Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Garuda biru

28 Agustus 2024   17:25 Diperbarui: 28 Agustus 2024   17:25 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Sebenarnya tulisan ini berjudul anak penjahat politik jadi presiden.

     Namun sesuai dengan rasa yang ada di situasi politik Indonesia, saya ganti nama judul tulisan ini seperti di atas.

     Saya mau kasih tulisan ini semenjak masalah hukum yang ada ketika anak pertama presiden Jokowi, mas Gibran di calonkan menjadi wakil presiden bersama calon presiden waktu itu bapak Prabowo.

     Tapi masalah pelanggaran aturan pemilu presiden dan wakilnya berakhir hening setelah KPU menetapkan bapak Prabowo dan mas Kaesang sebagai pemenang pemilu 2024.

     Alasan pelanggaran aturan main pemilu pilpres 2024 karena mas Gibran di anggap melakukan lompatan jauh dari walikota Solo menjadi wakil presiden..

     Padahal menurut lawan politik presiden Jokowi, seharusnya mas Kaesang harus jadi gubernur dulu kemudian pantas mencalonkan diri menjadi wapres.

      Lagipula melihat umur dari anak pertama presiden ke tujuh ini masih tidak sesuai hukum pilpres.

     Namun selanjutnya ada kejutan dari mahkamah konstitusi yang di ejek dengan bunyi mahkamah keluarga bahwa Gibran bisa mencalonkan diri menjadi wapres 2024, karena ada perubahan yang di ajukan oleh seorang mahasiswa yang saya lupa namanya, dan gugatan hukum tersebut di terima oleh hakim MK, maka mas Kaesang sah menjadi calon wapres untuk pemilu 2024.

     Kemudian DPR dan KPU mendukung aturan hukum yang memberikan jalan mulus untuk si sulung.

     Singkat cerita setelah KPU menetapkan pemenang pemilu 2024 adalah bapak Prabowo dan mas Gibran, suara singa politik mulai terdengar mirip suara kucing, lembut dan manja.

     Beberapa bulan menjelang acara pilkada suara kucing manja berubah drastis menjadi suara singa berebut betina.

     Mengerikan dan dahsyat. Kalimat yang diucapkan bahwa Kaesang tidak pantas menjadi calon di pilkada karena sikap tersebut adalah aksi melanggengkan dinasti politik sehingga presiden Jokowi akan berkuasa selamanya.

     Selanjutnya ada keajaiban dari mahkamah konstitusi untuk merubah pasal tentang umur dan syarat suara parpol untuk pencalonan pilkada.

     Happy banget parpol yang tidak kadernya di DPR. Ada kemudahan untuk mencapai kondisi politik menjadi lebih baik.

     Namun sayangnya beberapa parpol di gedung DPR punya sikap kreatif untuk menyambut keputusan MK yaitu akan membuat undang-undang baru,  dan akan di buat sah esok hari.

    Tanpa di duga di media sosial terlihat gambar garuda biru yang memberi tanda bahwa negara Indonesia dalam keadaan darurat demokrasi.

     Esok hari beberapa kumpulan dari banyak kampus swasta dan negeri melakukan aksi perlawanan di depan gedung DPR Jakarta.

     Tindakan ini menghasilkan kerusan di sekitar gedung DPR hingga beberapa aktivitas luka-luka. 

     Dan DPR juga KPU memberikan informasi bahwa mereka manut dengan aturan dari MK yaitu tidak mendukung Kaesang mencalonkan menjadi gubernur Jawa Tengah.

     Dan Gibran pun batal ikut pencalonan pilkada 2024.

     Sesuatu yang saya perhatikan dari kisah perjalanan politik 2024 adalah, sepertinya ada suatu perintah untuk menggagalkan niat agar pak Jokowi mengantarkan anak ke duanya menjadi pemimpin suatu daerah.

      Apakah isu dinasti politik di kampanye kan untuk menjegal cita-cita pak Jokowi karena selama ini beberapa mimpi pak Jokowi menjadi kenyataan? Atau aksi anti presiden Jokowi di lakukan karena ada kumpulan individu yang sakit hati karena mimpinya kandas terhalang sikap politik pak Jokowi?

     Entahlah tapi mungkin iya, karena Jokowi efek punya energi positif bagi pendukungnya seperti lolosnya pak Prabowo menjadi presiden ke delapan negara Indonesia, padahal beliau sudah tiga kali pemilu selalu kandas dalam pertarungan politik pilpres. Mirip lagu dangdut nih, hehe.

     Perkara anak presiden menjadi presiden sudah ada bukti yaitu anak presiden marcos dan anak presiden Rodrigo Duterte yang menjadi wakil presiden.

     Kedua ayah mereka yang pernah menjadi presiden di negara Filipina mempunyai citra buruk karena terkenal melakukan pelanggaran HAM berat yaitu menghilangkan nyawa orang dengan sengaja, walau ada propaganda tentang tujuan positif dari aksi itu.

     Di Indonesia sendiri ada juga anak dari penjahat politik yang menjadi presiden, yaitu ibu Megawati anak dari presiden Soekarno,yang pernah di tuduh sebagai pelindung partai komunis Indonesia .

      Kemudian ada pak Prabowo Subianto anak dari prof Dr Sumitro Djojohadikusumo yang pada masa orde baru di kenal sebagai begawan ekonomi dan ternyata sebagai pejuang 45 di bidang diplomasi politik namun sayangnya ikut bergabung dengan aksi pemberontakan PRRI di Sumatra pada tahun 50-an.

     Keduanya sukses menjadi presiden saat orang tua mereka sudah wafat. Ini beda sekali takdir bagi kedua anak laki-laki pak Jokowi, karena keduanya menjadi calon birokrat saat sang ayah masih hidup sehat sehingga ada rasa yang tak enak bagi pihak beda rasa.

     Pertolongan dari orang tua memang punya manfaat besar bagi anak dan nama baik keluarga karena akan melahirkan pandangan positif bagi para orang tua lain.

     Menurut hasil pikiran saya sendiri, sepertinya ada rasa tak enak di wilayah parpol karena anak-anak mereka belum tentu punya nasib mujur seperti anak-anak pak Jokowi.

     Selanjutnya adalah sesuatu unsur yang membuat orang semakin ketagihan setelah kenal dekat. Ini bukan tentang narkoba dan sex bebas hehe.

     Ini tentang UUD juga tapi bukan aturan politik ini tentang ujung-ujungnya duit.

     Siapa sih orang dewasa yang menolak duit alias uang?

    Begitu tahu kekuatan uang pasti benda tersebut lebih dekat di bandingkan kemanusiaan.

     Sebab dengan uang semua masalah bisa di buat semakin ringan.

     Walaupun uang tidak di bawa mati namun dengan uang jumlah besar rasanya bagaikan hidup di surga.   

     Hidup rasanya senang terus! 

     Makanya perebutan kekuasaan bukan hanya suatu pembuktian tentang pengabdian tapi ada hal yang tersembunyi yaitu untuk mendapatkan kondisi hidup yang lebih enak.

     Setuju ya !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun