Aaaaaappppaaaaa!!! Itulah reaksi saya saat mendengar suara angin tentang penghapusan bahan bakar minyak jenis prenium dan pertalite.
Kenapa saya bisa panik? Toh saya masih mampu beli bahan bakar minyak jenis pertamax. Begini ceritanya, sudah menjadi cerita klasik jika harga bahan bakar minyak jenis apapun berubah harga dari normal ke arah atas maka akan ada penyesuaian harga di bidang lain.
Jika harga telur ayam naik tapi harga BBM tidak naik. Namun jika harga BBM naik maka harga telur dan kebutuhan pokok yang lain ikut naik. Kenapa harga BBM bisa naik? Biasanya akibat dari naiknya harga minyak mentah di pasar internasional atau pihak pemerintah pusat sedang membutuhkan dana segar untuk saldo negara.
Karena ongkos lebih besar di banding pendapatan maka terjadilah penyusutan nilai tabungan, terpaksa di pilihlah kebijakan menaikan harga BBM. Kalau di pilih pemangkasan pengeluaran seperti pemotongan gaji wakil rakyat, di takutkan adalah lahirnya gesekan kecil yang pelan-pelan bisa mengikis rasa sayang di wilayah kekuasaan.
Akhirnya rakyat lagi yang harus berjuang keras agar keuangan negara bisa di selamatkan. Rakyat harus menerima naiknya harga BBM dengan lapang dada.
Tapi tetap saja selalu ada penyesuaian harga baru untuk produk BBM lama. Rakyat  yang sudah lelah berfikir untuk diri sendiri akhirnya menyerah pasrah menerima kebijakan penguasa. Belum lagi ada nasehat yang membuat rakyat takut untuk curhat gegana (curahan hati yang gelisah, galau dan merana). Mending ngomong sama bulan.
Tapi kalau emosi jiwa di pendam terus bisa jadi bom waktu. Ledakannya bisa maha dahsyat. Radiasinya bisa lebih panas dari bom atom hirosima. Jika radiasi bom atom hirosima tidak sampai seratus tahun maka radiasi emosi jiwa  rakyat yang terpendam mampu bertahan hingga tujuh turunan. Gawat bro!
Wacana penghapusan prenium dan pertalite untuk mengurangi polusi dari proses pembakaran alat transportasi adalah alasan yang tidak sempurna.
Sebab polusi di sebabkan tidak hanya dari knalpot motor mobil tapi bisa juga dari cerobong asap pabrik. Termasuk berkurangnya jumlah pohon di dunia akibat dari kerakusan industri bermodal besar.
Sebaiknya pemerintah mempunyai kebijakan publik yang tidak membuat rakyat semakin tertekan. Kebijakan yang di lahirkan harus mampu membuat rakyat sejahtera.
Misalkan jika nanti BBM yang tersedia hanya berjenis pertamax maka pemerintah pusat dan pemerintah provinsi harus memberikan kebijakan seperti bantuan tunai langsung yang sesuai dengan ukuran hidup wajar negara maju.
Eit! Apa nggak terlalu mahal tuh? Kalau ada rasa terlalu berat ya terasa terlalu mahal tapi jika sikap pemerintah berdasarkan cinta suci kepada rakyat pasti setiap persoalan berat bisa terasa ringan karena rakyat merasa di sayang oleh birokrat dan rakyat pasti memberi bantuan semampunya.
Rakyat Indonesia berjiwa halus dan suka bergotong-royong, namun jika marah bisa lama sembuh sakit hatinya. Ada baiknya keputusan politik yang menyangkut hajat hidup rakyat di putuskan tanpa harus menambah beban hidup warga negara Indonesia.
Jangan biarkan rasa cemburu hidup menciptakan kerancuan di tengah masyarakat. Jangan ada slogan yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin.
Mendekatlah ke rakyat karena di sana ada kekuatan politik yang abadi. Kebijakan pemerintah harus berprinsip dari rakyat untuk rakyat. Rakyat bahagia maka negara pun bahagia.
Saya setuju ada penyebaran berita tentang wacana penghapusan prenium dan pertalite, dengan cara ini pemerintah pusat bisa mendapat usulan bagus dari masyarakat.
     Semoga saja usulan bagus rakyat Indonesia mampu di laksanakan oleh wakil rakyat sepenuh hati yang bening dari dosa.
     Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H