Evaluasi Pembelajaran: Kurikulum Merdeka menekankan pada penilaian berbasis kompetensi dan pengembangan potensi individu siswa. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan pendekatan tersebut. Namun, hal ini dapat menjadi tantangan bagi guru dalam merancang instrumen evaluasi yang sesuai dengan karakteristik kurikulum baru.
Perubahan Budaya Sekolah: Kurikulum Merdeka juga mengharuskan adanya perubahan budaya sekolah menuju lingkungan belajar yang inklusif dan kolaboratif. Proses adaptasi ini dapat menjadi kendala karena membutuhkan waktu dan upaya yang cukup besar untuk mengubah pola pikir dan praktek-praktek yang sudah mapan di sekolah.
Dalam menghadapi tantangan dan kendala tersebut, perlu adanya dukungan dan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, serta pemangku kepentingan lainnya. Dengan kerjasama yang baik, diharapkan implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Adapun salah satu dampak positif dari Kurikulum Merdeka adalah mendorong kemandirian siswa. Dalam kurikulum ini, siswa diberi kebebasan untuk mengatur waktu dan merencanakan pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Hal ini, membantu  mengembangkan kemampuan mandiri dalam belajar. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga mendorong kreativitas siswa untuk mendukung eksplorasi ide atau inovasi untuk berpikir out-of-the-box serta mempersiapkan mereka untuk tantangan dunia nyata di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H