Sebelum iden Pak Bagyo ini, pernah ada juga proyek pembangunan instalasi air yang juga mengambil dari mata air Padonan, namun alat yang digunakan adalah diesel yang berbahan bakar dari bensin dan solar. Memang awalnya berhasil beberapa waktu, namun karena harga air per meternya dianggap masyarakat mahal dan alat yang digunakan juga sering mengalami kerusakan yang mengganggu, maka program ini mati. Sebenarnya wajar saja jika masyarakat membayar mahal harga airnya, karena diesel juga perlu bahan bakar yang banyak dan perawatan yang tidak murah, untuk servis dan lain-lain. Sebenarnya masyarakat membayar hanya untuk pengeluaran biaya bahan bakar dan sevis, namun tetap saja dirasa mahal.
 Pak Bagyo BErkaca dari hal yang sudah ada itu, lalu ia mulai membuat program ini dengan mendata dan mengajak orang-orang disekitarnya yang ingin ikut dalam program yang akan dibuat ini. Awalnya banyak orang yang tidak mau mengikuti hal ini karena takut hanya sama dengan program instalasi yang dulu pernah ada. Tanpa lelah, Pak Bagyo terus berusaha dan meyakinkan masyarakat bahwa hal ini akan jauh berbeda dengan program instalasi yang pernah ada dan gagal. Akhirnya Mulai masyarakat mau untuk mengikuti proyek ini,
Awalnya program ini adalah orang-orang yang telah didata diajak untuk mengumpulkan uang untuk dana pembelian pompa listrik, entah berapa harganya karena narasumber tidak memberikan nominal. Akhirnya uang terkumpul dan akhirnya terbeli pompa air untuk digunakan di mata air Padonan untuk disalurkan ke rumah-rumah masyarakat. Pompa air akhirnya terpasang menggunakan sumber daya listrik dari PLN. Untuk selang dan paralon menuju rumah-rumah warga, Pak Bagyo menggunakan dan memanfaatkan apa yang telah ada yaitu bekas instalasi air yang dulu, "dilihat masih bagus dan layak maka kami memanfaatkan itu untuk instalasi air yang baru" Berkat kerjasama dan gotong royong masyarakat, akhirnya instalasi air ini dapat terwujud dan sangat membantu masyarakat dalam menjangkau air.
Sangat besar manfaatnya, hal yang hanya angan-angan kecil yang diwujudnyatakan menjadi sebuah manfaat untuk warga sekitar. Pak Bagyo hanya memberi ide dan akhirnya masyarakat sekitar mau dan merealisasikan ide itu. Sekarang masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk mengambil air ataupun mandi, hanya perlu membuka kran air, air sudah dengan otomatis mengalir menuju rumah-rumah warga. Biaya yang digunakan sangatlah minim untuk membayar listrik, Sebulan sekali, Pak Bagyo akan mengisi token listrik yaitu sebesar Rp 100.000. Listrik itu dapat bertahan selama 1 bulan pemakaian pompa dan masyarakat juga ringan untuk membayar air. Membayar air ini uangnya akan masuk dalam kas kelompok ini dan digunakan untuk membayar listrik dan juga biaya servis alat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H