Seandainya para mahasiswa terbiasa mencaci maki siapapun Presidennya maka akan ada penilaian bahwa dunia kampus hampir sama dengan penjahat jalanan.
Lalu apakah dengan cara mencaci maki Presiden akan melahirkan suatu kondisi sosial politik yang baik? Saya percaya justru sikap buruk tersebut pasti menciptakan keadaan politik yang tidak stabil.
Setiap orang pasti punya batas jika terus menerus di hina. Sering di beritakan terjadi tindak pembunuhan akibat salah ucap hingga membuat orang yang bersangkutan gelap mata.
Di dalam aturan adat dan agama manapun di ajarkan agar manusia bersikap ramah tamah ketika berkomunikasi dengan manusia lain. Sikap ini di anjurkan agar tidak terjadi salam paham dan bisa menghasilkan kesepakatan yang bermanfaat.
Namun sayangnya sifat terpuji yang pernah di ajarkan oleh para leluhur nusantara menjadi rusak akibat dari sikap profesor abal-abal Rocky Gerung.
Setiap penampakan beliau di televisi nasional terlihat gaya bicara yang merasa paling benar dan menuduh pihak lawan adalah kaum dungu yang harus di bersihkan.
Baru di era Kepemimpinan Jokowi, saya melihat seorang yang punya ijasah lulusan sekolah tinggi tapi gaya komunikasi politik mirip preman pasar yang tidak pernah lulus sekolah dasar.
Namun pihak anti Jokowi melihat peluang sikap Rocky Gerung untuk menggaet massa politik. Dan hasilnya lumayan. Walau tingkah Rocky Gerung ini tidak biasa ternyata ada juga kaum elit yang sayang dengan beliau. Buktinya dia bisa jalan bareng kader elit politik anti pemerintahan Jokowi.
Ini pembuktian tentang ada orang yang di anggap pintar ternyata bodoh karena memberikan usulan untuk melahirkan situasi politik yang lebih baik bagi rakyat Indonesia melalui ucapan bernada menghasut supaya terjadi perubahan dengan cara apapun.
Walau cara tersebut tidak pantas di lakukan karena hanya akan menciptakan kondisi saling membenci sesama anak bangsa Indonesia. Tapi entah Rocky Gerung ini punya masalah pribadi yang sangat berat hingga terlihat betapa marahnya beliau kepada Presiden Jokowi atau ini adalah suatu akting agar bisa merubah nasib pribadi sendiri.
Dan yang paling penting adalah sikap kritis yang harus tetap ada agar bisikan sesat dari kaum terdidik tidak menyeret kita ke dalam jurang kehancuran hidup.