Mohon tunggu...
Nani Wahyuni
Nani Wahyuni Mohon Tunggu... -

cwe ga' mau ribet

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyempurnaan Berbagai Teori Pembelajaran

21 November 2011   05:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Munculnya teori pembelajaran digunakan untuk membantu pendidik agar lebih mudah melakukan pengajaran kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Namu tidak semua teori cocok dan adanya kelemahan bila diterapkan dalam pembelajaran maka timbul adanya pergeseran teori-teori pembelajaran tersebut.

Teori yang pertama kali muncul yaitu teori behaviorisme, teori ini menekankan pada stimulus dan respon yang akan menimbulkan bentuk respon tingkah laku. Teori ini kurang maksimal karena teori ini berpusat pada pemberi stimulus, sedangkan orang yang merespon hanya pasif. Guru sebagai pendidikdalam memberikan stimulus harus bisa menghasilkan respon yang positif, jadi keberhasilan pembelajaran sangat memerlukan peran guru. Teori ini akan manjadikan siswa kurang kreatif dan pasif.

Selain stimulus yang akan menghasilkan respon, perlu juga adanya penguatan guna meningkat respon, sehingga muncul adanya teori konektivisme. Menurut teori ini membutuhkan penguatan bisa berupa hadiah ataupun imbalan, imbalan cenderung meningkatkan munculnya suatu respon, dan tidak adanya imbalan cenderung mengakibatkan penghapusan. Sehingga, dalam pembelajaran koneksionisme, belajar siswa masih belum dimiliki kemandirian untuk mengeksplor dan mengembangkan pengetahuannya.

Sesungguhnya belajar tidak hanya berupa gerakan-gerakan otot saja namun pikiran seseorang pun ikut berpengaruh. Teori pembelajaran yang berpusat pada pengoptimalan aspek kognitif (pengetahuan dan pengalaman) yang telah dimiliki individu yaitu teori kognifisme. Karena tiap-tiap individu dalam tahap yang sama dapat memiliki perbedaan kemampuan dalam memaknai suatu pengetahuan, maka individu yang pintar akan semakin pintar dan individu yang kurang dapat memaknai pembelajaran akan semakin jauh tertinggal dari si pintar. Selain itu pula, teori ini dianggap hanya mengandalkan pengoptimalan kemampuan intelegent padahal masih banyak kemampuan lain dari dalam diri seorang individu yang dapat dioptimalkan dalam kegiatan belajar agar individu dapat secara mandiri mengeksplor pengetahuannya menjadi pengalaman untuk memecahkan berbagai persoalan pelik dalam hidup dan kehidupannya.

Inovasi pembelajaran harus mengarahkan agar individu aktif, hal tersebut memunculkan teori konstruktivisme. Teori ini cenderung mendefinisikan belajar sebagai proses mengkonstruk pengetahuansecara mandiri oleh individu, pendidik hanyalah sebagai fasilitator pemberi pengalaman nyata bagi individu. Namun pada realitanya ada beberapa individu yang memang kurang memiliki kemandirian untuk berpikir kreatif dan imajinatif, sehingga teori ini kurang cocok apabila diterapkan untuk individu tersebut.

Semua manusia ingin dihargai baik itu tentang pendapatnya maupun keinginannya. Lalu memunculkan teori humanisme, yaitu teori yang mendefinisikan pembelajaran dengan istilah “memanusiakan manusia” yang dapat dilakukan dengan memadupadankan beberapa teori asalkan tujuan “memanusiakan manusia” dapat tercapai. Individu memiliki kemampuan dalam dirinya untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah– masalah psikisnya asalkan pendidik menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun