Mohon tunggu...
Nanang Kusmayana
Nanang Kusmayana Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Pancasila

Seorang Guru Pendidikan Pancasila di SMA Pedesaan, Senang Traveling, dan Mencari sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Filsafat Ilmu dengan Pendidikan Kewarganegaraan

5 September 2024   21:40 Diperbarui: 5 September 2024   21:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia merupakan kehidupan yang kompleks dari apa yang dipikirkan manusia sebelumnya. Berbagai fenomena-fenomena di dunia terjadi di luar akal pemikiran manusia. Sedikit demi sedikit manusia mulai mempelajari gejala-gejala yang tejadi di dunia. Mereka mempelajari batuan, mendalami ilmu tanah, mempelajari luar angkasa dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya manusia sendirilah yang membuat teori-teori mengenai fenomena di dunia.

Dengan permasalahan seperti inilah sebegian manusia tertarik mempelajari gelaja-gejala yang berada di muka bumi bahkan hingga mempelajari hal-hal yang terjadi di jagat raya. Para ilmuwan terus berusaha meneliti dan mempelajari hal tersebut hingga pada akhirnya munculah beberapa ilmu-ilmu baru. Menurut ruang lingkup yang dipelajari, ilmu kemudian dibagi-bagi kembali agar dapat fokus dalam ruang lingkupnya masing-masing. Hingga saat ini masih banyak perkembangan ilmu-ilmu baru.

Filsafat merupakan suatu wadah yang dapat menampung berbagai ilmu-ilmu yang telah diciptakan. Ilmu-ilmu yang sudah ada ataupun sedang berkembang saat ini sebagian besar pemikirannya bermula dari ruang lingkup filsafat. Filsafat dapat dikatakan sebagai awal pemikiran ilmu-ilmu yang sudah ada. Karena didalam filsafat mencakup semua hal yang berhubungan dengan kehidupan di dunia. Maka dari itu, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan satu sama lain.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah manusia dapat mempelajari atau menjelaskan seluruh fenomena-fenomena yang terjadi di muka bumi? Gejala-gejala yang terjadi di muka bumi sangatlah banyak terlebih lagi gejala-gejala yang terjadi di seluruh jagat raya ini, manusia tidak akan mungkin dapat menjawab seluruh fenomena-fenomena yang terjadi. Sebagai manusia maka sudah menjadi kewajiban untuk menuntut ilmu serta mengembangkan ilmu-ilmu yang sudah ada. Dengan semakin bertambahnya ilmu, maka pengetahuan pun akan ikut bertambah. Dengan mempelajari hal-hal yang mendasar terlebih dahulu, maka diharapkan dapat mengembangkan dasar-dasaar tersebut hingga menjadi suatu ilmu baru serta bermanfaat bagi dunia. 

Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan Sophia dan sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, atau kejernihan. Berdasarkan teori tersebut, berfilsafat atau filsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filosof bukanlah orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar dan mencari kebenaran atau kebijaksaan. Dalam bahasa Indonesia, filsafat berasal dari bahasa Arab filsafah, yang juga berakar pada istilah Yunani (Wiramihardja, 2006).

Pythagoras adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat. Pythagoras memberikan defenisi filsafat sebagai the love wisdom. Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan. Pythagoras sendiri mengganggap dirinya seorang philosophos (pecinta kebijakan), baginya kebijakan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan (Susanto, 2021).

Pengertian filsafat itu juga dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi yang statis dan dari segi yang dinamis. Dikatakan dinamis karena dimana pada akhirnya orang harus mencari kebijaksanaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki dan kemampuan yang ada, dan dikatakan statis karena orang dapat mencukupkan diri atau merasa cukup untuk sekedar mencintai kebijaksanaan tersebut. Akan tetapi walaupun demikian, secara terinci dan secara khusus filsafat itu dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada atau mencari hakikat segala sesuatu yang secara ringkas dapat dikatakan sebagai usaha mencari kebenaran yang hakiki (Abbas, 2010).

