agar tidak cemas karena sungai tidak dalam. Setelah dijalani, syukurlah tidak terjadi hal seperti yang saya cemaskan. Hal yang terulang ketika mengikuti offroad kemarin. Kengerian kendaraan akan terguling baik ke kiri maupun ke kanan selalu mengiringi.
Akan tetapi, dari kecemasan-kecemasan yang terlintas kemarin, saya malah tidak berteriak-teriak karena sibuk berdoa diam-diam. Pengalaman merasa pasrah kepada Sang Pencipta setelah saya berusaha berpegangan erat-erat sambil melihat tenang ke bawah, ke tempat yang terlihat curam manakala mobil offroad siap-siap meluncur turun ke arahnya, juga terasakan sensasional.Â
Ban mobil terasakan hampir tergelincir, saya tidak berani menoleh ke kiri maupun ke kanan, saya hanya melihat ke bawah yang tampak curam sambil berpegangan erat pada besi pegangan di depan saya sesuai saran sopir. Ternyata mobil pun meluncur dengan selamat tanpa tergelincir, walaupun kakiku sempat terkena lumpur. Benar-benar sensasi mendebarkan seakan menuntun perasaan untuk sejenak merasa tak berdaya hanya pasrah berdoa kepada Sang pencipta menunggu keajaiban.
Petualangan sensasional dari berjalan-jalan ke mall sampai mengikuti rafting dan offroad, terasakan mendebarkan tapi menginspirasi, dari memunculkan hasrat untuk mencoba kesibukan  mendesain seperti yang pernah kulakukan semasa kecil sampai kepasrahan menghadapi kemungkinan terburuk sambil berkonsentrasi memohon pertolongan Sang Pencipta.Â
Oleh karena itu, bukan hal yang harus disangkal jika ada anggapan bahwa "membayar" petualangan sensasional bukan hal yang "mahal". Walaupun kami harus patungan membiayai petualangan sensasional tersebut, tapi bukan hal yang memberatkan jika pengalaman yang kami peroleh pun lumayan sensasional pula.
Sidoarjo, 02-02-2020
Bahan Bacaan
Afifi, John. 2015. Aku Tidak Mau Kaya tetapi Harus Kaya Sebelum Umur 20 Tahun. Jojyakarta: Flashbooks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H