Keadaan seperti itu dimana banyak rumah yang tidak layak pakai, obat tersedia sedikit, warung sembako tutup, korban jiwa berjumlah banyak, media komunikasi tidak berfungsi baik.
Tingkah pertama yang harus di lakukan ada berfikir kreatif dan kritis. Apa yang terjadi? Lalu saya harus bagaimana? Jika saya menemukan jalan keluar atau hanya ada jalan buntu selanjutnya bagaimana?
Pola berfikir seperti itu harus di latih mulai sekarang agar kelak sudah terbiasa jika bertemu dengan keadaan yang mendadak gawat. Cara yang tepat dan cerdas untuk menemukan jalan keluar adalah mempunyai tingkat edukasi yang kuat.
Dengan modal edukasi yang kuat maka sikap manusia saat tertimpa masalah akan mampu mengarah kepada hal yang bermanfaat. Orang yang memiliki kemampuan berfikir stabil tidak akan mudah panik.
Perubahan selalu terjadi. Sesuatu yang abadi di dunia adalah perubahan. Namun sayang sekali bahwa banyak manusia yang belum terlatih menerima perubahan kondisi dunia. Sehingga mereka tidak mampu menyiapkan diri berhadapan dengan sesuatu kondisi nyata.
Seorang turis bisa merasa sangat kuatir saat naik perahu di laut tapi seorang nelayan berpengalaman bisa merasa sedikit takut ketika naik perahu di laut karena mereka mempunyai persepsi yang berbeda saat berhadapan dengan kenyataan.
Memang di akui bahwa perubahan mendadak yang tidak pernah terpikirkan bisa terjadi akan mampu membuat tingkat kecerdasan manusia melorot tajam. Siapa pun bisa mengalami hal seperti itu.
Untuk mencari jawaban dari kehidupan yang serba sulit bisa di temukan dari buku-buku berjenis reliji dan bacaan bermuatan filsafat.
Ayo! Mulai sekarang kita tambah wawasan sendiri agar mampu bertahan hidup. Jangan seperti binatang purba yang punya badan besar namun punah akibat perubahan alam.
New normal bukan kenormalan baru tapi kebiasan baru yang bisa di sebut normal dan akan menjadi budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H