Ruang lingkup dalam pembahasan filsafat sesungguhnya sangatlah luas, maka dengan kondisi seperti ini banyak ahli filsafat yang turut andil dalam memberikan definisi filsafat. Baik ahli filsafat dari dunia barat maupun dari timur memberikan definisnya masing-masing. Berikut adalah definisi-definisi ilmu filsafat menurut beberapa ahli.

  • Plato (427 SM- 347 SM) seorang ahli filsuf Yunani menjelaskan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang segala yang ada.
  • Aristoteles (382 SM – 322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retrotika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
  • Al Farabi (wafat 950 SM) seorang filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
  • Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyampaikan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejal, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan (Widyawati, 2013).

Dengan beberapa definisi dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan seuatu dengan sedalam-dalamnya untuk mencari hakikat kebenaran dari suatu permasalahan.

Manfaat mengkaji filsafat menurut Franz Magnis Suseno adalah bahwa filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan, kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani, tidak hanya secara verbalistik, melainkan juga secara evaluatif kritis, dan reflektif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan identitas modern bangsa Indonesia secara terus menerus (Magnis-Suseno, 1992). Menurut para filsuf kegunaan secara umum filsafat adalah sebagai berikut.

  • Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha beharga.
  • Rene Descartes yang termasyhur sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke-17 terkenal dengan ucapannya cogito ergosum (Karena berpikir maka saya ada). Tokoh ini menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
  • Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut: “Filsafat adalah keinsafan dan pandangan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban”.
  • Maurice Marleau Ponty seorang filsuf modern Existensialisme mengatakan bahwa jasa dari filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia.
  • Menurut Asmoro Achmadi, mempelajari filsafat adalah sangat penting, dimana dengan ilmu tersebut manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat. Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrase atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu. Alam raya, ilmu pengetahuan, benda-benda, dan manusia hanya dipandangnya dari beberapa bagian kecil yang penting, serta menurut waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Dengan demikian, pandangannya tentang segala sesuatu adalah sempit dan ekslusif. Alam raya seolah-olah dibagi-bagi, manusia seolah-olah dipotong-potong menjadi badan dan jiwa, sedangkan jiwanya dibagi-bagi menjadi emosi, motivasi, intelegensi dan lain-lain. Masyarakat dikotak-kotakan sehingga akan kehilangan arti menyeluruh dan hakikatnya. Filsafat memandang segala sesuatu dalam suatu sistem keseluruhan dan dalam segala aspeknya, sebagai akibat dari pandangan dasar atau akarnya (Wiramihardja, 2006).

Berdasarkan uraian para ahli  di atas dapat disimpulkan filsafat adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran atau kebijakan tentang alam semesta dan isinya melalui pemikiran yang mendalam, tidak terbatas, dan mencari kebenaran atau kebijakan tersebut sampai ke akar-akarnya. Dalam pemikiran tersebut akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh indera manusia, dan disanalah manusia mulai berfilsafat. Semenjak dilahirkan manusia sebenarnya telah mulai berfilsafat, mereka ingin mengetahui dari mana mereka berasal, siapa yang menciptakan mereka, untuk apa mereka dilahirkan, dan pertanyaan-peratnyaan mendalam lainnya. Sehingga dari pemikiran tersebut, pertanyaan yang terdapat dalam otak mereka akan terjawab oleh pemikiran-pemikran yang mendalam tentang hakekat manusia. Filsafat membantu manusia untuk mengembangkan pemikiran-pemikirannya yang tidak terbatas. Filsafat membuktikan bahwa manusia mempunyai akal dan pemikiran yang kritis terhadap suatu kejadian. Filsafat sebenarnya merupakan sebuah ilmu yang tidak sulit untuk dipahami, tetapi kebanyakan orang terlebih dahulu menganggap filsafat itu sebagai sesuatu yang sut untuk dipahami, sehingga orang-orang yang ingin belajar filsafat terpengaruh untuk tidak mempelajarinya. Maka, mulailah untuk melatih diri untuk bisa menyukai filsafat, karena yang terpenting adalah belajar berfilsafat bukan belajar filsafat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun