Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Timur, Wanita, dan Kenekatannya

11 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 11 Desember 2021   09:03 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fotografer Yunandri Agus

Ternyata si calon seragam polisi Indonesia hanya seorang aktor dunia nyata. Bripda RBH menolak untuk merangkul calon ibu dari anak biologisnya dengan alasan karir dan rasa sungkan karena kakaknya belum menikah.

Mendiang NWR berusaha diskusi dengan orang tua pihak RBH dan pihak keluarga sendiri namun semuanya bernilai nol besar.

Akhirnya lahirlah ide untuk pindah dari kenyataan yang kejam, semoga saja kasus NWR ini berakhir indah dan roh mendiang tidur tenang.

Dari dua kisah tentang wanita muda di atas ada persamaan takdir walau prosesnya berbeda yaitu adanya kondisi yang seragam tentang kegagalan dalam cita-cita dan cinta.

Gagal dalam cita-cita dan cinta membuat kedua gadis tersebut berbuat nekat. Karena gagal dalam dua hal tersebut tidak hanya rusak untuk urusan asmara tapi juga hancur dengan mimpi mapan di masalah keuangan.

Pola pikir orang nekat memang tidak biasa. Apapun halangan harus bisa di pastikan selesai, karena beban berat di logika di selesaikan sendiri.

Sikap ini terjadi dari prilaku orang sekitar yang tidak mampu memberikan jalan keluar namun hanya menciptakan jalan buntu.

Pasti banyak orang suci yang mengutuk sikap dari kedua korban keadaaan.

Perbuatan mereka yang terjadi dari keadaan terpaksa namun di lihat dari tradisi timur yang ada di negara ini memang bukan keputusan bagus. Budaya timur mengajarkan perempuan untuk tidak bertindak buruk dan memalukan nama keluarga.

Namun ternyata keadaan terpaksa dan terasa sendiri, apakah ada kambing hitam?

Tapi jika korban keadaan tersebut ternyata orang dekat tersayang, apakah akan ada sikap yang sama sehingga lahir pula cerita yang mirip?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun