Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Irjen Polisi Fredy Sambo dan Bonge

1 September 2022   15:31 Diperbarui: 1 September 2022   15:35 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama dua orang di atas saat ini menjadi pusat perhatian khalayak di negara berslogan Bhinneka Tunggal Ika.

          Kedua orang ini menarik karena berada di wadah elit masyarakat.

          Mereka menjadi pengisi infomasi bagi rakyat yang bosan dengan cerita politik negara ini yang semakin buram.

          Berita politik yang hanya bercerita tentang peralihan kekuasaan rasanya seperti hanya memakan nasi putih tak berlauk. Hambar, terpaksa dan membuat rasa mual.

          Kisah Irjen polisi Fredy Sambo dan Bonge membuat mata penonton tidak merasa sakit dan jenuh.

          Kisah mereka menyentuh emosi dan logika rakyat yang selalu kalah dan mengalah oleh keadaan.

          Dua orang tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda. Nasib kedua orang tersebut bagaikan langit dan lumpur dasar lautan terdalam.

          Menurut kabar dari internet Irjen Fredy Sambo anak dari seorang jenderal namun si Bonge di tinggal wafat oleh sang ayah sejak kecil dan besar di keluarga sangat sederhana.

          Irjen Fredy Sambo pernah bersekolah tinggi hingga mendapatkan posisi terhormat di lembaganya. Dia pun mampu meminang seorang gadis dengan gelar akademisi bergengsi di masyarakat. Bapak komandan ini mampu membuat gemetar kaum sangar berseragam abu-abu dengan perintah tegas dan terukur.

          Si Bonge, remaja putus sekolah ternyata bisa bernyanyi berasa apa adanya dan selalu kalah juga mengalah ketika hasil mengamennya di palak pihak lain. Bonge hanya bisa menangis di dalam hati walau bibirnya tersenyum.

          Seorang pertama pasti mendapat nilai tinggi di mata masyarakat namun seorang kedua pasti mendapat nilai yang berbeda dari persepsi rakyat manapun.

          Bagi personal yang pernah mendapatkan pendidikan agama pasti pernah di informasikan bahwa ada sang pencipta yang mampu membuat mahluk apapun termasuk takdir yang pasti untuk hambanya.

          Hingga pada suatu hari terlihatlah kisah ceria dari anak kaum lusuh yang sukses mendadak karena lokasi tongkrongannya mendapat nama Citayam fashion week.

          Si Bonge yang kumal dan bau aspal bermutasi menjadi selebritas yang terkenal sampai tingkat nasional termasuk jalan bareng bersama artis dan model terkenal juga gubenur Jawa barat kang Ridwan Kamil.

          Bonge bisa pelan-pelan memberikan tambahan harta bagi ibu dan adiknya di Citayam.

          Betapa indahnya takdirmu saat ini Bonge.

          Tetapi tidak semua orang punya takdir indah secara bersamaan. Bisa saja di tempat lain ada seorang hamba yang mendapatkan perjalanan hidup berliku.

          Sudah punya pendidikan dan status sosial tinggi namun mendadak hidupnya bagaikan terjun kedalam jurang yang sangat dalam. Pada saat ini mantan Irjen polisi tersebut di pecat dan terancam hukuman mati karena melakukan sikap tidak etis akibat dari penembakan kepada ajudan istrinya.

          Bapak ferdy Sambo walau berasal dari lingkungan dua jempol namun pada hari ini dan seterusnya tidak akan pernah lagi merasakan kondisi sebelum tragedi di rumah dinasnya terjadi.

          Rasa nikmat dan kemudahan yang ada, akan lenyap karena perbuatan yang tidak cerdas dari seorang yang berpendidik elit.

          Hidup yang dulu penuh pujian akan di hadapi dengan makian yang tak berakhir. Satu persatu teman dan saudara  pelan-pelan menyingkir mencari kenyamanan hidup.

          Di sanalah terasa bahwa keabadian di dunia hanyalah perubahan. Dan semua yang ada adalah titipan penguasa takdir manusia. Sang hamba hanya bisa menggenggam sesaat saja, setelah itu berakhir.

          Takdir oh takdir kau begitu gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun