Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Otak Pintar Perlu Nasib Bagus

20 September 2020   21:33 Diperbarui: 20 September 2020   21:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fotografer yunandri agus

Geger kisah pembantaian yang di lakukan sepasang kekasih di suatu apartemen di wilayah Kalibata Jakarta.

Ada bagian yang menarik perhatian saya yaitu seorang pelaku pendukung aksi tersebut mempunyai status sosial yang terhormat yaitu sarjana matematika dan ilmu pengetahuan (MIPA).

Dan menambah pesona cerita itu adalah gelar sarjana MIPA yang di dapat berasal dari suatu universitas jaket kuning di wilayah depok Jawa barat.

Tersangka LAS di panggil laeli ada perempuan cerdas yang pernah ikut lomba matematika tingkat provinsi dan kabarnya dia di terima di universitas itu melalui jalur orang cerdas bernama bidimisi.

Laeli ini pun terkenal sebagai pribadi yang alim dan pintar di kampungnya wilayah Tegal. Selalu juara kelas dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Dia berasal dari keluarga petani maka bapaknya bercerita bahwa dulu teman kelasnya pakai tas sekolah tapi LAS menggunakan kantong kresek untuk membawa buku sekolah.

LAS seorang kritis pada saat masih aktif di organisasi kampus. Sampai lulus tahun 2018 tidak ada tanda-tanda bahwa dia bisa berbuat sadis.

Selanjutnya laeli mendapat pekerjaan di perusahaan besar dan menjadi pengajar  lepas di beberapa kampus, begitu cerita di internet.

Dan pada suatu saat laeli mempunyai hubungan dekat dengan pria bernama Djunadi Al Fajri yang punya usaha ojek namun pengangguran. Laeli melapor bahwa dia dan pacarnya sudah nikah siri namun mereka kumpul kebo.

Roda nasib memang berputar. Kadang-kadang atas di atas besok ada di bawah. Laeli yang dulu hidup enak karena bekerja dengan hasil uang yang banyak namun karena bencana alam bernama corona sudah berhasil merubah rezekinya yang lancar bagai air sungai mengalir menjadi sungai kering tiada air.

Laeli yang cerdas dan alim mungkin merasa panik dengan kenyataan hidup yang tidak biasa. Bisa saja dia mendapatkan cara yang salah dari otak sendiri atau ada hasutan sesat yang berasal dari kekasihnya yang punya istri.

Mereka melakukan pelanggaran hukum yaitu melakukan pembunuhan dan pencurian uang milik korban.

Korban adalah seorang pimpinan sumber daya manusia di suatu perusahaan yang besar dan mempunya gelar sarjana strata dua di bidang bahasa Jepang.

Korban di temukan dengan keadaan tubuh terpisah sebelas bagian.

Laeli di tangkap bersama kekasihnya dengan rambut berwarna emas.

Mari kita perhatikan kedua sarjana yang beda gelar akademis dan kondisi.

Laeli pelaku pembunuhan seorang cerdas dan alim yang mampu merubah status sosial sendiri dan keluarganya di kampung namun nasibnya berubah akibat covid19 menjadi pengangguran terdidik.

Akibat tekanan hidup yang menghimpit dan rasa gengsi membuat akal waras menjadi tumpul.

Semua cara dihalalkan demi kepuasan sendiri tanpa peduli derita orang lain dari sikap sesatnya.

Si korban bernama Rinaldi Harley masih mampu bekerja di suatu perusahaan dengan gaji yang cocok.

Kedua orang bergelar sarjana tapi beda jalan hidup. Karena corona Laeli menjadi pengangguran tapi Rinaldi Harley tetap bekerja.

Keduanya punya ilmu yang manjur namun ada seleksi alam siapa saja yang mampu bertahan.

Nasib manusia memang misteri. Walau berasal dari satu rahim tetapi tidak semua anak punya nasib yang sama. Tidak semua sarjana punya masa depan yang cemerlang, ada juga yang masih menganggur walau sudah ratusan surat lamaran kerja di kirimkan.

Tidak semua lulusan sekolah tinggi bisa hidup sesuai mimpi indah pribadi. Sudah ada kepastian yang di ciptakan dari langit. Manusia hanya pengikut cerita yang rahasia.

Otak pintar perlu nasib bagus agar hidup terasa nikmat. Tanpa nasib bagus hidup adalah perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun