Dua hari terakhir dua maya dan televisi nasional ramai memberitakan tentang kelompok remaja yang harus mendapat perawatan khusus di bidang kesehatan jiwa.
      Para remaja yang berumur dari sebelas sampai enam belas tahun bersikap tidak wajar.
      Mereka bertingkah tidak seperti remaja lain yang mau mandi sampai pergi sekolah. Sepertinya para remaja ini mempunyai dunia sendiri. Dan merasa bahagia sehingga kegiatan yang lain terasa tidak pantas di lakukan.
Biasanya para remaja sering beraktifitas di luar rumah seperti, berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di kota atau sekedar berkunjung ke rumah teman untuk belajar bersama.
      Namun kelompok remaja ini mempunyai sikap yang tak biasa. Mereka lebih senang berada di kamar sendiri tanpa teman. Kegiatan ini terus terjadi sampai pihak orang tua segera membawa buah hatinya untuk melakukan proses penyembuhan.
Di suatu rumah sakit kelainan jiwa di Bogor Jawa barat, Rumah sakit Marzuki Mahdi sudah menerima sekitar belasan pasien kelainan jiwa dari kelompok remaja. Yang sering terjadi pasien kelainan jiwa berumur tiga puluh lima ke atas. Penyebab mereka menjadi pasien jiwa adalah tekanan ekonomi yang berakibat pola pikir yang menyimpang.
Ternyata penyebab para ABG ini linglung berasal dari Smart phone. Kok bisa?
Teknologi di ciptakan untuk membuat hidup manusia lebih baik, tapi dalam kasus ini teknologi menjadi awal penderitaan manusia. Menurut sumber dari internet remaja tersebut menggunakan smart phone melebihi batas yang pantas.
Pada saat saya remaja pikiran yang ada di otak hanya belajar dan tebar pesona kepada lawan jenis.
Lalu kenapa hal tersebut tidak terjadi kepada para remaja yang sedang di sembuhkan?
Pernahkah anda mendengar sebenarnya bahwa hidup manusia di dunia adalah mencari kebahagiaan?
Betul, lalu apa hubungan dengan para pasien remaja?
Begini, pada awal tahun dua ribuan ada trend baru yaitu rental playstation. Disana setiap individu bisa bermain game animasi bertemakan olah raga seperti, bola, balap mobil, balap motor. Ada juga game bertemakan perang dunia ke dua sampai tema perang moderen. Dan saya paling suka menggunakan pesawat tempur atau kapal selam sebagai pemain.
Namun saat ini hal tersebut terasa kuno karena pemainan tersebut bisa di gunakan di Smart phone. Ada rasa senang karena ada ruang pribadi tanpa harus terganggu oleh pihak lain.
Jika menggunakan rental playstation ada batas waktu yang tersedia, dengan smart phone hal itu dianggap tidak ada. Tidak ada batas kecuali pulsa kosong.
Nah di sinilah kasus ini terjadi. Jika tidak ada pulsa mereka marah lalu melempar handphone. Ucapan orang tua tidak di gubris karena terlalu asyik bermain gawai.
Logika yang seharusnya di isi oleh ilmu bermanfaat ternyata di isi oleh cerita khayalan yang menyenangkan. Proses pembelajaran di anggap sebagai bebas berat sehingga perlu suasana santai yang membuat bahagia .
Sayang di sayangkan para remaja mendapatkan kesenangan semu yang membuat mereka menjadi ketagihan. Mungkin ini terjadi karena lingkungan sekitar memberikan andil untuk menciptakan manusia yang senang hidup di dunia khayalan.
Lingkungan sekitar mampu menciptakan pola pikir manusia yang bersebrangan dengan budaya lampau. Bisa juga manusia membuang pola pikir lama karena kecewa dengan kenyataan yang terjadi.
Para remaja stres merasa mereka kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan selalu merasa sebagai kelompok yang kalah. Dengan bermain gawai semau hati. Para remaja ini bisa merasa puas karena ego mereka tersalurkan.
Akhirnya mereka menganggap bahwa smart phone adalah teman yang baik karena mampu membuat mereka bahagia. Kejadian ini mirip dengan cerita di film sains fiksi dari hollywood, yang menciptakan robot sebagai teman sejati.
Bahkan saat ini sudah ada robot yang berfungsi sebagai teman bercinta. Hal ini menandakan bahwa hubungan manusia semakin renggang. Komunikasi antar manusia bisa terjadi bila ada kejadian yang bersifat darurat saja.
Satu cara untuk membendung musibah dari candu futuristis adalah mulai merekatkan kembali hubungan yang manusiawi seperti pertemuan bulanan atau saling sapa antar individu tanpa melihat kelas sosial.
Sebab jika kita terlambat mengantisipasi maka akan lahir generasi berwujud manusia namun mempunyai logika seperti robot. Dingin dan kejam.
Waspadalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H