Karena kesabaran para inteletual muda pada tahun-tahun selanjutnya yang mulai terbakar oleh rasa kebencian dari penindasan kaum elit Nederland. Beberapa orang muda yang ingin mengubah bangsa pribumi menjadi lebih baik.
     Melihat tingkah tidak sedap dari beberapa pribumi pintar bergelar akademisi, pemerintah penjajahan Belanda mulai mengurung pembangkang inteletual dengan cara mengirim mereka ke penjara sekitar Hindia Belanda.
Makanya insinyur Soekarno mengenal nusantara dari dalam penjara di luar pulau Jawa. Dari pertemuan di penjara dan warung kopi di sana ada komunikasi dengan kaum pribumi yang berbeda suku, agama juga status sosial.
Namun pertemuan itu selalu mengarah kepada cita-cita mulia yaitu menjadi bangsa yang merdeka. Tapi walau rambut sama berwarna hitam isi kepala bisa tak sama. Ada dua hati yang berbeda akhirnya mampu bersatu di pernikahan suci. Bagaimana cara menciptakan persatuan antara para pribumi yang berasal dari suku, agama dan status sosial yang berbeda.
Di sinilah peran penting pelajaran sejarah bangsa Indonesia. Dari pelajaran sejarah yang di ungkap dengan rasa kejujuran seratus persen akan mampu terlihat bagaimana pola pikir para pendiri bangsa ini melahirkan negara bernama Indonesia.
Dari cerita yang jujur seratus persen akan terpancar cara bagaimana waktu itu rasa paling hebat bisa berubah menjadi rasa saling membantu sesama pribumi yang berbeda asal.
Perbedaan yang kuat antara pribumi bisa berganti menjadi sikap tolong menolong karena suatu cinta yang suci untuk semua jiwa-jiwa yang tertindas. Saat kejujuran seratus persen untuk membuka sejarah bangsa ini maka pembinaan Pancasila menjadi sangat ringan.
Sempurnakan pelajaran sejarah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H