Mohon tunggu...
Ilham Maulana
Ilham Maulana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

~bandit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Agnostik Dari Sudut Pandang Politik

16 April 2014   04:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_320126" align="aligncenter" width="243" caption="Jendral Sudirman"][/caption]

Politik setiap hari menjadi konsumsi kita semua. Ia pasti ada di setiap pemberitaan media massa maupun elektronik.

Apalagi sekarang-sekarang ini, bukan?

***

Pada suatu hari, belum lama ini, ketika mendapat undangan untuk mencoblos, saya berpikir. Berpikir tentang nama/gambar siapa yang akan saya coblos nantinya.

Dan ketika tanggal mainnya tiba, saya memang datang ke tempat diadakannya "pesta". Saya juga masuk ke bilik suara, tapi saya tidak mencoblos.

Kenapa?

Karena saya tidak benar-benar tau, siapa sosok orang/partai yang benar-benar memiliki obsesi untuk membuat Ibu Pertiwi tidak bersedih hati lagi.

Lama saya berpikir tentang itu. Dan saya tidak mendapatkan jawabannya. Mungkin Tuhan belum memberikan saya petunjuk.

***

Ada sebuah istilah di bidang Agama yang sering dipakai orang-orang untuk membedakannya dengan Ateis, yaitu Agnostik. Jika diaplikasikan di dunia politik, saya pikir bisa saja.

Dari Merriam Webster:

1 : a person who holds the view that any ultimate reality (as God) is unknown and probably unknowable; broadly : one who is not committed to believing in either the existence or the nonexistence of God or a god

2 : a person who is unwilling to commit to an opinion about something (political agnostics)

Dari Urban Dictionary:

One who is a registered voter and politically informed, but is basically indifferent and non-committal toward the popular political parties (Democrat or Republican in the US). Probably believes that the political parties are so ideologically similar and so mired in their own bureaucracy that they have outlived their usefulness. Voting straight-ticket out of allegiance to a political party would be considered heresy.

"Are you a Democrat or a Republican?"

"Neither, I'm a political agnostic."


Dari sudut pandang politik, saya adalah seorang yang agnostik (sampai saat ini). Tapi, ini bukan berarti saya tidak perduli dengan politik kita. I care (that's why I wrote this article).

Hanya saja, terlalu banyak intrik di dunia politik kita. Sehingga menjadi kabur siapa yang (benar-benar) benar atau siapa yang busuk.

Dan yang perlu Anda tau, saya tidak memiliki teman atau saudara yang berkecimpung di partai politik. Jadi, sumber informasi tentang politik untuk saya adalah dari koran, TV dan radio.

Sekian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun