Mohon tunggu...
Nanang Kusmayana
Nanang Kusmayana Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Pancasila

Seorang Guru Pendidikan Pancasila di SMA Pedesaan, Senang Traveling, dan Mencari sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Filsafat Ilmu dengan Pendidikan Kewarganegaraan

5 September 2024   21:40 Diperbarui: 5 September 2024   21:50 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman, maki muncullah ilmu-ilmu pengetahuln yang mempelajari bidang-bidang tertentu, namun apabila ditelusur sesungguhnya akan kembali pada filsafat. pada konteks yang lain fitsafat juga sebagai suatu sikap terhadap kehidupan dengan meninjau problem-problem yang ada secara luas dan mendaram secara kritis dan terbuka terhadap semua sudut pandang problem yang ada. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya (Nasiwan, 2014).

Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu berasal dari bahasa Arab “Al ‘Ilm” yang berarti pengetahuan (knowledge). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmu merupakan suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat menjelaskan gejala-gejala tertentu. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan ilmu adalah suatu pengetahuan teratur yang membahas suatu masalah dan pemikirannya terpusat pada masalah tersebut.

Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general) (Gie, 2012). Definisi lain ilmu merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Ilmu merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu (Dafrita, 2015).

Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Paul Freedman, dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. S. Ornby mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta. Poincare, menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui pendekatan filsafat(Wahid, 2012).

Membahas ilmu dan pengetahuan tidak semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu, sebab kalau semua pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis, memiliki metode dan berdiri sendiri, tidak memihak kepada sesuatu (Abbas, 2010). Charles Singer merumuskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Menurut Prof. Harold H. Titus, banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenaranya (Gie, 2012).

Pengertian ilmu itu saling bertautan logis dan berpangkal pada satu kenyataan yang sama bahwa ilmu hanya terdapat dalam masyarakat manusia. Suatu penjelasan yang sistematis harus dimulai dengan segi pada manusia yang menjadi pelaku dari fenomenon yang disebut ilmu. Hanyalah manusia yang memiliki kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif, dan mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu. Jadi, tepatlah bilamana pengertian ilmu pertama dipahami dari seginya sebagai serangkaian aktivitas yang rasional, kognitif, dan bertujuan. Sesuatu aktivitas hanya dapat mencapai tujuannya bilamana dilaksanakan dengan metode yang tepat. Dengan demikian, penjelasan mengenai aktivitas para ilmuwan yang merupakan penelitian akan beralih pada metode ilmiah yang dipergunakan. Ilmu lalu mempunyai pengertian yang kedua sebagai metode. Dari serangkaian kegiatan studi atau penyelidikan secara berulang-ulang dan harus dilaksanakan dengan tata cara yang metodis, akhirnya dapat dibuahkan hasil berupa keterangan baru atau tambahan mengenai sesuatu hal. Dengan demikian, pada pembahasan terakhir pengertian ilmu mempunyai arti sebagai pengetahuan (Gie, 2012).       

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati atau berlaku umum dan diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.

Ilmu pengetahuan itu harus memiliki instrumen, paling tidak ada lima instrumen ilmu pengetahuan yang mungkin dapat digunakan, yaitu: pertama, pengalaman yang memfungsikan inderawinya sebagai instrumen utama untuk mendapatkan gambaran atau arti dari sesuatu itu, (pengetahuan perseptual indrawi), dengan kata lain pengalaman adalah sensoris yang menentukan kebenaran tentang sesuatu, pengalaman itu ada yang bersifat objektif, yaitu pengalaman terhadap alam di luar diri yang berada atau terjadi secara mandiri dan di luar diri dan ada pengalaman yang bersifat subjektif, yaitu pengalaman milik pribadi, berada di dalam diri seperti rasa takut, rasa bahagia, rasa enak atau rasa malu dan lain-lain sebagainya. Pengalaman hanya melalui pengamatan semata-mata, kebenaran yang dicari itu akan mengalami distorsi (penyimpangan), konsep dan konstruk akan terungkap dalam rumusan yang berbeda. Kedua, berpikir (rasio) atau menalar dimana akal atau intelek berfungsi dalam upaya mencapai kebenaran. Berpikir itu tidak bisa terlepas dari realitas, juga tidak bisa terlepas dari potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia. Berpikir adalah suatu sistem dan proses kognitif yang kompleks, justeru kekompleksannya inilah yang merangsang para pakar untuk terus menelitinya. Ketiga, intuisi adalah sebagai kejadian eksperensial dan di dalam kalangan ahli psikologi menggambarkan intuisi itu sebagai kejadian perilaku, yang juga bisa sampai kepada kebenaran. Keempat, fatwa yaitu pernyataan atau pendapat dari kalangan para ahli atau pakar (di dalam Islam disebut dengan alim jamaknya ulama) yang ahli atau pakar di bidangnya masing-masing. Kelima, wahyu yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang memiliki sifat kebenaran yang mutlak (absolut), akan tetapi keterungkapan kebenarannya itu sangat tergantung kepada bagaimana manusia itu menganalisis dan menafsirkan makna dan maksud dari wahyu itu (Abbas, 2010).

Berdasarkan uraian pemaparan diatas penulis mengambil kesimpulan ilmu adalah serangkaian pengetahuan yang sistematis, dapat diuji kebenaranya dan menggunakan metode-metode untuk mendapatkan. Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu itu memang benar, karena pengetahuan didapatkan bisa kapan saja dan dimana saja, sedangkan ilmu harus melalui proses-proses tertentu yang terdiri dari beberapa pengetahuan dan disimpulkan menjadi suatu ilmu. Oleh karena itu orang-orang sering menyebut ilmu dengan ilmu pengetahuan. Padahal sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya. 

Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun