Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demi Perut dan Harga Diri Kembali ke Djakarta

25 Mei 2020   13:05 Diperbarui: 25 Mei 2020   13:09 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTOGRAFER yunandri agus

Walau para perantau mempunyai keterampilan seadanya namun karena ada pertolongan dari kerabat atau sahabat maka batu penghalang bisa di pindahkan dan jalan mulus pun telihat jelas. Tapi ada satu syarat yang harus ada yaitu uang yang cukup agar keinginan terjamin mulus.

Gaji buruh di ibukota negara Indonesia yaitu Jakarta memang tinggi namun pengeluaran harian dan bulanannya juga tinggi. Namun jika uang dari kota Jakarta di kirim ke kampung jumlahnya bisa sangat besar karena harga kebutuhan di kampung masih murah.

Jangan heran jika ada pemudik yang berusaha keras terlihat kere di Jakarta namun punya rumah bagus dan tanah luas di kampung.

Hebatnya lagi kota besar Jakarta di bangun oleh orang perantauan. Dari kelas buruh sampai kelas kerah putih. Walau berada di status bisnisman kaki lima sampai pemilik restoran besar di miliki oleh para perantauan. Lihat di sana ada orang Minangkabau dan orang Jawa.

Kenapa orang perantauan yang menjadi sumber ekonomi untuk provinsi Jakarta? Karena mereka bosan hidup susah di kampung. Mereka ingin mengubah imej pribadi dari yang rendah menjadi terbaik. Selanjutnya mereka berusaha keras agar berhasil. Walau resiko yang di terima sangat tidak enak seperti cibiran pihak oposisi non politik kelas kampung.

Walau terasa pedih akibat jatuh bangun mencapai kesuksesan namun jika terlihat sukses ceritanya pasti berbeda. Semua terlihat indah. Banyak sapaan santun yang hinggap di telinga.

Para gubenur provinsi Jakarta dan para Presiden Indonesia berasal dari wilayah luar Jakarta. Sebaiknya mereka sadar tentang asal usul diri sendiri.

Melarang warga Indonesia untuk merubah nasib di ibukota negara ini adalah sikap yang melanggar human right. Namun sebenarnya masalah Jakarta adalah masalah nasional. Sebuah masalah permanen ada di suatu provinsi yang harus di selesaikan dengan cara berfikir secara wilayah nasional.

Kenapa begitu? Karena kasus sosial di Jakarta seperti kemacetan, banjir dan tingkat kemiskinan yang tinggi bisa terjadi di daerah lain di Indonesia. Jika masalah Jakarta tidak mampu di selesaikan oleh para birokrat cerdas dan santun maka cerita sedih Jakarta akan menular di wilayah lain.

Adalah suatu sikap terpuji untuk membuat suasana ibukota negara menjadi lebih baik yaitu memindahkan lokasi itu ke tempat baru yang lebih baik. Namun jangan pula bertindak buruk kepada bekas ibukota dulu dengan cara tidak memperhatikan situasi sosialnya. Karena tindakan tersebut bisa menjadi bom waktu yang bisa membuat cacat pencitraan untuk pemerintahan selanjutnya.

Jangan lupakan Jakarta walau tidak menjadi ibukota negara. Tetap jadikan Jakarta sebagai daerah bermakna positif bagi warga Indonesia. Jangan biarkan Provinsi Jakarta menjadi kota bangkrut dan nista.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun