Identitas Buku
Judul                     : Luka Kata
Penulis                   : Candra Malik
Banyak Halaman          : 150 halaman
Penerbit                  : Grasindo
Tahun Terbit              : 2019
Tentang Penulis
Candra Malik lahir di Solo, 25 Maret 1978 lahir dalam keluarga yang cukup akrab dengan kebatinan Islam. Ia tumbuh menjadi seseorang yang terus aktif memperdalam keimanannya dan belajar kepada belasan mursyid tarekat di Indonesia. Candra juga merupakan Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia Besar pada Pengurus Besar Nadhatul Ulama (Lesbumi PBNU) periode 2015-2020.
Tak hanya di bidang agama, ia juga ambil partisipasi di bidang jurnalistik. Pengalaman jurnalistik yang sudah mencakup dua bahasa yaitu, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mendorongnya untuk terus berpikir kreatif dan menulis.
Setelah cukup banyak pengalaman yang ia miliki sebagai penulis, ia ditasbihkan sebagai Sastrawan Sufi oleh Begawan Sastra Indonesia, Profesor Budi Darma, sejak karyanya yang berjudul Sekumpulan Cerita Pendek Mawar Hitam diterbitkan pada tahun 2015. Candra setidaknya sudah menulis empat belas buku termasuk buku yang berjudul Luka Kata ini.
Ringkasan Buku
Buku berjudul Luka Kata bercorak abu ini menggambarkan seorang wanita yang sedang berdiri di depan tangga di bagian cover nya. Sebelum menunjukan bagian-bagian dari buku ini ada beberapa kata yang ditorehkan oleh sang penulis, Candra malik, yaitu "Kata-kata semakin tak berekekuatan. Kita sendiri yang melemahkan, Candra Malik,2019."
Buku ini menyuguhkan 146 puisi yang dibagi menjadi sepuluh tema, yaitu : lebih baik pergi, percuma omong kosong, riwayat luka, pernah sangat ingin, menyatu lagi, oleh karena cahaya, di dalam kenangan, dan ia mendekat, pelupuk peluk, jika perempuan.
Di Masa Murung
Apa yang kausuka
Dari puisi-puisiku
Yang melulu cinta
Atau selalu rindu?
Aku hanya menulis ingin
Malempaui angan-angan
Yakin bisa ke atas angin
Menjauhi s'tiap larangan
Dari ngarai ngungun ini
Di masa-masa murungku
Pasti melayangkan sepi
Dan kini sampai padamu
(2018)
Puisi ini menggunakan sajak di ketiga baitnya. Penggunaan sajak menjadi nilai yang dapat ditonjolkan dan membuat puisi menjadi lebih menarik.
Selamanya
Rindu diciptakan dari kau dan aku
Yang dipisahkan sementara waktu
Bagi akal, kau kekal
Bagi hati, kau abadi
(2018)
Gagal Menjadi Kekal
Malam setiba hujan
Kala aku merindukanmu
Kehadiran masa lalu
Ketika kita tak ragu
Kupeluk ini ranjang
Yang kini berkubang
Nista pengkhianatan
Dan noda kepalsuan
...
(2018)
Kelebihan dan KelemahanÂ
Puisi berjudul Selamanya menggambarkan kerinduan antara dua insan yang sedang berpisah selama sementara waktu. Saat saling merindu mereka yakin bahwa satu sama lain adalah untuk selamanya, kekal, dan abadi. Penggunaan kata yang lugas dan mudah dipahami membuat pembaca yang masih awam dengan beberapa diksi menjadi lebih mudah mengerti puisi-puisi di dalam buku. Tetapi saat kita membaca puisi berjudul Gagal Menjadi Kekal, tidak sedikit pembaca yang mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahami makna seni sastra ini karena beberapa diksi yang masih asing penggunaannya dan letak nya dalam kalimat sebagai metafora juga dapat membingungkan para pembaca.
Rekomendasi
Terlepas dari itu, buku ini mengemas puisi-puisi karya Candra Malik secara apik dan  mengutamakan nilai sastranya. Makna puisi-puisi dalam buku ini juga dapat dengan mudah diresapi oleh pembaca karena diadaptasi dari perasaan dan keadaan yang sering dialami dalam kehidupan nyata sehingga buku ini akan cocok dibaca bagi kalangan umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H