Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Duri Dalam Daging

13 Agustus 2020   18:37 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fotografer yunandri agus

Suatu niat  indah akan terjadi pada tanggal 17 Agustus 2020 di Istana negara wilayah Jakarta raya.

Di sana akan terjadi pemberian penghargaan kepada insan yang telah banyak berjasa untuk negara Indonesia. Semua orang yang mendapat bintang penghargaan yang akan di sematkan di baju mereka berasal dari berbagai kalangan. Lintas suku, agama dan pekerjaan.

Namun beberapa hari sebelum tanggal kejadian telah lahir sensasi politik baru yang membuat banyak orang menjadi bingung dan takjub.

 Kabar yang di sampaikan oleh menteri politik hukum dan keamanan Bapak Profesor Mahfud MD, bahwa pemberian bintang maha putra nararya akan di berikan kepada abang Fahri Hamzah dan uda Fadli Zon.

Ternyata logika saya seragam dengan banyak orang di sana yang bingung kenapa kedua tokoh politik ini mendapatkan penghargaan. Menurut aturan tertulis orang yang mendapatkan penghargaan adalah individu yang banyak berjasa kepada negara ini dan tidak pernah menjadi terhukum.

Padahal kedua mantan aktivis 98 ini adalah warga negara Indonesia yang sering memberikan cerita sedih tentang kondisi politik tanah air kita. Dengan data yang mereka punya, abang fahri dan uda fadli mengajak warga Indonesia yang lain agar membuat perubahan situasi politik menjadi lebih baik dengan cara mengganti presiden 2019 sesingkat-singkatnya.

Berbagai kalimat yang keluar dari mulut mereka menggambarkan kondisi pembangunan yang tidak bagus walau banyak di kabarkan oleh pemerintah tentang realita pembangunan yang lebih baik.

Dua mantan sarjana ini selalu menyebarkan keburukan pemerintah yang di pimpin oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Mereka punya komentar bahwa Presiden Jokowi telah gagal tugas untuk mensejahterahkan rakyat Indonesia.

Dan pada suatu aksi Presiden Jokowi yang terjadi di lapangan Monas Jakarta. Dua F yang berjiwa muda dan anti kemapanan politik Jokowi selalu menyuarakan pemberontakan jiwa rakyat yang tertindas.

Om Fahri dan ancle Fadli bergabung dengan suatu kelompok berbaju putih disain timur tengah mengobarkan semangat agar para pendukung anti Jokowi agar membenci Presiden yang di pilih melalui jalur demokrasi.

Mungkin akibat terlalu semangat sehingga ada yang terlupakan oleh kakak-kakak ini, bahwa mereka sering berkumpul secara logika yang akan merugikan diri sendiri.

Kakak senior fadli dan kakak senior fahri bersatu secara logika dengan musuh Pancasia dan musuh NKRI. Suatu kelompok yang melupakan jasa para pejuang yang telah melahirkan dan merawat Pancasila dan NKRI.

Betapa sangat beratnya perjuangan para pahlawan baik yang terkenal atau tidak terkenal dalam memberikan sikap terbaik untuk Indonesia dan tidak semua pejuang juga pahlawan yang mendapat penghargaan terbaik dari Indonesia.

Bahkan ada beberapa dari pejuang dan pahlawan yang hidup sampai matinya dalam kondisi menderita akibat takdir politik di negara ini.

Seandainya penghargaan tersebut di jadi di berikan kepada abang fahri dan uda fadli artinya ada penambahan cacat politik Presiden Jokowi karena salah memberikan tanda terima kasih kepada rakyat.

Walau mungkin tindakan tersebut adalah suatu gimik politik namun akan ada rasa ketidakadilan kondisi politik yang lahir dari sikap seorang pemimpin negara Indonesia.

Perlahan namun pasti rasa sayang rakyat akan luntur. Rasa cinta sejati bisa berganti menjadi benci untuk selamanya.

Sudah sering terbukti bahwa serangan dua mantan remaja di kampus tercinta gagal terjadi karena kuatnya cinta sejati dari rakyat yang tetap percaya bahwa presiden pilihannya memang bisa di andalkan.

Yakinlah  Bapak Presiden Jokowi bahwa kekuatan rakyat adalah tenaga nuklir yang lebih dahsyat dari cuap-cuap fadli dan fahri. Jangan biarkan kebijakan tersebut menjadi kisah politik duri dalam daging yang susah terlupakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun