Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hoaks dan G30S/PKI

12 September 2021   18:21 Diperbarui: 12 September 2021   18:39 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cirebon.pikiran-rakyat.com

Pada bulan september setiap tahun ada saja rasa ketakutan untuk beberapa  warga negara Indonesia. Ini di sebabkan adanya ingatan tentang kekejaman suatu partai politik di jaman pemerintahan orde lama.

Pada era presiden insinyur Soekarno, partai komunis Indonesia sangat berambisi untuk menjadi partai paling besar dan mengalahkan partai politik lainnya.

Suatu cara yang paling enak adalah mendekatkan diri kepada sang proklamator. Cara tersebut mampu membuat partai politik yang di pimpin oleh kaum intelektual kiri menjadi anak emas presiden Soekarno.

Presiden Soekarno yang pada saat itu sangat bersemangat untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara berpengaruh di bidang politik dan ekonomi dunia.

Bermacam usaha di lakukan seperti keluar dari organisasi persatuan bangsa-bangsa dan menciptakan gerakan nonblok yang punya kemampuan menjadi negara bebas tanpa ekor dari dua blok yang berbeda prinsip kebijakan politik juga ekonomi.

Sikap sang proklamator tersebut di dukung oleh partai politik kiri yang memang sangat anti dengan pola pikir negara blok barat pendukung politik liberal. Padahal pada partai politik kiri ini ikut merasakan nikmatnya situasi politik liberal dengan kondisi banyak parpol yang lahir.

Karena sikap para petinggi partai komunis Indonesia ini bisa di terima oleh mantan menantu dari Almarhum Bapak Haji Oemar Said Cokroaminoto. Maka posisi Parpol terlarang pada era orde baru sampai sekarang ini mampu membuat ketar-ketir para politisi dari parpol lain.

Persaingan sengit tercipta antara pendukung idealisme kiri dengan pendukung anti parpol merah berlambang palu arit.

Permusuhan ideologi antara anak bangsa melahirkan konsep komunikasi masal yang di kenal dengan nama kabar bohong, yang saat ini ngetren di sebut hoax.

Hoax ini memang mampu membuat emosi para orang Indonesia melupakan logika sehat.

Kalimat-kalimat palsu yang tersebar bisa melahirkan kebencian antar individu pada saat itu. Kata-kata seperti : budak Amerika, anti Soekarno, anti Indonesia, kacung imperialis barat akhirnya membakar nurani manusia Indonesia untuk saling merendahkan harga diri pihak lain dan menyombongkan diri sendiri.

Akibat dari kabar bohong yang di sebar oleh kaum intelektual sipil yang jahat lahirlah kisah berwarna hitam dalam sejarah perjalanan negara Indonesia.

Hoax yang di dengar oleh gerakan militer Indonesia seperti: jenderal korup, jenderal hidup enak tapi anak buah hidup susah, akan ada aksi kudeta dari jenderal anti Soekarno, menciptakan rasa cemburu dan sakit hati kepada kelompok penculik subuh pada tanggal satu Oktober 1965.

Tanpa ampun para penculik jenderal merusak tubuh atasan mereka yang harusnya di dengar suara komandonya.

Betapa kejamnya hoax yang di ciptakan oleh para politisi sipil yang punya gelar akademisi tinggi.

Dengan hoax pula para pejuang negara Indonesia menjadi terpecah bela saling membunuh dan melupakan cita-cita masa muda dahulu.

Kita semua harus waspada dengan sikap para pencipta hoax. Jangan biarkan tragedi oktober 1965 di buat kembali oleh kaum cerdas berpendidikan tinggi namun nuraninya di kuasai iblis.

Jangan gampang percaya oleh berita bohong. Setiap informasi harus di cari kebenarannya dari sumber yang bisa di percaya. Harus punya banyak jalur berita agar pikiran tetap waras.

Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Duh!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun