Hore! Bulan februari telah datang. Ada yang beda dengan bulan di suatu tahun yaitu perayaan valentine atau di kenal dengan versi bahasa Indonesia sebagai hari kasih sayang.
Pada tanggal 14 Februari beberapa remaja yang di mabuk cinta akan memberikan hadiah spesial untuk kekasihnya, seperti bunga mawar atau sebungkus coklat manis.
Tapi sikap tersebut terjadi kepada remaja yang setuju dengan budaya yang berasal dari negara paman Sam. Bagi yang tidak setuju tetap memakai gaya yang berbeda saat berpacaran.
Nah bagi beberapa manusia saat berpacaran adalah syarat untuk melangkah ke arah pernikahan.
Tujuan pernikahan adalah suatu peraturan yang di buat oleh agama dan negara agar terjadi persamaan niat suci dalam membentuk suatu keluarga hingga dapat menciptakan keturunan biologis, dalam hal ini bernama manusia.
  Namun pada tahun 2022 di suatu media berita online tertulislah kisah yang mencuri perhatian beberapa pengamat sosial dan warga biasa seperti saya.
  Karena dalam tulisan tersebut ada cerita yang melukiskan suatu perlawanan kebudayaan dari manusia normal.
  Di sana ada kisah menyedihkan bernama resesi seks.
  Resesi seks adalah suatu sikap manusia yang ogah menikah dan mempunyai keturunan.
  Kejadian ini terjadi di negara singapura, jepang, korea selatan dan cina.
  Negara-negara tersebut terkenal dan teknologi maju dan pola pikir warganya yang moderen.
  Selanjutnya yang membuat saya penasaran adalah ada apa dengan warga negara tersebut ?
Setelah saya baca kembali di media berita daring itu, ternyata suatu negara yang terkenal dengan infrastruktur yang rapi dan punya teknologi yang hebat namun ada masalah sosial yang sebenarnya mirip terjadi di negara miskin.
Di suatu negara miskin banyak warganya yang merasa kesulitan ekonomi akibat dari minimnya peluang kerja dan tingginya kasus korupsi di birokrat, sehingga tingkat kesejahteraan warganya sangat rendah.
Di negara maju yang terkenal dengan kondisi politik ekonomi yang stabil namun di sana ternyata ada kemiskinan terselubung justru terjadi di balik kondisi kemapanan sosial.
Di balik penampilan yang mapan tertutup suatu kebutuhan untuk kondisi pernikahan yang sangat sulit di punyai oleh para generasi penerus di negara tersebut.
Di sana biaya hidup terasa mahal sehingga biaya perawatan anak tidak mungkin tercapai oleh generasi muda.
Para kaum muda takut menikah karena gaji yang mereka dapat terasa sangat kecil.
Akhirnya mereka pun membuat keputusan untuk tidak menikah dan lebih mengutamakan pekerjaan, dengan alasan bahwa uang bisa membeli segalanya.
Kejadian resesi seks sempat membuat kuatir beberapa pengamat sosial di negara Indonesia karena bisa menyebabkan penyusutan generasi penerus bangsa Indonesia.
Secara pribadi saya tidak percaya bisa terjadi resesi seks di negara ini karena hubungan intim dua anak manusia berbeda bentuk tubuh bisa terjadi tanpa pernikahan sah.
Manusia butuh hubungan seks karena aksi tersebut menciptakan suasana yang menyenangkan.
Sebenarnya yang akan terjadi adalah krisis generasi penerus, di mana saat itu jumlah anak-anak di Indonesia akan menyusut karena keinginan untuk punya anak terganjal akibat tingginya biaya hidup.
Dari nilai tingginya biaya hidup akan melahirkan rasa takut gagal dalam pernikahan sehingga banyak kaum muda mudi akan menunda pernikahan atau menunda memiliki momongan.
Hal ini harus di ciptakan jalan keluarnya yaitu pemerintah harus membuat kebijakan politik ekonomi yan g bisa membuat rasa nyaman untuk para calon pengantin dan para calon orang tua.
Pemeritah harus mampu menolong mereka yang tidak mau menikah apalagi yang tidak ingin punya momongan karena krisis moneter pribadi.
Tapi masalah dalam pernikahan tidak hanya karena isi dompet yang tipis, bisa jadi karena sikap dari pasangan pernikahan yang membuat setiap individu berfikir kritis untuk menikah.
Tidak semua manusia mau bertingkah sesuai norma suci dari agama dan adat leluhur.
Ada beberapa pasangan pernikahan yang punya uang banyak akhirnya bercerai karena pasangan hidupnya punya sikap yang zolim, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau perselingkuhan yang membawa penyakit kelamin.
Kejadian di atas bisa membekas kepada generasi penerus untuk mengambil sikap tentang pernikahan.
Di masa depan bisa saja semakin banyak para kaum jomblo akibat dari mereka yang menolak konsep pernikahan, karena pada waktu itu ada cara baru untuk merasakan enaknya hubungan biologis dan terciptanya suatu teknologi biaya murah untuk mendapatkan generasi penerus.
Ada beberapa film dari negara Amerika yang bercerita tentang cara mendapat keturunan yaitu pertama kloning sel dan adanya bank janin termasuk tercipta pula rahim luar tubuh perempuan yang mampu menciptakan keturunan.
  Wau!!!
  Kondisi norma di masa depan bisa berubah banyak dari saat ini. Misalkan saat ini terasa aneh jika di negara Jepang ada pria yang menikah dengan boneka dengan alasan tertentu.
  Sekitar tiga puluh tahun ke depan adalah hal yang wajar ada pria dan wanita yang menikah dengan robot.
  Kenapa begitu? Karena mungkin pada saat itu manusia sudah bosan dengan masalah pernikahan yang berulang terjadi tiada henti.
  Tapi karena manusia butuh teman curahan hati maka di butuhkan suatu unsur yang tiruan yang bisa memuaskan hati.
  Di masa depan pola pikir manusia persis seperti film sains fiksi dari Amerika, disana di gambarkan bahwa robot menjadi bagian dari kehidupan manusia. Nasibnya mirip dengan telepon genggam saat ini. Kemanapun selalu ada.
  Namun robot masa depan tidak hanya sebagai pengawal biasa tapi harus mampu sebagai pemuas napsu ranjang majikannya.
  Ini akan terjadi karena manusia sudah muak dengan sikap manusia lain yang egois.
  Secara fisik bentuknya di buat seperti bentuk manusia normal, rasa kulitnya berbeda sekitar 20 % dengan majikannya.
  Sikapnya di bentuk seperti manusia umum. Hanya saja di sini status robot menjadi budak napsu birahi yang akan pasti mampu memuaskan si bos.
 Dan hebatnya lagi bentuk wajah dan tubuh bisa di bongkar pasang sesuai dengan imajinasi pemilik modal pribadi.
 Wah mengerikan ya? Saat ini iya tapi nanti di masa depan kisah ini adalah kejadian yang wajar karena pola pikir manusia yang telah berubah. Ini budaya manusia masa depan, budaya praktis cepat saji.
 Jika cerita imajinatif saya menjadi kenyataan berarti kisah krisis keturunan ada jalan keluarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H